Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mekanisme Pertahanan Diri Psikologis Berubah Menjadi Racun

16 Oktober 2024   10:49 Diperbarui: 16 Oktober 2024   11:21 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MEKANISME PERTAHANAN DIRI PSIKOLOGIS BERUBAH JADI RACUN

Setiap hari, dalam interaksi dengan diri sendiri dan orang lain, tanpa sadar kita menggunakan mekanisme pertahanan psikologis. Mekanisme pertahanan ini pada dasarnya merupakan cara otomatis yang digunakan pikiran kita untuk melindungi diri dari tekanan emosional, rasa sakit, atau situasi yang dirasa membahayakan.

Namun, apa jadinya ketika mekanisme ini justru digunakan secara berlebihan?

Ketika alat perlindungan diri ini malah berubah menjadi senjata yang tidak hanya merugikan diri kita, tetapi juga orang-orang di sekitar kita? Mari kita dalami lebih jauh.

Apa Itu Mekanisme Pertahanan Psikologis?

Mekanisme pertahanan psikologis pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud, seorang psikoanalis ternama, sebagai respons bawah sadar untuk melindungi ego dari kecemasan dan konflik internal. Ada berbagai jenis mekanisme pertahanan, tetapi tujuh di antaranya sering muncul dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Beberapa contoh mekanisme pertahanan ini adalah:

1. Penolakan (Denial)

Mengabaikan fakta atau realitas yang menyakitkan.

2. Proyeksi (Projection)

 Menyalahkan orang lain atas perasaan atau keinginan negatif yang sebenarnya berasal dari diri kita sendiri.

3. Rasionalisasi (Rationalization):

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun