Mohon tunggu...
Bayu Krisna Putra
Bayu Krisna Putra Mohon Tunggu... -

Pilihan yang menentukan kita untuk menjadi Bagai mana dan Seperti apa nantinya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fase Phalic

8 April 2015   23:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:21 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan.

Istilah Electra kompleks telah digunakan untuk menggambarkan satu set sama perasaan yang dialami oleh gadis-gadis muda. Freud, bagaimanapun, percaya bahwa gadis-gadis bukan iri pengalaman penis.

Akhirnya, anak menyadari mulai mengidentifikasi dengan induk yang sama-seks sebagai alat vicariously memiliki orang tua lainnya. Untuk anak perempuan, Namun, Freud percaya bahwa penis iri tidak pernah sepenuhnya terselesaikan dan bahwa semua wanita tetap agak terpaku pada tahap ini. Psikolog seperti Karen Horney sengketa teori ini, menyebutnya baik tidak akurat dan merendahkan perempuan. Sebaliknya, Horney mengusulkan bahwa laki-laki mengalami perasaan rendah diri karena mereka tidak bisa melahirkan anak-anak.

Pada tahap ini, anak memperlihatkan ketertarikannya untuk mengeksplorasi dan bermain dengan alat genitalnya. Kesenangan yang diperoleh melalui alat genital tidak hanya melalui perilaku seperti masturbasi tetapi juga melalui khayalan, anak-anak menjadi ingin tahu tentang kelahiran dan mengenai kenapa anak laki-laki mempunyai penis sedangkan anak perempuan tidak.

Konflik dasar dari tahap phallic berpusat pada hasrat yang tidak disadari kepada orang tua yang berlainan jenisnya. Bersamaan dengan ini, terdapat keinginan untuk menggantikan orang tua sesama jenisnya. Freud mengidentifikasi konflik tersebut dan mengemukakan konsepnya tentang:

·Oedipus complex yaitu hasrat yang tidak disadari oleh seorang anak laki-laki terhadap ibunya, dan berkeinginan untuk menggantikan dan menyingkirkan ayahnya. Dengan hasrat untuk menyingkirkan ayahnya karena ketekutannya bahwa ayahnya akan membalas dendam dan menyakitinya. Dia mengintepretasikan ketakutannya bahwa ayahnya akan memotong alat genitalnya yang merupakan sumber kesenangan dan keinginan seksualnya disebut Freud sebagai castration anxiety.

·Electra complex yaitu hasrat yang tidak disadari oleh seorang anak perempuan terhadap ayahnya, dan berkeinginan untuk menggantikan ibunya. Disini anak perempuan menemukan bahwa mereka tidak mempunyai penis seperti anak laki-kaki dan mereka menyalahkan ibunya dikenal dengan istilah penis envyyaitu perasaan cemburu terhadap anak laki-laki yang mempunyai penis disertai perasaan kehilangan karena anak perempuan tidak memiliki penis.

Freud mengemukakan kepribadian anak laki-laki pada masa phallic adalah tidak tahu malu, sia-sia, dan keyakinan diri. Sedangkan kepribadian anak perempuan pada masa phallic adalah melebih-lebihkan feminitas dan bakatnya untuk mengemudikan dan menaklukan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun