Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Penelitian yang dilakukan Bruner meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, Bruner menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Oleh karena itu, Bruner menganggap bahwa belajar meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, mentransformasi pengetahuan, dan menguji relevansi serta ketepatan pengetahuan tersebut.
Dalam mencapai tiga proses kognitif tersebut, Bruner menganggap bahwa model belajar penemuan (discovery learning) sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dapat memberikan hasil yang paling baik. Dalam hal ini, siswa hendaknya belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen sehingga mereka dapat menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.Â
Selain tiga proses kognitif dan model belajar penemuan, Bruner juga menggunakan kurikulum spiral dalam pembelajaran, yang materinya disesuaikan dengan tahapan enaktif, ikonik, dan simbolik sehingga pengulangan materi pasti akan terjadi. Untuk itu, guru berperan sebagai fasilitator, motivator, tutor, dan evaluator. Inilah yang akan menjadi refleksi saya dalam mempelajari teori belajar Bruner ketika saya mengajarkan materi teks laporan hasil observasi untuk kelas 7 sekaligus kelas 10, khususnya kompetensi menyusun laporan hasil observasi.Â
Yang menjadi pembeda adalah objek yang diobservasi dan kompleksitas dalam menyajikan laporan teks hasil observasi serta aspek penilaian. Namun, refleksi ini hanya akan membahas pembelajaran di Kelas 7, yaitu bagaimana tahapan enaktif, ikonik, dan simbolik diterapkan dalam materi teks laporan hasil observasi.
Sebagai seorang fasilitator bagi siswa, saya merencanakan pembelajaran dan menyajikan materi pembelajaran yang terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki siswa. Untuk itu, saya mengajak kolaborasi dengan guru IPA dengan materi tanaman dikotil dan monokotil. Untuk tahapan enaktif, siswa diminta untuk mengobservasi tanaman yang ada di lingkungan sekolah dan mendokumentasikan tanaman tersebut.Â
Dari dokumentasi tersebut, siswa diminta mencari gambar tanaman sejenis yang sudah ditemukan di lingkungan sekolah dengan sumber dari internet untuk menambahkan informasi tentang nama tanaman, ciri-ciri, dan klasifikasi. Inilah tahapan ikonik. Langkah berikutnya, yaitu tahapan simbolik, siswa menyusun hasil pengamatan dan pencarian sumber dari internet tersebut dalam lembar kerja siswa.
Selanjutnya, LKS yang sudah dikerjakan di kelas IPA akan menjadi bahan yang akan dikembangkan menjadi sebuah teks laporan hasil observasi dalam kelas Bahasa Indonesia. Dalam hal ini, siswa langsung menuju tahapan simbolik, yaitu membuat abstraksi berupa teori-teori, penafsiran, dan analisis terhadap realitas yang telah diamati dan dialami serta menggabungkan dengan konsep struktur teks laporan hasil observasi.Â
Hasil abstraksi inilah yang akan digunakan untuk penilaian hasil belajar penemuan yang meliputi pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar IPA dan kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip dasar itu pada situasi baru yaitu teks hasil laporan observasi sehingga dalam penyusunan teks laporan hasil observasi, siswa perlu memperhatikan konsep struktur dan aspek kebahasaan serta aspek tulisan. Proses mengabstraksi inilah peran guru sebagai tutor, motivator, dan evaluator diperlukan
Dengan demikian, guru memang tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga dituntut untuk memiliki strategi pembelajaran agar materi yang diajarkan bisa dipahami, diingat, bertahan lama sehingga siswa bisa mengalami pembelajaran yang bermakna. Ini bukan persoalan yang mudah, melainkan harus menjadi komitmen setiap guru, termasuk saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H