"Once trust is built, distance cannot kill it. Time and space alone cannot destroy authentic connection." ---Vironika Tugaleva
Â
Menjalani pernikahan jarak jauh bukanlah pilihan yang umum, tetapi bagi beberapa pasangan, ini menjadi keputusan yang diambil untuk berbagai alasan. Saya salah satu yang memilih untuk menjalani LDM (Long Distance Marriage) sudah 9 tahun berjalan. Suami saya diterima sebagai PNS di salah satu Universitas Negeri di Banten, sedangkan saya masih menjalani profesi sebagai tenaga pengajar di suatu Perusahaan Gula yang berada di semi-remote area Lampung. Ada beberapa rekan saya yang juga memilih LDM dengan berbagai alasan yang melatarbelakangi keputusan mereka.Â
Artikel ini akan menjelajahi pengalaman long distance marriage sebagai pilihan hidup, melibatkan tantangan, kebahagiaan, dan cara-cara untuk menjaga hubungan tetap kuat meski berjarak jauh.
1. Keputusan Memilih Long Distance Marriage:
a. Karir dan Pendidikan. Banyak pasangan memilih long distance marriage karena karier atau pendidikan. Mungkin salah satu pasangan mendapatkan kesempatan pekerjaan atau pendidikan di tempat yang jauh, dan pasangan lainnya mendukung keputusan tersebut. Seperti hal yang kami jalani, Ketika suami saya melanjutkan S2 di Bogor karena mendapatkan beasiswa dari pemerintah. Dia fokus dengan pendidikannya selama 2 tahun dan tetap rutin mengunjungi saya dan anak saya di Lampung saat akhir pekan.
b. Kepercayaan dan Kedewasaan. Long distance marriage memerlukan tingkat kepercayaan dan kedewasaan yang tinggi. Beberapa pasangan memilihnya karena yakin bahwa hubungan mereka dapat bertahan meski berjarak jauh.
2. Tantangan dalam Long Distance Marriage:
a. Komunikasi yang Efektif. Komunikasi menjadi kunci utama dalam long distance marriage. Tantangan muncul saat perbedaan zona waktu dan kesibukan membuat waktu berkomunikasi menjadi terbatas.
b. Kesepian dan Rindu. Rasa kesepian dan rindu dapat menjadi tantangan emosional yang nyata. Pasangan harus belajar mengelola perasaan ini tanpa kehadiran fisik satu sama lain.
c. Perencanaan Kunjungan. Merencanakan kunjungan berkala menjadi kunci dalam menjaga koneksi emosional. Tantangan muncul saat kesibukan masing-masing membuat sulit untuk menyusun jadwal kunjungan.
3. Kiat untuk Memperkuat Hubungan:
a. Jadwal Komunikasi Tetap. Menetapkan jadwal komunikasi yang tetap membantu pasangan untuk tetap terhubung, meskipun dalam kesibukan sehari-hari. Selain jadwal rutin berkunjung di akhir pekan, setiap hari kami rutin berkomunikasi melalui video call selepas jam kantor.
b. Berbagi Pengalaman Secara Virtual. Memanfaatkan teknologi untuk berbagi pengalaman secara virtual, seperti mengirim foto, membuat panggilan video, atau mengadakan tanggal daring. Jadwal tetap kami adalah waktu bagi anak saya dan suami melakukan sesi video call selepas sholat Maghrib untuk belajar hapalan Al Quran dan membahas kegiatannya di sekolah.
c. Membangun Kepercayaan. Kepercayaan adalah fondasi dari setiap hubungan. Transparansi dan keterbukaan sangat penting dalam membangun dan mempertahankan kepercayaan dalam long distance marriage.
Â
Long distance marriage bukanlah pilihan yang mudah, tetapi bagi banyak pasangan, ini menjadi ujian kekuatan hubungan mereka. Dengan komunikasi yang efektif, manajemen tantangan, dan komitmen untuk membangun masa depan bersama, long distance marriage bisa menjadi pilihan yang sukses dan memperkaya perjalanan hidup bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H