Mohon tunggu...
Kresnandya FradiptaSatriyo
Kresnandya FradiptaSatriyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hanya Mahasiswa yang haus akan Penasaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Trauma

13 Juni 2023   09:58 Diperbarui: 13 Juni 2023   10:06 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang pasti pernah mengalami trauma, trauma kecil maupun besar, trauma mental, fisik, serta emosional, pada dasarnya orang cenderung menyepelekan kesehatan mental mereka yang hanya berawal dari stress hingga mengalami kejang dan perubahan kebiasaan dalam kehidupan. lalu bagaimana kita bisa menghindari trauma ini? 

Dan lantas langkah apa saja yang bisa mencegah trauma untuk kambuh? pada umumnya trauma akan sembuh dalam sebulan dan tubuh secara otomatis akan mematikan pematik pemicu akan trauma yang mengakibatkan efek samping dari segi mental, emosional, hingga fisik, akan tetapi jika trauma yang diakibatkan sangat fatal maka akan memerlukan waktu yang cukup panjang untuk pemulihan rasa trauma tersebut. Dampak yang diakibatkan oleh trauma tidak lah main-main dimana ini bisa mengancam nyawa, dilihat dari efek samping yang diakitbatkan seperti mental, susahnya untuk berkonsentrasi bahkan mengingat serta stress dan merasa hilang arah dan disorientasi. 

Dari segi mental saja sudah cukup merepotkan banyak orang jika trauma mereka kambuh, belum dari segi emosional dimana orang-orang yang mengalaminya bisa merasakan rasa takut, cemas, panik, mati rasa, shock, depresi, hingga mulai mengisolasi diri dan menjauhi semua orang, bayangkan jika orang terdekat kalian tiba-tiba menarik diri dari lingkungan sosialnya yang diakibatkan oleh trauma, dan yang lebih parah lagi jika sampai terkena reaksi fisik, seperti kelelahan, ganguan tidur, mual, muntah, pusing, detak jantung meningkat, yang mana ini akan sangat mengganggu aktifitas harian, dan yang lebih parahnya lagi adalah perubahan perilaku dimana korban mulai melakukan kebiasaan tak sehat, seperti merokok dan meminum alkohol. 

Dan yang lebih disayangkan lagi adalah jika trauma tersebut tidak diakibatkan oleh kejadian satu kali yang tidak terduga seperti serangan teroris, terdampak bencana alam, ataupun kecelakaan melainkan dari orang terdekat, sebagai contoh si pelaku yang sengaja menyakiti korban dengan tujuan si korban merasa jera dan mungkin ekspektasi si pelaku adalah agar si korban merefleksikan diri dan mengakui apa yang telah diperbuat oleh korban yang menyakiti persaan si pelaku sedangkan yang terjadi hanyalah kesalahpahaman biasa, dan akibat aktivitas pelaku yang membuat trauma korban yang sampai berdampak ke efek samping segi fisik diamana saya rasa hal seperti ini juga menjadi perhatian pemerintah dikarenakan hal seperti ini bisa saja membawa korban untuk melakukan hal yang tidak terduga seperti bunuh diri, dan perihal bunuh diri ini sendiri tidak ada sangkut pautnya dengan agama ataupun iman diakrenakan ini berkaitan dengan masalah mental, ada fakta lapangan bahwasanya orang tersebut sehat secara iman sering sholat, berinfaq dan melakukan ibadah lainya akan tetapi beliau ini terdampak depresi yang mana jika depresi tersebut tidak tiganggulangi bisa menuntun kepada kejadian tak terduga, maka dari itu tugas kita sebagai orang terdekat dari orang yang terdampak ini adalah selalu menyokong dan menolong jika mereka sangat membutuhkan bantuan, sekecil apapun, dan untuk pelaku bisa dikenakan sanksi ringan jika dampak trauma yang diakibatkan ringan akan tetapi jika trauma yang dialami oleh korban bisa sampai mengusik fisik, maka diaharapkan pelaku ditindaklanjuti lebih dikarenakan ini sudah menganggu kenyaman dalam berkehidupan si korban. Separah apaun trauma yang dialami seseorang jika ada orang terdekat yang mau menyokong dan menolong serta korban pun bisa beralih dan melupakan masalah yang ia alami di masa lalunya mungkin proses penyembuhan bisa berlangsung lebih cepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun