Pemilu 2024 dengan segala dinamikanya cukup menarik untuk disimak dan diambil pelajarannya. Kontroversi Gibran anak muda yang cukup lihai dalam debat serta kepiawaiannya dalam memimpin kota Solo, Pak Anis Baswedan dengan berbagai penghargaan yang diterima selama menjadi Gubernur serta sangat lihai dalam memaparkan teori dan idenya secara sistematis, Prof Mahfud yang juga sangat fasih membahas teori-teori hukum, Pak Ganjar dengan gaya kepemimpinan khas yang lugas dalam menyampaikan idenya, Prabowo yang sudah teruji kecintaannya membela tanah air selama menjadi prajurit dan menggebu-gebu dalam membangun motivasi untuk bersikap optimis, serta Gus Imin ketua partai yang membawa suasana segar dalam komentar-komentarnya.Â
(Disclaimer: tulisan ini tidak untuk mengulas kekurangan capres-cawapres, tetapi untuk mengambil nilai baik dari setiap kontestan tersebut).
Dalam salah satu wawancara terkait kontestasi politik yang saya lihat selewat di media sosial (jujur saya lupa siapa tokoh tersebut), beliau mengutarakan hal menarik tentang streetwise leader dan academical-wise leader. Saya coba mengulik hal yang disampaikan beliau melalui tulisan ini. Dinamika kepemimpinan telah berkembang dari waktu ke waktu, dan perdebatan antara streetwise leader dan academical-wise leader terus memikat pikiran para akademisi, profesional, dan calon pemimpin.Â
Di dunia yang menuntut ketangkasan, kemampuan beradaptasi, dan pemahaman yang tajam tentang tantangan dunia nyata, muncul pertanyaan: Apakah pemimpin yang streetwise lebih unggul daripada pemimpin yang academical-wise, atau apakah keseimbangan yang mendefinisikan kepemimpinan yang efektif?
Streetwise leader sering kali dicirikan oleh pengalaman praktis, insting yang terasah, dan kemampuan untuk menavigasi kompleksitas dunia nyata. Para pemimpin ini biasanya semakin matang melalui pengalaman langsung, belajar dari tantangan, kemunduran, dan keberhasilan di lapangan. Mereka memiliki pemahaman bawaan tentang denyut nadi di lapangan, kebutuhan tim mereka, dan dinamika masalah mereka yang terus berubah.
3 Kelebihan Streetwise Leader
Pertama, Pengetahuan Praktis. Dikenal dengan pengetahuan praktis mereka di lapangan, yang memungkinkan mereka membuat keputusan cepat berdasarkan wawasan dunia nyata.
Kedua, Kemampuan Beradaptasi. Setelah menghadapi berbagai tantangan dalam perjalanan mereka, streetwise leader cenderung lebih mudah beradaptasi dan tangguh, berkembang dalam lingkungan yang dinamis dan tidak terduga.
Ketiga, Koneksi dengan Tim. Terhubung dengan tim mereka secara pribadi, karena mereka telah menempuh perjalanan pengalaman yang sama dan memahami perjuangan sehari-hari yang dihadapi bawahan mereka.
Di sisi lain, Academical-wise leader biasanya telah menempuh pendidikan formal, memperoleh gelar dan sertifikasi yang membekali mereka dengan pengetahuan teoritis, kerangka kerja, dan keterampilan analitis. Para pemimpin ini sering kali membawa pendekatan strategis dan terstruktur untuk memecahkan masalah, dengan mengandalkan penelitian, analisis data, dan teori-teori untuk memandu keputusan mereka.
3 Kelebihan Academical-wise leader
Pertama, Keterampilan Analitis. Mahir dalam menganalisis data, tren, dan informasi, memberikan pendekatan terstruktur dalam pengambilan keputusan.
Kedua, Landasan Teoretis. Berbekal pengetahuan teoretis, para pemimpin ini dapat memberikan perspektif yang lebih luas, memanfaatkan kerangka kerja akademis untuk memecahkan tantangan yang kompleks.
Ketiga, Pembelajaran Berkelanjutan. Berkomitmen untuk terus belajar, selalu mengikuti perkembangan terbaru dan praktik terbaik dibidangnya.
Berdasarkan uraian di atas, kita pasti berharap mendapatkan pemimpin yang ideal dan seimbang. Dalam lanskap kontemporer, pemimpin yang paling efektif sering kali adalah mereka yang dapat mengintegrasikan kekuatan dari pendekatan yang bersifat praktis dan akademis. Pemimpin yang sukses harus mudah beradaptasi, belajar dari pengalaman praktis dan juga memanfaatkan pengetahuan teoritis untuk membuat keputusan yang tepat.
Perdebatan mengenai kepemimpinan streetwise vs akademis bukanlah pilihan biner, melainkan eksplorasi yang bernuansa tentang beragam keterampilan dan kualitas yang berkontribusi pada kepemimpinan yang efektif. Di dunia yang menuntut pendekatan yang dinamis dan beragam, pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang dapat memadukan kebijaksanaan yang diperoleh dari lapangan dengan wawasan yang diperoleh melalui kegiatan akademis. Pada akhirnya, kuncinya terletak pada menemukan keseimbangan yang tepat yang selaras dengan tantangan yang terus berkembang.
Pada akhirnya, efektivitas seorang pemimpin bergantung pada konteks, sifat organisasi, dan tantangan spesifik yang dihadapi. Beberapa situasi mungkin membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat dan pragmatis (mendukung pemimpin yang suka mengambil risiko), sementara situasi lainnya mungkin lebih baik menggunakan pendekatan yang lebih strategis dan analitis (mendukung pemimpin yang bijaksana secara akademis).
Baca lebih lanjut: Dilema Politik Menjelang Pilpres: Memilih Konsistensi atau Relevansi dalam Dinamika Politik Kontemporer
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H