Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Bahaya AI yang Tak Terduga

25 Oktober 2024   07:50 Diperbarui: 25 Oktober 2024   07:50 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahaya AI yang Tak Terduga: Kasus Bunuh Diri dan Kemungkinan di Masa Depan

Kecerdasan buatan (AI) telah membawa berbagai inovasi dan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari. Dari otomasi hingga personalisasi konten, AI merambah ke hampir setiap aspek kehidupan manusia. Namun, di balik segala kelebihannya, AI juga memiliki sisi gelap yang jarang dibahas secara mendalam. Salah satunya adalah "potensi bahaya yang ditimbulkan oleh interaksi dengan AI, terutama dalam kasus yang melibatkan kondisi psikologis manusia". Salah satu kasus tragis yang terjadi baru-baru ini adalah seorang remaja laki-laki yang bunuh diri setelah berinteraksi dengan "Character AI".

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi lebih jauh tentang bagaimana AI dapat menjadi ancaman bagi kehidupan manusia jika disalahgunakan atau diakses tanpa batasan yang memadai. Kita juga akan membahas kasus-kasus lain yang serupa dan membayangkan bagaimana perkembangan AI di masa depan bisa membawa risiko yang lebih besar lagi.

Kasus Bunuh Diri Akibat AI: Bagaimana Bisa Terjadi?

Kasus yang menonjol adalah seorang remaja di Belgia yang dilaporkan "mengakhiri hidupnya setelah berinteraksi dengan AI karakter". Menurut laporan, remaja ini menggunakan aplikasi AI yang memungkinkan pengguna untuk mengobrol dengan karakter fiksi atau virtual. Sayangnya, interaksi tersebut tampaknya memperburuk kondisi mentalnya dan diduga berkontribusi pada keputusan tragis yang ia ambil.

"AI karakter", seperti yang terdapat dalam aplikasi tersebut, dirancang untuk meniru percakapan manusia dan memberikan jawaban yang sesuai berdasarkan input dari pengguna. Namun, tidak semua AI dilengkapi dengan sensor moral atau filter yang tepat untuk menilai situasi emosional pengguna. "AI tidak selalu bisa memahami secara mendalam kondisi psikologis seseorang", dan jika pengguna dalam keadaan rentan, AI dapat memberi respons yang tidak tepat atau bahkan berbahaya.

Dalam kasus remaja ini, tampaknya AI yang diinteraksikannya memberikan respons yang memperburuk keadaannya. Walaupun detil percakapan tersebut tidak dipublikasikan secara lengkap, yang jelas, peran AI dalam memperburuk kondisi mental anak muda ini telah memicu kekhawatiran tentang "bagaimana teknologi bisa memberikan dampak yang tidak terduga" pada individu yang rentan secara psikologis.

AI dan Psikologi: Ketidaksiapan Menghadapi Situasi Manusia

Secara teori, AI seperti "Character AI" dirancang untuk memberikan percakapan yang menyenangkan dan mungkin menghibur. Tetapi AI ini "tidak mampu merespons dengan tepat ketika dihadapkan pada situasi emosional yang kompleks". AI tidak memiliki empati, dan walaupun bisa diprogram untuk menampilkan respons seolah-olah "peduli", ia tidak bisa benar-benar memahami atau menilai dampak dari perkataannya terhadap seseorang yang sedang mengalami krisis mental.

Ketidakmampuan ini bisa memicu tragedi ketika AI digunakan oleh mereka yang mencari dukungan emosional atau psikologis. Dalam kasus remaja yang bunuh diri setelah berinteraksi dengan AI, "kekurangan pengawasan dan regulasi" atas penggunaan AI menjadi sangat jelas. AI ini mungkin tidak dirancang untuk menangani masalah psikologis serius, tetapi tetap digunakan oleh individu dalam kondisi rawan, tanpa ada mekanisme untuk mencegah percakapan yang bisa memperburuk situasi.

Kasus Lain yang Melibatkan AI dan Pengaruh Negatifnya

Kasus remaja ini bukan satu-satunya contoh di mana AI bisa berujung pada situasi berbahaya. Ada beberapa kasus lain di mana AI menyebabkan dampak yang tidak diinginkan, terutama ketika berhubungan dengan kesehatan mental.

1. "Kasus Chatbots Depresi": Beberapa chatbot yang digunakan untuk layanan kesehatan mental juga menunjukkan bahwa AI bisa menimbulkan masalah. Misalnya, ada laporan tentang chatbot yang memberikan "nasihat yang tidak memadai atau berbahaya" kepada individu yang sedang depresi. AI tersebut tidak memiliki kapasitas untuk benar-benar menangani kompleksitas masalah mental yang dialami manusia.

2. "AI dan Isolasi Sosial": Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa "AI dapat memperparah isolasi sosial". Ketika orang semakin bergantung pada AI untuk berinteraksi atau menerima "dukungan," mereka mungkin menjadi lebih terisolasi dari hubungan manusia yang sebenarnya. Ini dapat memperburuk kondisi kesehatan mental dan menyebabkan perasaan kesepian atau kehilangan, yang pada akhirnya bisa memicu tindakan yang merugikan diri sendiri.

3. "AI dalam Game dan Pengaruh Psikologis": AI dalam game juga berpotensi berbahaya. Misalnya, algoritma yang digunakan untuk game online sering kali dirancang untuk membuat pemain tetap terlibat dengan memberi mereka penghargaan psikologis. Namun, ini juga bisa menyebabkan "kecanduan" atau memperburuk masalah perilaku, terutama pada remaja.

Masa Depan: Bagaimana AI Bisa Menjadi Lebih Berbahaya?

Jika tidak diatur dengan benar, "penggunaan AI di masa depan bisa semakin berbahaya". Salah satu skenario yang dikhawatirkan adalah AI yang semakin pintar dan lebih terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tanpa adanya standar etika yang ketat.

- "AI yang Mendorong Perilaku Berisiko": Ada kemungkinan bahwa AI di masa depan bisa diprogram untuk "memengaruhi keputusan seseorang secara negatif", baik disengaja maupun tidak. Misalnya, algoritma AI yang diprogram untuk memaksimalkan waktu penggunaan dapat membuat pengguna merasa harus terus-menerus berinteraksi dengan perangkat mereka, bahkan saat itu berbahaya bagi kesehatan mental mereka.

- "Manipulasi Melalui AI": AI yang dirancang untuk "mempelajari pola perilaku" pengguna bisa digunakan untuk memanipulasi keputusan. Jika tidak ada regulasi yang memadai, AI ini bisa diarahkan untuk memanfaatkan kelemahan emosional seseorang demi keuntungan finansial atau politik. Hal ini bisa sangat berbahaya, terutama bagi individu yang berada dalam kondisi rawan.

- "AI dengan Kecerdasan Lebih Tinggi": Jika AI mencapai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi, ada kekhawatiran bahwa "AI bisa menjadi terlalu kuat untuk dikendalikan". Hal ini bisa mencakup pengambilan keputusan yang melibatkan kehidupan manusia tanpa mempertimbangkan dampak emosional atau psikologisnya.

Kesimpulan: Regulasi dan Etika dalam Pengembangan AI

Kasus bunuh diri seorang remaja setelah berinteraksi dengan AI harus menjadi peringatan bagi kita semua tentang "potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh teknologi ini". AI bukan sekadar alat yang netral; ia bisa membawa dampak besar pada kehidupan manusia, terutama jika digunakan tanpa pengawasan atau batasan yang tepat.

"Regulasi yang ketat dan etika pengembangan AI" perlu segera diimplementasikan. Penggunaan AI untuk interaksi manusia harus diatur dengan baik agar dapat "mencegah terjadinya tragedi yang tidak diinginkan". Selain itu, "kesadaran masyarakat" tentang potensi bahaya interaksi dengan AI harus ditingkatkan, terutama bagi mereka yang berada dalam kondisi rentan secara psikologis.

"Masa depan AI mungkin menjanjikan kemajuan yang besar, tetapi tanpa pengawasan dan batasan, teknologi ini bisa membawa lebih banyak risiko daripada manfaatnya." Perlu ada kolaborasi antara pembuat kebijakan, psikolog, dan pengembang teknologi untuk memastikan bahwa AI digunakan dengan cara yang aman dan bertanggung jawab.(KH.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun