Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pengajar Praktik Angkatan 11; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

5 Tantangan dan Tanda Bahwa Penggunaan APK Baliho Sudah Tidak Efektif di Era Saat Ini

19 Januari 2024   11:23 Diperbarui: 21 Januari 2024   11:38 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam era kampanye yang terus berubah dan didorong oleh teknologi, penggunaan baliho sebagai Alat Peraga Kampanye (APK) telah menjadi subjek kritik. Pelanggaran aturan APK sangat jamak ditemukan disekitar kita saat ini. Meskipun baliho telah lama menjadi bagian dari kampanye konvensional, berikut beberapa tantangan dan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa penggunaan baliho mungkin sudah tidak efektif dalam mencapai tujuan kampanye di era saat ini.

Pertama, Keterbatasan Targetisasi. Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh baliho adalah keterbatasan dalam menargetkan audiens dengan efektif. Dalam era pemasaran digital, di mana personalisasi dan targetisasi sangat penting, baliho cenderung mencapai khalayak yang tidak relevan atau tidak tertarget.

Kedua, Dampak Lingkungan Negatif. Produksi dan penggunaan baliho dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan. Penggunaan bahan yang sulit terurai dan metode pemasangan yang kurang ramah lingkungan menjadi perhatian serius, terutama di tengah kesadaran global tentang isu-isu lingkungan.

Ketiga, Gangguan Visual dan Persepsi Negatif. Baliho yang berlebihan atau tidak teratur dapat dianggap sebagai gangguan visual atau bahkan polusi visual. Masyarakat modern cenderung menilai baliho yang mencolok sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, menyebabkan persepsi negatif terhadap para caleg.

Keempat, Kurangnya Interaktivitas. Baliho bersifat statis dan kurang interaktif. Dalam era di mana pendukung menginginkan pengalaman yang lebih terlibat, baliho tidak dapat menyediakan interaksi langsung yang diinginkan oleh audiens.

Kelima, Kompetisi dengan Media Digital. Media digital menawarkan kemampuan yang lebih besar dalam hal pengukuran kinerja, personalisasi, dan interaktifitas. Sebagai hasilnya, baliho sering kali kalah bersaing dengan media digital yang lebih dinamis dan responsif.

Tantangan dan tanda-tanda di atas menunjukkan bahwa penggunaan baliho mungkin sudah tidak efektif dalam mencapai tujuan kampanye di era saat ini. Meskipun baliho masih dapat memberikan visibilitas, para caleg perlu mempertimbangkan apakah biaya dan kendala yang terkait dapat diimbangi oleh manfaatnya. Dalam menghadapi transformasi digital, para caleg atau kontestan politik dapat mempertimbangkan strategi kampanye yang lebih modern dan responsif untuk tetap relevan dan efektif dalam kompetisi kampanye yang semakin ketat. Baca lebih lanjut artikel  Ketika APK Melanggar Aturan, Mengapa Tidak Membuat Kampanye Digital? yang membahas strategi dan pertimbangan utama untuk menjalankan kampanye digital yang sukses di era evolusi teknologi yang terus berkembang ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun