Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ustadz Somid, dari Pesantren ke Penjara

29 September 2024   06:14 Diperbarui: 29 September 2024   06:14 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Pesantren Ke Penjara

 Cerpen oleh Kris Hadiwiardjo

Somid, seorang ustadz yang terhormat, mengawali kariernya dengan tekad suci untuk mendirikan pesantren di sebuah desa terpencil. Pesantren itu tumbuh dengan santri yang datang dari berbagai daerah, menghormati Somid bukan hanya karena ilmunya, tetapi juga karena kesederhanaan hidupnya. Ia dikenal sebagai guru yang bijaksana, yang mengajarkan tentang pentingnya kejujuran dan hidup yang lurus di hadapan Tuhan.

Namun, ambisi yang tak terduga mulai tumbuh dalam diri Somid. Ketika ia diundang untuk bergabung dengan sebuah partai politik besar, hatinya goyah. Janji perubahan dan pengaruh politik yang ditawarkan partai tersebut mulai memikatnya. Dalam hitungan bulan, ia pun meninggalkan pesantrennya dan mencalonkan diri sebagai anggota DPR. Sebuah langkah yang tak diduga santri-santrinya, yang kini merasa kehilangan bimbingan sang ustadz.

"Ustadz sudah jarang ke sini lagi," keluh seorang santri kepada temannya, Ahmad. "Katanya mau jadi anggota DPR. Pesantren kita bagaimana?"

Ahmad, yang juga kecewa, hanya bisa mengangguk. "Ya, semoga saja Ustadz ingat kalau kita di sini masih butuh bimbingannya."

Kehidupan politik ternyata jauh lebih menggoda daripada yang dibayangkan oleh Somid. Ketika ia resmi dilantik sebagai anggota DPR, ia mulai mendapatkan akses ke berbagai informasi sensitif, salah satunya adalah soal proyek-proyek besar yang didanai oleh APBN. Miliaran hingga triliunan rupiah akan dikucurkan ke daerah-daerah, dan di situlah Somid melihat peluang. Hubungannya dengan beberapa gubernur mulai terbentuk, terutama ketika ia mulai memberi tahu mereka tentang proyek-proyek yang bisa mereka manfaatkan.

Di sebuah pertemuan rahasia dengan salah satu gubernur daerah, Somid memulai rencananya.

"Pak Gubernur, ada proyek besar dari pusat yang akan dikucurkan ke daerah Anda," kata Somid sambil tersenyum tipis.

"Oh, benar, Ustadz? Bisa dijelaskan lebih rinci?" tanya gubernur itu, penasaran.

"Dana besar, Pak. Triliunan. Tapi saya bisa bantu mempercepat proses kucurannya. Tapi, ya... tentu saja ada syaratnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun