Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Belajar dari Saakashvili: Bagaimana Prabowo Bisa Melakukan Reformasi Radikal?

22 Oktober 2024   00:28 Diperbarui: 22 Oktober 2024   00:28 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar dari Saakashvili: Bagaimana Prabowo Bisa Melakukan Reformasi Radikal

Reformasi radikal sering kali menjadi kebutuhan yang mendesak di negara-negara dengan tingkat korupsi tinggi dan sistem pemerintahan yang sudah lama stagnan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi pemimpin mana pun, termasuk Prabowo Subianto, yang dihadapkan pada tugas besar untuk membawa perubahan signifikan di Indonesia. Salah satu contoh inspiratif reformasi radikal yang berhasil dilakukan dalam sejarah politik modern adalah yang dijalankan oleh Mikheil Saakashvili, Presiden Georgia dari tahun 2004 hingga 2013. Saakashvili melakukan langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam upaya mengubah negaranya dari sarang korupsi menjadi model transparansi dan efisiensi.

Prabowo bisa belajar banyak dari cara Saakashvili melakukan transformasi total terhadap institusi-institusi Georgia, termasuk pemecatan massal terhadap aparat polisi dan pembenahan sistem ekonomi yang membawa Georgia ke jalur kemajuan. Dalam artikel ini, kita akan membahas reformasi yang dilakukan oleh Saakashvili, bagaimana ini relevan untuk Indonesia, dan mengapa Prabowo bisa menerapkan pendekatan serupa untuk menciptakan perubahan yang nyata.

Saakashvili: Pemimpin dengan Langkah Berani

Ketika Mikheil Saakashvili mengambil alih kekuasaan pada tahun 2004, Georgia berada dalam kekacauan. Korupsi merajalela di hampir setiap level pemerintahan, kepercayaan masyarakat terhadap institusi sangat rendah, dan perekonomian terpuruk. Sebagai pemimpin muda yang ambisius dan berpendidikan Barat, Saakashvili memahami bahwa reformasi setengah-setengah tidak akan cukup untuk membawa Georgia keluar dari krisis.

Langkah pertama yang dilakukan Saakashvili adalah menyadari bahwa korupsi dalam kepolisian adalah masalah terbesar yang menghambat kemajuan negara. Dengan langkah yang mengejutkan banyak pihak, dia memecat 15 ribu petugas polisi yang terlibat dalam korupsi, tanpa ragu-ragu. Ini bukanlah langkah yang kecil atau simbolis; ini adalah langkah besar yang menunjukkan kepada rakyat Georgia bahwa era baru telah dimulai, dan tidak ada tempat bagi penegak hukum yang korup.

Setelah pemecatan besar-besaran tersebut, Saakashvili segera merekrut polisi baru, yang jauh lebih sedikit jumlahnya, namun memiliki kualitas lebih baik. Dia memberikan mereka pelatihan yang lebih baik, memperkenalkan teknologi yang lebih canggih untuk mendukung penegakan hukum, dan yang paling penting, meningkatkan gaji mereka hingga 20 kali lipat. Dengan demikian, polisi yang baru tidak lagi bergantung pada suap untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, yang secara signifikan mengurangi tingkat korupsi dalam tubuh kepolisian.

Mengapa Ini Relevan untuk Indonesia?

Indonesia, seperti Georgia pada awal 2000-an, juga berjuang dengan masalah korupsi yang merusak fondasi negara. Meskipun sudah banyak upaya dilakukan untuk memerangi korupsi, termasuk pembentukan KPK, fakta di lapangan menunjukkan bahwa praktik-praktik koruptif masih ada di berbagai institusi, termasuk kepolisian.

Prabowo, yang dikenal sebagai sosok tegas dan berdisiplin tinggi, dapat meniru langkah Saakashvili dalam memberantas korupsi dengan tindakan yang radikal dan berani. Pemecatan massal terhadap aparat yang terbukti korup, disertai dengan perekrutan baru yang transparan dan profesional, bisa menjadi langkah awal yang signifikan. Namun, tidak hanya berhenti di situ, seperti yang dilakukan Saakashvili, Prabowo juga harus memastikan bahwa para penegak hukum yang baru mendapatkan insentif yang layak agar mereka tidak tergoda oleh praktik suap. Ini adalah pendekatan jangka panjang yang tidak hanya menekan korupsi, tetapi juga memperbaiki reputasi institusi-institusi penegak hukum di mata masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun