Penulis:Â Krisanti_kazan
Pendukung 01: "Debat tadi malam tidak menunjukkan anak muda Indonesia yang beradab"
Pendukung 02: "Kemarin menilai Pak Prabowo dengan angka 11/100 sambil ketawa dan diledek habis-habisan. Sekarang diserang balik bilangnya tidak punya etika"
Pendukung 3: "Gibran gak sopan sama orangtua, saya pindah dari 02 ke 03"
Ternyata debat cawapres semakin meramaikan dunia medsos dengan segala komentar beragam. Ada yang berpindah, ada yang semakin yakin dengan pilihannya. Dalam era digital, kita telah menjadi bagian dari ekosistem filter bubble, di mana algoritma media sosial cenderung memperkuat pandangan yang kita pilih dan mengecualikan perspektif alternatif. Artikel ini akan menggali dampak ekosistem filter bubble terhadap netizen dan bagaimana hal ini memengaruhi sikap mereka dalam menghadapi kontestasi politik.
1. Pembatasan Perspektif: Ekosistem filter bubble membatasi netizen untuk berinteraksi dengan informasi dan pandangan yang sejalan dengan keyakinan atau preferensi mereka. Ini menghasilkan ketidakberagaman dalam pemahaman politik dan kurangnya paparan terhadap pandangan yang berbeda.
2. Penguatan Keyakinan yang Ada: Netizen yang terperangkap dalam filter bubble cenderung melihat pembenaran terus-menerus terhadap keyakinan politik mereka sendiri. Ini dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk melihat sisi lain dari suatu argumen atau isu.
3. Polaritas Politik yang Meningkat: Ekosistem filter bubble dapat mengakibatkan meningkatnya polarisasi politik. Netizen menjadi terbagi menjadi kelompok-kelompok yang semakin terpolar, sulit untuk mencapai kesepakatan atau pemahaman bersama.
4. Dampak pada Diskusi dan Debat: Filter bubble dapat merugikan diskusi dan debat yang sehat. Netizen mungkin cenderung terlibat dalam diskusi yang bersifat menguatkan pandangan mereka sendiri daripada membuka dialog dengan orang-orang yang berbeda pandangan.
5. Terbentuknya Sikap Tidak Fair: Akibat dari pembatasan informasi, netizen dapat membentuk sikap yang tidak fair terhadap pihak-pihak yang berbeda pandangan politik. Mereka mungkin kurang toleran terhadap opini yang berbeda atau bersikap prasangka terhadap kelompok lain.
 Baca lebih lanjut: Dilema Politik Menjelang Pilpres: Memilih Konsistensi atau Relevansi dalam Dinamika Politik Kontemporer