Mohon tunggu...
Ikrima Rosyidah Sofiya Utamy
Ikrima Rosyidah Sofiya Utamy Mohon Tunggu... -

you've been telling me that you didn't love me..but stupidly my heart keeps wanting you

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berujung Indah :)

14 Desember 2011   14:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:17 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah berulang kali aku mengetukkan penaku ke meja, namun dia tak kunjung datang, “aiisss, sudah jam berapa ini? Ngaret banget sih jadi orang”

Tiba-tiba ada tangan yang menjamah bahuku dengan lemah, “aaah?” aku menoleh pelan, dan untung cepat kuhentikan. Mukanya sungguh dekat dengan mukaku saat ini.

Aku menjauhkan mukaku lima senti darinya, dan mendorongnya dengan agak kasar, “Hei kau! Kau tau sudah berapa lama aku menunggumu?!”

Dia menjauh, dan menarik kursi yang ada didepanku dengan perlahan. “maafkan aku”, ucapnya dengan tampang yaah cukup innocent.

Aku membuang muka dan memesan makanan, “waitress! Iced lemon teanya dong”, “dua yaa..”, aku menoleh ke seseorang yang duduk dihadapanku dengan tampang yang kubuat kelihatan judes. Dia tersenyum santai sambil melanjutkan memainkan blackberrynya.

“hhhhhhh…”, aku menghela nafasku cukup panjang, emosiku kali ini tidak dapat di tahan lagi. Sudah datang terlambat, sekarang malah memotong omonganku, tapi… ya aku cukup senang :p

“hei, kau masih marah?”, tangannya menyentuh daguku dan memutar kepalaku menghadap ke mukanya. Sejujurnya aku sangat bergetar, namun kutahan.

“menurutmu?”, jawabku sambil melepaskan tangannya dari daguku.

“please! Jangan seperti ini. Tadi ibuku kecelakaan, jadi aku terpaksa mengantarnya ke rumah sakit dan mengurusi semuanya..”

“what?! Kenapa kau tidak bilang dari awal? Hhh setidaknya jika kau bilang dari awal aku tidak akan memaksamu untuk datang disini”

“tapi aku merasa tidak enak jika membatalkan janji kita Cuma karena masalahku..”

Waitress datang mengantarkan makanan, dan untuk lima menit kami berdua terdiam.

Aku memulai lagi, “kau tau? Urusanmu, seberapa tidak pentingnya itu tetap akan menjadi urusanku”. Dia bingung sambil terus menatap lurus ke mataku. Aku mengalihkan pandanganku ke arah jalan yang ramai sekali, hari ini hari jumat. Akhir pekan.

“maafkan aku..”, mukanya tertunduk.

“minum!”, aku menyodorkan lemon tea yang nangkring di depan mukanya.

“terimakasih, tapi.. kau sudah memaafkanku bukan?”

“tidak, jika kau mengulanginya lagi. Yang kumau, segera kabari aku jika kau memiliki masalah. Hei, aku pacarmu! Atau jangan-jangan kau tidak menganggapku?”, kali ini aku membuang mukaku lagi sambil menyeruput lemon teaku dengan keras.

“kau haus sekali ya?”, candanya, salah satu usahanya mengalihkan pembicaraan.

“tak lucu! Jawab pertanyaanku!”

“hhhhh”, dia menarik nafasnya dengan panjang dan aku melihatnya dengan menaikkan alis sebelah kananku.

Dia menatap mataku dan tangannya meraih tanganku dengan lemah dan secara perlahan menarik tanganku ke arah dadanya, aku sedikit tersentak. “kau tau? Disini Cuma ada kau, hanya kau yang kucinta, aku hanya mencintai tiga orang wanita di hidupku”

“tiga?”

“kau, ibuku, dan adikku”

“lalu?”

“kau masih tak percaya? Tatap mataku, apa aku tampak berbohong? Aku mencintaimu layaknya burung merpati mencintai pasangannya”

“DongHae! Sudaah, hentikan semua ini, aku percaya. Aku juga mencintaimu” ujarku sambil menahan kikikanku.

“huuuh, selalu begini.. kau selalu menganggap semua hal serius itu sebuah candaan-,-“

“haha habis kau pintar sekali menggombal!”

“-___-‘ pulang dari sini, kau ada acara?”

“emm, kayanya kosong, kenapa?”

“kita ke rumah sakit bisa? Ibuku…”

“baiklah J

~

©FLASHBACK©

“Iya, iya sayang, bentar lagi juga aku bakalan nyampe kok. Uhm apa? Tidak tidak, aku sendirian kok” Tanganku bergantian antara setir, dan handphone. Sial, Lampu merah.

“Iya, memang aku akan membawa siapa? Cewek?? Ga mungkin kan? Lagian kamu juga tau kan aku ga mungkin selingkuh? Eh bentar-bentar, udah Hijau lampunya” kuturunkan handphone itu dari telingaku dan menginjak gas. Sebelum ada mobil belakang yang sempat untuk mengklaksonku.

Tanganku baru memutar kemudi untuk berbelok kekanan, saat ada wanita setengah baya sedang menyeberang dengan terburu buru. Klakson yang kubunyikan bukan membuatnya untuk menyingkir malah terlalu shock dan tak bisa berhenti. Dan sialnya re mini tidak langsung berhenti. Sebenarnya untuk ukuran yang ini Cuma akan tersenggol sedikit, tapi entah kenapa perempuan itu malah terjatuh dan sepertinya kesakitan.  Ugh. Orang tua.

Orang-orang pejalan kaki mulai berdatangan dan mengelilingi ibu itu. Kuturunkan kaca mobil dan menyuruh orang yang mengerubunginya untuk memasukkan dalam  mobilku.

Saat dia dimasukkan mataku mengikuti gerakan orang orang itu. Ibu itu melihatku dengan pandangan sayu. Mata coklat teduh. Sesaat kemudian matanya tertutup.

©FLASHBACK END©

“nanti semua biaya berikan saja kerekeningku. Jangan bilang siapa aku. Aku Cuma bertugas menolongnya karena bersalah, ya dok. Terimakasih” pamitku dan berbalik arah.

Brukk. Aku menabrak laki-laki yang sedang berjalan dengan tampang ketakutan. Dia menatapku bingung. Antara dokter itu denganku.

“Ah Donghae, kau sudah datang” dokter Kim bersuara. Aku berjalan melewatinya setelah membungkuk meminta maaf. Dia masih melihat kearahku. Mata coklat teduh. Ah! Anak dari ibu itu.

Drrt. Hapeku bergetar lagi. Pasti dia akan segera mengomel.

“Aku akan tiba dalam sepuluh menit, maaf terlambat. Tadi kecelakaan” Send. Semoga dia tidak pakai acara ngambek seperti biasa lagi.

-

“Aku benar-benar tidak bisa memaafkannya. Papa baru meninggal. Dan kalau Ibuku juga…”

“Sudahlah, toh dia juga baik baik kan sekarang?”

“Tau tidak? Tadi aku bertemu seseorang, dia memerhatikanku begitu lekat. Tapi kenapa aku menangkap ada pandangan bersalah dimatanya?”

“Cewek?”

“Cowok. Cowok cantik haha” sergahku lagi. Kulihat dia mengerucutkan bibirnya sebal.

“Ahaha, sepertinya dia cocok untuk kujadikan sahabat. Mana tau aku akan bertemu dengannya kembali.” Ucapku lurus sambil menyungginggkan senyum.

“Kalau misalnya orang itu malah menjadi penabrak ibumu?”

Mataku menyala nyala dan mendelik tajam kearahnya. Rahangku mengeras. Pegangan pada setir juga semakin kuat. “Tidak, jangan” ucapku diantara gertakan gigi.

“Misalkan Donghae misaaal~ lagian sepertinya kau mendapat Chemistry dengannya ya?”

“kurasa kalau dia tipeku akan kuputuskan dirimu dan meraihnya mati-matian” candaku.

Matanya membulat begitu juga mulutnya yang membentuk huruf O besar itu.

“Ayolah, Cuma candaan…”

“Aiish, kalau betul… baru juga tadi kau bilang padaku Cuma tiga orang wanita yang…” kata-katanya terhenti. Wajahnya memerah. Astaga cewek ini.

“Sudahlah, kembangkan senyummu, itu rumah sakitnya. Jangan menemui ibu dengan wajah ditekuk.” Kataku lagi.

Dia Cuma mengangguk. Hfft. Laki-laki tadi? Kenapa aku berfikir akan bertemu dengannya lagi?

-

“Hyukkie!” yak. Akan ada semprotan omelan untukku lagi.

“Iya, maa—“ kata-kataku terhenti. Ia langsung memelukku tanpa berbicara lagi.

“Shinra-ya? Kau tak apa?”

Dia mengendurkan pelukannya dan menatapku sebal. “lain kali sms yang lengkap! Kau pikir aku tidak uring-uringan membayangkan kau kecelakaan? Hei! Ternyata kau malah berdiri tegak tanpa lecet!”

“ya-ya! Aku yang menyebabkan kecelakaan itu sayang. Mau bagaimana lagi? Aku kan harus bertanggung jawab” belaku.

“Iya! Tapi lain kali SMS nya bener-bener lengkap gitu kan bisa. Telfon minimal” omelnya lagi.

“Iya,iya, ayo masuk. Bajumu tipis begini, musim dingin itu pakai jaket. Ini berkeliaran dengan celana pendek” omelku balik. Sekarang berbalik dia yang menatapku sebal.

-

“Pelan-pelan. Awas jatuh”

“hae, aku masih empat puluh tiga tahun. Jangan memperlakukanku seperti nenek nenek begini”

Aku hanya bisa memberikan cengiranku sementara cewek mungil disebelahku menahan tawa.

“jangan tertawakan calon suamimu sayang” bisikku tajam sambil melihat kearahnya. Dia semakin tak bisa menahan tawanya.

Tiin Tiin. Mobil Camaro Hitam itu berhenti didepan kami bertiga yang akan masuk kedalam mobilku. Dari dalamnya keluar laki-laki yang kutemui semalam. Tuhkan betul. Pasti kami akan bertemu lagi.

-

“Rumah sakit? Hyuk?”

“Iya, mau menemui ibu itu dulu”

Dia hanya mengangguk dan berkutat dengan gadget ditangannya lagi. Ah, ibu itu sedang bersama Cowok yang menabrakku tempo hari. Kutekan klakson agar mereka berhenti dan aku beranjak keluar. Shinra diam didalam dan hanya menatapku bingung.

“Siang bu, masih ingat saya?” kataku berbasa-basi.

“Ah iya, yang menolongku semalam kan?”

“Oh, jadi uhm—yang menolong ibuku itu…” Laki-laki itu memotong ucapanku.

“Lee HyukJae. Panggil saja Eunhyuk” kataku lagi.

“Oh Eunhyuk. Aku Donghae. Lee Donghae” balasnya.

Aku hanya tersenyum sambil memandang tiga orang didepanku.

“Ah, Eunhyuk-sshi, terimakasih sudah menolong…”

“tidak tidak, aku harusnya minta maaf sudah menabrak…”

“menabrak?”

“aku yang menabraknya…” sesalku.

Cewek yang berdiri disebelah donghae sepertinya merasakan ada perubahan atmosfer disini. Dia langsung berdiri didepan Donghae dan menatapku memohon.

“Please, jangan temui Donghae dulu…”

“Hyesan! Apa-apaan katamu?” Mrs. Lee menatap bingung padanya.

“Berbahaya. Hyuk. Pergi sekarang please. Donghae sudah menahan perasaannya” dia menatapku dengan tatapan memohon itu lagi.

“baiklah. Aku permisi” pamitku dan langsung masuk kedalam mobil meninggalkan mereka.

-

“Hae, berjanji padaku. Jangan cari dia. Dia tidak bersalah oke? Kecelakaan dan dia sudah bertanggung jawab. Arraseo?”

Donghae memejamkan mata dan mengendurkan kepalan tangannya. “Akan kucoba”

“Sudah, Ibumu sudah menunggu didalam mobil. Dan ingat pesanku hae!”

-

“kenapa?”

“tidak tahu, cewek itu tiba-tiba bilang jangan dekati Donghae—cowok tadi, matanya langsung berkilat marah mendengar bahwa aku…”

“Menabrak orang tuanya? Menabrak satu-satunya orangtuanya sekarang? Dengan sifat yang seperti itu Donghae oppa takkan memaafkanmu”

“Eh? Kau mengenalnya?”

“dia senior di kampusku”

Aku mengernyit, “lantas? Dia dekat denganmu?”

“tidak, hanya sebatas pembimbingku”

“oh”, aku menggenggam erat stir mobilku, aku tidak mau kalo kecelakaan itu terjadi lagi.

“kau sudah makan siang?”, Tanya Shinra kepadaku.

Aku menggeleng lemah, “baiklah, Star Dazzle sekarang”. Aku menoleh, “kesana lagi?”

“favoritku, aku menyiapkan sesuatu untukmu”, ujarnya dengan penuh semangat. Jujur sudah ratusan kali kami melakukan makan siang disini, sampai-sampai aku sudah sedikit muak dengan makanannya yang tidak pernah berubah dari dulu. Aku memutar stirku, dan memarkirkan tepat di depan café tersebut.

“ayo, cepaat!”, ujar Shinra sambil menarik tanganku dengan kasar.

“Sabaar, mobilnya belum dikunci”

“aiiss, sinii..”, Shinra menarik kunci di tanganku dengan paksa dan memencet tombol lock di kuncinya. Dia menyengir.

~

“misi, donghae Oppa bisa minta tanda tangannya?”, aku memandan Shinra dari jauh mendekati lelaki itu. Sekarang aku tau, aku tak boleh menciptakan benteng pemisah antara aku dan orang yang akan memberikan kesuksesan untuk pacarku.

Pelan-pelan aku menghampiri mereka. “donghae…”, aku melirih pelan, dia memandang. Namun tidak dengan sinis, senyumnya ramah kali ini.

“iya, hyuk?”

“kau sudah memaafkanku?”

“memang kapan aku marah?”

Tiba-tiba gadis kemarin-yang mengusirku pergi, datang. Dengan ekspresi bingung dia menarik kursi disamping Hae dan duduk.

“Hai semuanya”, senyumnya manis, pantas saja Hae bisa tergila-gila padanya.

“jadi Hae…bagaimana?”

“kalian tidak sedang ingin berkelahi bukan?”, ujar gadis yang duduk disamping Hae.

“engga ko Hyesan, kita pergi saja. Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka”

“tidak. Bagaimana kalau terjadi apa-apa?”

“tenang… ngga bakalan terjadi apa-apa. Toh Hyuk sudah meminta maaf dan bertanggung jawab kan? Terimakasih ya Hyuk!” aku masih termangu melihat Hae menyentuh tanganku. Lalu aku membalas dengan senyum tipis.

Lima detik kemudian aku baru sadar kalau ternyata ini bukan mimpi. Dan hari ini kami menikmati weekend bersama. Happy weekend semuanya, have a nice day. Gbu. Coba untuk meminta maaf sampai dia memaafkannya, jangan asal minta maaf tanpa peduli balasannya;-)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun