Howard Gardner adalah seorang psikolog dari Harvard yang berpendapat bahwa tidak ada anak yang tidak cerdas karena setiap anak memiliki kelebihannya sendiri-sendiri dan kecerdasan logika bukanlah satu-satunya kecerdasan yang dimiliki oleh manusia.Â
Untuk itu, Gardner memperkenalkan teori kecerdasan majemuk, yaitu kecerdasan bahasa, kecerdasan musik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-tubuh, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Kecerdasan majemuk juga memberikan perspektif bahwa seorang anak sangat mungkin memiliki beragam kecerdasan. Dari Kecerdasan majemuk inilah, model pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk mulai diperkenalkan.
Model pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah proses komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan pengenalan terhadap kecerdasan majemuk yang dimiliki peserta didik sebagai landasan dalam pemilihan strategi pembelajaran.Â
Model pembelajaran ini bisa diterapkan di setiap mata pelajaran, tetapi tidak semua materi pelajaran bisa menggunakan model pembelajaran ini dan tidak semua kecerdasan majemuk bisa diterapkan dalam satu materi pelajaran. Â Dalam refleksi ini, saya akan mencoba untuk berbagi pengalaman ketika saya menerapkan model pembelajaran ini dalam kelas Bahasa Indonesia untuk materi teks eksplanasi kelas 8.
Tujuan pembelajaran yang akan saya capai adalah peserta didik dapat mengidentifikasi informasi urutan peristiwa dalam teks eksplanasi, lalu mengonstruksi informasi pengetahuan dan urutan peristiwa dalam teks eksplanasi dengan berbagai bentuk. Berikut adalah langkah-langkah pembelajarannya.
- Guru membagikan teks eksplanasi fenomena alam "Proses Terjadinya Hujan".
- Peserta didik membaca teks eksplanasi fenomena alam "Proses Terjadinya Hujan".
- Guru membimbing peserta didik saat mengidentifikasi informasi urutan peristiwa dalam teks eksplanasi fenomena alam "Proses Terjadinya Hujan".
- Guru membimbing peserta didik saat mengonstruksi informasi pengetahuan dan urutan peristiwa teks eksplanasi fenomena alam "Proses Terjadinya Hujan" dalam berbagai bentuk sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki.
- Kecerdasan spasial: Peserta didik mengonstruksi informasi pengetahuan dan urutan peristiwa teks eksplanasi fenomena alam "Proses Terjadinya Hujan" dalam bentuk gambar atau peta pikiran.Â
- Kecerdasan bahasa: Peserta didik mengonstruksi informasi pengetahuan dan urutan peristiwa teks eksplanasi fenomena alam "Proses Terjadinya Hujan" dalam bentuk puisi ataupun bentuk teks eksplanasi.
- Kecerdasan musik: Peserta didik mengonstruksi informasi pengetahuan dan urutan peristiwa teks eksplanasi "Proses Terjadinya Hujan" dari puisi hasil karya siswa yang memiliki kecerdasan bahasa dalam bentuk musikalisasi puisi, yaitu menyanyikan puisi dengan iringan musik dan juga bisa diselingi membaca puisi untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan bahasa.Â
- Kecerdasan kinestetik-tubuh: Peserta didik menciptakan gerakan yang sesuai dengan informasi pengetahuan dan urutan peristiwa teks eksplanasi dan Guru menyimpulkan hasil pembelajaran. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
   5. Guru meminta peserta didik untuk menulis refleksi pembelajaran berupa pengalaman mereka mengonstruksi informasi teks eksplanasi sesuai dengan kecerdasan yang mereka miliki.
Dari hasil refleksi siswa, beberapa anak mengaku bahwa mereka tidak memiliki kecerdasan yang menonjol sehingga apapun bentuk tugasnya, hasilnya tetap tidak maksimal. Sementara itu, anak yang lain merasa senang karena mereka tidak harus mengerjakan dalam bentuk teks eksplanasi ataupun teks puisi.Â
Model pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk ini memang menarik untuk diterapkan di dalam kelas, tetapi memerlukan pemikiran dan perencanaan yang matang dari seorang guru. Guru juga harus benar-benar memahami kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak dan pasti memerlukan tes yang akurat.Â
Meskipun demikian, apa yang saya lakukan dalam pembelajaran tersebut masih merupakan pilihan yang ditawarkan kepada setiap anak, yang berarti anak mengukur kemampuan yang dimilikinya dan itu cukup memberikan pengalaman berharga meskipun belum semua kecerdasan ditawarkan. Seorang guru harus terus belajar dan belajar karena zaman terus berkembang. Itulah yang harus saya tanamkan dalam panggilan saya sebagai seorang guru. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H