Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Komunitas Berbagi Praktik Baik: Menguatkan Lingkaran Pengaruh Untuk Melipatgandakan Dampak Merdeka Belajar

23 Maret 2023   15:14 Diperbarui: 23 Maret 2023   15:19 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Wawancara Proyek Laju Reaksi (Dokpri)

Guru A: "Aduh, saya tidak percaya diri berbicara di depan forum"

Guru B: "Pembelajaran kelas saya tidak ada yang layak untuk diceritakan sepertinya"

Guru C: "Duh, saya gak punya ide untuk membuat pembelajaran yang seru"

Guru D: "Waahhh, saya senang sekali kemarin berhasil membuat murid antusias belajar di kelas"

Murid A: "Kecakapan yang saya dapatkan dari proyek Kimia ini adalah Literasi dalam mencari sumber belajar, kreatifitas, kolaborasi/kerja sama, komunikasi, berpikir kritis, inisiatif, pantang menyerah,
kepemimpinan"

Murid B: "Pengalaman yang paling berkesan adalah, selama dalam menjawab pertanyaan di situ di tantang untuk bisa memecahkan semua masalah bersama tim, dan bekerjasama dlm tim"

Halo, rekan guru kompasianers. Pernyataan pesimis, optimis, dan antusiasme di atas mungkin sering kita jumpai di keseharian obrolan kita. Bahkan mungkin pernyataan pesimis akan lebih sering kita temui. Apakah itu salah? Tidak juga, karena itu merupakan proses yang mengiringi kita untuk bertumbuh bersama menjadi pembelajar merdeka. Ketika kita menjumpai ada sebuah optimisme dari rekan guru atau murid, secara tidak langsung hal tersebut bisa menjadi pemicu kita untuk melakukan suatu perubahan yang terinspirasi dari praktik baik yang sudah dilakukan rekan guru lain. Salah satu peran guru adalah melaksanakan inovasi pembelajaran untuk menjawab kebutuhan murid dan menciptakan iklim pembelajaran yang memerdekakan. Ini sejalan dengan semangat Ki Hajar Dewantara yaitu memerdekakan manusia khususnya dalam hal pendidikan. Merdeka Belajar yang digaungkan pemerintah saat ini bukan hanya ditargetkan untuk murid, tetapi guru sebagai tonggak utama mewujudkan pembelajar merdeka tersebut. Murid yang merdeka belajar dihasilkan dari guru yang merdeka belajar juga.

Sedikit bercerita pengalaman saya berproses untuk menjadi pembelajar hingga saat ini dan berharap seterusnya. Saya pernah ada di fase Guru A, B, C yang pesimis, hingga saat ini mengalami fase sebagai Guru D yang sudah mulai berani berbagi praktik baik di depan forum secara daring dan luring. Perubahan fase tersebut saya alami dalam 3 tahap (dijabarkan lebih lengkap di paragraf selanjutnya):

1. Melakukan inovasi pembelajaran Merdeka Belajar yang menerapkan students agency

2. Mengikat ilmu dengan membuat tulisan praktik baik hasil inovasi pembelajaran

3. Berbagi praktik baik melalui sesi di forum formal dan informal

Tahap 1 dimulai dengan mencoba melakukan inovasi pembelajaran (lengkapnya di artikel Belajar Dari Pedagang Makanan). Murid melakukan proyek yang melibatkan orang tua dan pedagang makanan di sekitar tempat tinggal mereka sebagai nara sumber untuk menguji konsep Kimia dalam proses penyimpanan bahan makanan. Inovasi pembelajaran tersebut sebagai bentuk praktik Merdeka Belajar yang menerapkan students agency (voice, choice, ownership) atau kepemimpinan murid. Murid diberi hak untuk menyuarakan idenya (voice) dan memilih cara untuk menyajikan pemahamannya (choice) sesuai dengan minat/bakat yang dimiliki. Pelibatan murid akan membentuk rasa tanggung jawab dan kepemilikan yang kuat dalam proses belajar mereka (ownership). Dengan memberi ruang/panggung bagi murid mengemukakan ide serta menunjukkan potensinya secara tidak langsung akan memberi pengalaman berhasil dan bermakna. Proses refleksi pada akhir pembelajaran juga dilakukan untuk mendapat umpan balik yang akan memperbaiki kualitas pembelajaran selanjutnya.

Tahap 2 dilakukan dengan membuat tulisan hasil praktik baik pembelajaran yang telah dilakukan. Tulisan diperkaya dengan data dokumentasi kegiatan yang akan mempermudah rekan guru lain memahami proses praktik baik yang sudah dilakukan. Pengalaman berhasil selanjutnya membuat saya bersemangat untuk mencoba menuangkan praktik baik tersebut dalam bentuk tulisan sederhana dengan metode ATAP (lengkapnya di artikel Guru Harus Mencoba Asyiknya Menulis Praktik Baik Dengan ATAP). Kesempatan menulis tersebut saya dapatkan dalam sesi Professional Development atau Pengembangan Profesi yang diadakan Sekolah Sugar Group tepat saya bernaung saat ini. Sesi tersebut merupakan kegiatan rutin pengembangan diri dari Komunitas Belajar yang terdiri dari sekelompok guru yang belajar bersama-sama dan berkolaborasi secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak baik pada hasil belajar murid kami. Kumpulan tulisan praktik baik tersebut kami dokumentasikan dalam Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi". Kenapa menulis? Karena menulis akan lebih melipatgandakan dampak bagi pembaca. Pada hakekatnya perubahan yang sifatnya transformatif demi menjangkau kepentingan lebih banyak murid tidak akan mampu dilakukan sendirian, perlu menggerakkan lebih banyak guru, lebih banyak pihak dan membentuk lingkaran pengaruh. Secara sederhana, lingkaran pengaruh adalah gambaran sejauh mana pengaruh kita akan efektif dalam membawakan perubahan, atau dalam menggerakkan orang lain. Buku Praktik Baik dan Komunitas tersebut merupakan upaya untuk menguatkan lingkaran pengaruh menggerakkan rekan guru lain melakukan praktik baik pembelajaran terutama dalam Implementasi Kurikulum Merdeka yang berpihak pada murid.

Berbagi Praktik Baik Guru Merdeka Belajar (Dokpri)
Berbagi Praktik Baik Guru Merdeka Belajar (Dokpri)

Buku Antologi Praktik Baik
Buku Antologi Praktik Baik "Belajar, Berkarya dan Berbagi" (Dokpri)

Tahap 3 merupakan upaya untuk menggerakkan rekan guru melakukan perubahan di ruang kelas sekecil apapun itu. Berbagi praktik baik tidak berhenti sampai dengan diterbitkannya buku tersebut. Kami membawa hasil karya tersebut ke rekan guru lain dan managemen sekolah untuk bisa terus digaungkan dan dinyalakan semangatnya. Selain itu, umpan balik positif dari Murid A dan B (baca di paragraf awal) memotivasi saya untuk berbagi praktik baik yang sudah saya lakukan di hadapan rekan guru dan staf di sesi "pagi 10 menit" atau di sekolah kami dikenal dengan sesi morning briefing dan berlanjut di sesi Pengembangan Profesi awal tahun ajaran 2022-2023. Setelah itu saya memberanikan diri mengajak rekan guru mata pelajaran Bahasa Inggris untuk berkolaborasi pada proyek selanjutnya dengan tetap berpijak pada Merdeka Belajar yang berpihak pada kebutuhan murid. Pengalaman berhasil tersebut memotivasi saya untuk terus berbagi di forum lain yang saya harapkan akan lebih luas dampaknya. Saya membagi tulisan praktik baik pada portal Cerita Guru Belajar dan alhamdulillah dari dari tulisan tersebut akhirnya pada Agustus 2022 saya diundang/diberi kesempatan untuk menjadi salah satu pembicara Temu Pendidik Nusantara 9 (TPN 9) yang digagas oleh Yayasan Guru Belajar secara daring di Kelas Kemerdekaan. Temu Pendidik Nusantara (TPN) merupakan konferensi pendidikan yang mempertemukan segala lini bidang pendidikan mulai dari guru, manajemen sekolah, semua pemangku kepentingan ekosistem pendidikan dalam skala nasional dan internasional.

Temu Pendidik Nusantara 9 (Dokpri)
Temu Pendidik Nusantara 9 (Dokpri)

Implementasi Kurikulum Merdeka tidak hanya berhenti pada murid. Guru sebaiknya terus meningkatkan kualitas dirinya sebagai pembelajar sejati dan berbagi praktik baik pengalaman berhasilnya untuk melipatgandakan dampak. Bergulirnya Implementasi Kurikulum Merdeka secara tidak langsung memunculkan ide-ide hebat guru dan potensi murid yang beragam. Inovasi pembelajaran mulai dilakukan guru-guru berdampak pada peningkatan keterampilan murid diantaranya kreatifitas, komunikasi, kepemimpinan, dan berpikir kritis. Budaya positif berbagi praktik baik tersebut terus berlanjut di sekolah kami dan sudah menjadi agenda rutin untuk mengembangkan komunitas belajar formal/informal sebagai berikut:

  • Morning briefing sesi 10 menit yang dihadiri oleh guru, staf dan managemen sekolah mengawali pagi untuk berbagi praktik baik, review buku, hiburan kuis, dan juga informasi bagi murid terkait kegiatan sekolah.
  • Subject Departmen meeting dilakukan setiap bulan dan dihadiri oleh guru mata pelajaran serumpun. Pembahasan pertemuan terkait praktik baik pembelajaran dan problem solving kegiatan sekolah.
  • Internal Professional Development atau sesi pengembangan profesi setiap bulan sekali dengan durasi 60 menit. Materi praktik baik dibawakan oleh guru, konselor, managemen secara bergantian setiap bulannya.
  • General Profesional Development dilakukan 1 hari workshop/seminar setiap awal semester. Materi yang disampaikan 2 tahun belakangan ini adalah berbagi praktik baik. Buku antologi "Cerita Praktik Baik Pendidik Sekolah Sugar Group" juga dihasilkan dari kegiatan ini.

Buku Antologi
Buku Antologi "Cerita Praktik Baik Guru Sekolah Sugar Group" (Dokpri)

Mengutip pernyataan Mas Menteri Nadiem Makarim, "Besok, dimanapun Anda berada, lakukan perubahan kecil di kelas Anda". Kalimat sederhana tersebut sangat dalam maknanya. Betapa kita sebagai seorang guru dituntut untuk secara konsisten terus bergerak sekecil apapun itu dan memulainya dari kelas kita sendiri. Inspirasi berubah bisa kita temui dari rekan guru dan murid. Mengutip kalimat ajakan positif Guru Penggerak, "Merdeka Belajar, semangat tergerak, bergerak, dan menggerakkan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun