Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dendam & Kebencian: Beban Emosi yang Menggerogoti Fisik

26 Oktober 2024   14:24 Diperbarui: 26 Oktober 2024   14:28 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu efek samping dari memendam dendam adalah gangguan tidur. Ketika seseorang memendam emosi negatif, ia akan sulit untuk mendapatkan tidur yang berkualitas. Studi dari "National Sleep Foundation" menunjukkan bahwa orang yang memiliki perasaan dendam atau kebencian sering kali mengalami gangguan tidur, termasuk insomnia. Tidur yang kurang berkualitas dapat mengakibatkan penurunan kemampuan tubuh untuk memperbaiki jaringan, yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang.

Teori Keseimbangan Emosional dan Efek Psikofisiologi

Dalam psikologi, teori keseimbangan emosional menekankan pentingnya pengelolaan emosi untuk menjaga kesehatan mental dan fisik. Teori ini dikembangkan oleh Dr. Richard Lazarus, yang menjelaskan bahwa emosi yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan stres berkepanjangan, yang secara otomatis memicu masalah kesehatan pada tubuh manusia. Ketika seseorang merasa dendam, tubuhnya tidak dapat mencapai keseimbangan emosional yang ideal, sehingga ia lebih rentan terhadap berbagai penyakit. Lazarus mengungkapkan bahwa "setiap emosi yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi racun bagi tubuh kita."

Penelitian tentang Hubungan Dendam dan Kanker

Salah satu penelitian yang menarik dalam konteks ini adalah hubungan antara dendam dengan risiko kanker. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam "Cancer Nursing" menunjukkan bahwa pasien kanker yang memendam kebencian atau dendam lebih sulit sembuh dibandingkan mereka yang memiliki sikap yang lebih positif. Penelitian ini menduga bahwa emosi negatif yang mendalam menurunkan efektivitas pengobatan dan memperburuk prognosis.

Studi Kasus: Dampak Dendam pada Kesehatan Masyarakat

Fenomena ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada skala komunitas. Ketika sebuah kelompok atau masyarakat terlibat dalam konflik berkepanjangan, kebencian kolektif dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik seluruh komunitas tersebut. Dalam konflik etnis, misalnya, masyarakat yang terpapar kebencian dan dendam antar kelompok menunjukkan tingkat penyakit mental yang lebih tinggi, serta prevalensi penyakit jantung dan hipertensi yang lebih besar. Hal ini memperkuat argumen bahwa dendam, baik pada level individu maupun kolektif, memiliki dampak signifikan pada kesehatan.

Cara Mengatasi Dendam untuk Kesehatan yang Lebih Baik

Psikolog dan ahli kesehatan merekomendasikan beberapa strategi untuk mengatasi dendam, termasuk "forgiveness therapy" atau terapi pemaafan. Terapi ini melibatkan proses memahami, menerima, dan melepaskan perasaan dendam agar individu dapat mencapai kedamaian batin. Studi menunjukkan bahwa individu yang menjalani terapi pemaafan menunjukkan penurunan tekanan darah, perbaikan dalam kualitas tidur, dan peningkatan kesehatan mental secara keseluruhan.

Menurut Dr. Fred Luskin dari Stanford University, yang telah melakukan berbagai penelitian tentang pengaruh pemaafan pada kesehatan fisik dan mental, pemaafan adalah kunci untuk memutus siklus dendam yang berbahaya. Ia menjelaskan bahwa "memilih untuk memaafkan adalah keputusan untuk membebaskan diri dari beban emosional yang berat, yang pada akhirnya membawa manfaat bagi kesehatan."

 Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun