Mohon tunggu...
Dwi Kristiasih
Dwi Kristiasih Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

2nd ICHEC - Dean Yamada Mengupas Elemen-elemen Visual dalam Menyutradarai Film

17 Juni 2016   22:31 Diperbarui: 17 Juni 2016   22:50 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu dari empat pembicara kunci dalam Internasional Christian Higher Education Conference (ICHEC) yang diselenggarakan tanggal 15-17 Juni 2016, di Universitas Pelita Harapan pada tahun ini, adalah Dean Yamada. Sutradara sekaligus pengajar di Biola University USA ini, memperkenalkan elemen-elemen visual dalam menyutradarai sebuah film.

Satu dari empat pembicara kunci dalam Internasional Christian Higher Education Conference (ICHEC) yang diselenggarakan tanggal 15-17 Juni 2016, di Universitas Pelita Harapan pada tahun ini, adalah Dean Yamada. Sutradara sekaligus pengajar di Biola University USA ini, memperkenalkan elemen-elemen visual dalam menyutradarai sebuah film.

Pada workshop di hari kedua ICHEC, Kamis 16 Juni 2016,  Dean Yamada membahas elemen-elemen dalam sinematografi. Ia memulai presentasinya dengan menampilkan sebuah kalimat singkat, berwarna putih dengan latar belakang hitam polos, yang menarik perhatian peserta untuk membacanya: Film is as much a creative endeavor as it is a spiritual one. 

“Film adalah sebuah cara bagi saya, untuk mengekspresikan diri, dan memuliakan Tuhan melalui seni, dan melalui identitas diri”, kata Dean menjelaskan kalimat tersebut.

Yamada menjelaskan bahwa menyutradarai sebuah film, pada dasarnya adalah sama dengan bercerita. Mengutip Stanley Kubrick, Yamada menjelaskan bahwa ia berkarya karena sesuatu yang dia rasakan dan bukan sebatas penyampaian pesan. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan film adalah: Visual Grammar, kerjasama dengan pemeran, dan kepemimpinan. 

Dean Yamada mengelompokkan komponen-komponen visual, yaitu: ruang, garis, warna, tone, pergerakan, dan ritme. Setiap komponen bahkan detail terkecil sekalipun memegang peranan penting dalam penyampaian pesan sebuah film. Yamada menegaskan betapa pentingnya intensitas visual sebagai salah satu faktor yang menentukan kualitas film. Beragam gambar menarik, foto, kode batang film, hingga cuplikan adegan dari beberapa film terkenal turut mendukung penjelasan Yamada, sehingga memudahkan seluruh peserta memahami konten presentasi. Tidak hanya itu, ia juga selalu mendorong peserta untuk menganalisa contoh-contoh yang ditampilkan.

Workshop yang Yamada sampaikan terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama membahas komponen warna, tone, dan ruang. “Warna memiliki hubungan emosi dengan perasaan anda”, katanya. Ia mengingatkan bahwa dalam pembuatan film tidak hanya melibatkan penglihatan namun juga emosi. Sedangkan dalam membahas elemen ruang, Yamada fokus pada konsep dimensi dan permukaan, yang sangat berpengaruh pada kedalaman sebuah adegan.

Sesi kedua membahas komponen garis/bentuk dan seni peran. Yamada menjelaskan komponen garis/bentuk yang berhubungan dengan sudut, dalam pengambilan adegan. Yamada memaparkan tiga bentuk dasar yaitu lingkaran, segitiga, dan persegi. Pengambilan adegan dari sudut yang tepat dapat menyempurnakan intensitas visual, dan mempengaruhi emosi yang tersampaikan. “Diagonal adalah yang paling intens”, tegasnya. 

Menarik ketika Yamada menjelaskan konsep terakhir, yaitu seni peran. Ia yakin bahwa tidak ada satupun momen dimana manusia tidak memiliki keinginan. Seni peran menggunakan keinginan-keinginan tersebut, mengelompokkannya, dan kelompok-kelompok tersebut kemudian menuntun kepada tindakan. Ia juga menambahkan bahwa dalam seni peran, kemampuan untuk memanipulasi sangat penting.

Mengenai korelasi ilmu sinematografi dengan pandangan Alkitabiah, Yamada menjelaskan bahwa iman atau keyakinan seseorang akan tercermin dari karya yang dihasilkan . 

“Saya orang Kristen, saya cinta Yesus, dan saya hidup dengan cara-cara Kristen. Maka saya yakin iman saya akan terlihat jelas dalam setiap karya saya, tanpa harus ditunjukkan secara terbuka”, Yamada menjelaskan dengan tegas.

Salah seorang peserta, Paul R. Gupta mewakili Hindustan Bible Institute and College India, menyampaikan kesannya mengenai workshop yang Dean Yamada bawakan. 

“Saya rasa salah satu hal yang Dean Yamada coba lakukan, adalah untuk membantu kita memahami teknologi dan metodologi dalam mengembangkan gambar, film, dan media visual lainnya. Agar kita menggunakan kemampuan kita untuk mengembangkan film-film bermutu di lingkungan Kristen, maupun di lingkungan sekuler. Supaya dapat menyebarkan nilai-nilai yang memang dibutuhkan. Meskipun demikian, bila kita tidak melakukannya dengan cara yang efektif maka tidak mungkin untuk meraih lingkungan profesional. Jadi saya rasa apa yang baru saja disampaikan sangatlah bermanfaat dan menarik, Dean Yamada menguasai materinya dengan baik, dan dia memimpin workshop ini dengan sangat baik.”  (Kristi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun