Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Film

Film The Substance dari Sudut Pandang Teori Psikologi

17 Oktober 2024   15:10 Diperbarui: 17 Oktober 2024   15:23 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, alam bawah sadar adalah bagian yang tidak bisa kita abaikan. Seperti yang diungkapkan dalam film, apa yang tersembunyi dalam pikiran kita suatu saat bisa muncul ke permukaan dengan cara yang tak terduga. Kita perlu memiliki kesadaran diri yang cukup untuk memahami dan mengelola bagian dari diri kita yang tersembunyi ini.

Ketiga, film ini juga menekankan bahwa ada aspek primal dari kepribadian manusia yang tidak bisa dihilangkan sepenuhnya. Kita mungkin memiliki norma-norma sosial yang mengatur perilaku kita, tetapi dorongan-dorongan primal seperti ketakutan, agresi, dan hasrat selalu ada di bawah permukaan.

Kesimpulan

"The Substance" adalah lebih dari sekadar film horor. Dari sudut pandang psikologis, ini adalah kajian mendalam tentang bagaimana trauma, alam bawah sadar, dan dorongan primal membentuk kepribadian manusia. 

Zat misterius dalam film berfungsi sebagai katalis yang memaksa karakter untuk menghadapi bagian terdalam dari diri mereka---bagian yang mereka hindari atau sembunyikan. 

Ini adalah pengingat bahwa manusia tidak pernah sepenuhnya mengendalikan pikiran mereka, dan bahwa trauma serta alam bawah sadar memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan kita.

Melalui lensa teori kepribadian Freud dan Jung, kita dapat melihat bahwa film ini tidak hanya memberikan ketakutan fisik, tetapi juga ketakutan psikologis yang mendalam, mengingatkan kita akan kekuatan alam bawah sadar dan pentingnya menyembuhkan trauma. (KH.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun