Mohon tunggu...
Sri Kristiyani
Sri Kristiyani Mohon Tunggu... Guru - Menulis itu perlu ide dan ide itu perlu dicari dan direnungkan

Panggilan menjadi seorang guru bukannya semakin mudah, tetapi kita akan mampu melewatinya jika kita menggunakan hati kita untuk menjalani panggilan tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tahap Enaktif, Ikonik, dan Simbolik dalam Pembelajaran Berkolaborasi

5 November 2021   19:17 Diperbarui: 5 November 2021   19:24 4519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Penelitian yang dilakukan Bruner meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, Bruner menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Oleh karena itu, Bruner menganggap bahwa belajar meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, mentransformasi pengetahuan, dan menguji relevansi serta ketepatan pengetahuan tersebut.

Dalam mencapai tiga proses kognitif tersebut, Bruner menganggap bahwa model belajar penemuan (discovery learning) sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dapat memberikan hasil yang paling baik. Dalam hal ini, siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen sehingga mereka dapat menemukan konsep dan prinsip itu sendiri. 

Selain tiga proses kognitif dan model belajar penemuan, Bruner juga menggunakan kurikulum spiral dalam pembelajaran, yang materinya disesuaikan dengan tahapan enaktif, ikonik, dan simbolik sehingga pengulangan materi pasti akan terjadi. Untuk itu, guru berperan sebagai fasilitator, motivator, tutor, dan evaluator. Inilah yang akan menjadi refleksi saya dalam mempelajari teori belajar Bruner ketika saya mengajarkan materi teks laporan hasil observasi untuk kelas 7 sekaligus kelas 10, khususnya kompetensi menyusun laporan hasil observasi. 

Yang menjadi pembeda adalah objek yang diobservasi dan kompleksitas dalam menyajikan laporan teks hasil observasi serta aspek penilaian. Namun, refleksi ini hanya akan membahas pembelajaran di Kelas 7, yaitu bagaimana tahapan enaktif, ikonik, dan simbolik diterapkan dalam materi teks laporan hasil observasi.

Sebagai seorang fasilitator bagi siswa, saya merencanakan pembelajaran dan menyajikan materi pembelajaran yang terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki siswa. Untuk itu, saya mengajak kolaborasi dengan guru IPA dengan materi tanaman dikotil dan monokotil. Untuk tahapan enaktif, siswa diminta untuk mengobservasi tanaman yang ada di lingkungan sekolah dan mendokumentasikan tanaman tersebut. 

Dari dokumentasi tersebut, siswa diminta mencari gambar tanaman sejenis yang sudah ditemukan di lingkungan sekolah dengan sumber dari internet untuk menambahkan informasi tentang nama tanaman, ciri-ciri, dan klasifikasi. Inilah tahapan ikonik. Langkah berikutnya, yaitu tahapan simbolik, siswa menyusun hasil pengamatan dan pencarian sumber dari internet tersebut dalam lembar kerja siswa.

Selanjutnya, LKS yang sudah dikerjakan di kelas IPA akan menjadi bahan yang akan dikembangkan menjadi sebuah teks laporan hasil observasi dalam kelas Bahasa Indonesia. Dalam hal ini, siswa langsung menuju tahapan simbolik, yaitu membuat abstraksi berupa teori-teori, penafsiran, dan analisis terhadap realitas yang telah diamati dan dialami serta menggabungkan dengan konsep struktur teks laporan hasil observasi. 

Hasil abstraksi inilah yang akan digunakan untuk penilaian hasil belajar penemuan yang meliputi pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar IPA dan kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip dasar itu pada situasi baru yaitu teks hasil laporan observasi sehingga dalam penyusunan teks laporan hasil observasi, siswa perlu memperhatikan konsep struktur dan aspek kebahasaan serta aspek tulisan. Proses mengabstraksi inilah peran guru sebagai tutor, motivator, dan evaluator diperlukan

Dengan demikian, guru memang tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga dituntut untuk memiliki strategi pembelajaran agar materi yang diajarkan bisa dipahami, diingat, bertahan lama sehingga siswa bisa mengalami pembelajaran yang bermakna. Ini bukan persoalan yang mudah, melainkan harus menjadi komitmen setiap guru, termasuk saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun