Prabowo dan Kabinet Besarnya: Pelajaran dari Abraham Lincoln tentang Keputusan Kontroversial yang Menyelamatkan
Hari-hari ini kita mendengar ocehan diberbagai media bahwa Prabowo dengan kabinet gemoy-nya itu akan menenggelamkan pemerintahannya kedalam birokrasi yang boros, bocor, tidak efisien, dan menambah frustasi orang-orang yang berurusan dengan pemerintahannya. Benarkah?
Ketika Prabowo Subianto mengumumkan kabinetnya dengan 48 menteri, reaksi publik langsung terbelah. Ada yang mengatakan bahwa keputusan ini terlalu berlebihan, seolah-olah Prabowo sedang menyiapkan kapal besar yang akan tenggelam akibat beban yang terlalu berat.Â
Mereka bertanya-tanya, apakah kabinet yang begitu besar ini efektif atau justru akan menjadi beban birokrasi yang lamban dan penuh intrik politik. Namun, ada juga yang melihat langkah ini sebagai strategi politik jangka panjang yang bijaksana.
Sebagai perbandingan, Amerika Serikat memiliki 15 kementerian, India dengan 28 menteri, dan China dengan sekitar 26 menteri. Di tengah perbandingan ini, kabinet Prabowo yang besar tampak aneh dan tidak efisien di mata sebagian besar pengamat politik.Â
Namun, seperti yang diajarkan sejarah oleh sosok seperti Abraham Lincoln, langkah yang tampak "salah" pada awalnya kadang-kadang adalah keputusan yang dapat menyelamatkan dari bencana di masa depan.
Menjinakkan Singa-Singa Kecil: Pelajaran dari Jokowi
Salah satu argumen yang sering diajukan terkait keputusan Prabowo adalah bahwa ia belajar dari pemerintahan Jokowi sebelumnya. Dalam periode Jokowi, beberapa tokoh politik yang tidak diberi posisi dalam kabinet menjadi singa-singa kecil yang berkeliaran di luar pemerintahan, menciptakan keributan dan mengganggu setiap langkah kebijakan pemerintah.Â
Para politisi ini, dengan kepentingan masing-masing, sering kali menjadi suara yang berseberangan dengan kebijakan-kebijakan Jokowi, menghambat implementasi dan menciptakan ketidakstabilan politik.
Prabowo tampaknya berusaha untuk "menjinakkan" singa-singa kecil ini dengan mengikutsertakan mereka ke dalam kabinetnya yang besar. Daripada membiarkan mereka berlarian di luar, merongrong setiap keputusan pemerintah, lebih baik mereka dilibatkan dalam struktur pemerintahan, di mana mereka bisa diawasi, dibatasi, dan diberi tugas-tugas birokrasi yang padat.