Lontong Balap adalah salah satu kuliner khas Surabaya yang memiliki sejarah panjang dan keunikan rasa yang membuatnya menjadi favorit di kalangan masyarakat lokal maupun wisatawan.
Asal Usul Lontong Balap
Nama lontong balap memiliki kisah unik. Pada zaman dahulu, para pedagang lontong di Surabaya membawa dagangan mereka dengan pikulan yang berat. Ketika menuju lokasi berjualan, mereka berjalan cepat seolah sedang "balapan." Dari sinilah istilah lontong balap muncul.
Selain itu, lontong balap juga dipercaya telah ada sejak abad ke-19. Makanan ini awalnya populer di kalangan masyarakat pinggiran kota Surabaya yang membutuhkan makanan cepat, mengenyangkan, dan murah. Seiring waktu, lontong balap semakin dikenal dan menjadi salah satu kuliner khas Surabaya.
Bahan dan Komposisi
Lontong balap terbuat dari bahan-bahan sederhana yang menghasilkan rasa khas. Berikut bahan utama dalam lontong balap:
- Lontong: Lontong menjadi elemen utama.
- Tauge: Direbus sebentar untuk memberikan tekstur renyah.
- Tahu goreng: Memberikan rasa gurih dan tekstur lembut.
- Lentho: Perkedel kecil dari kacang hijau atau singkong yang menjadi ciri khas lontong balap.
- Kuah: Kuahnya bening, terbuat dari kaldu dengan bumbu rempah sederhana seperti bawang putih dan merica.
- Sambal Petis: Sambal khas Surabaya yang terbuat dari petis udang memberikan rasa asin dan manis yang khas.
- Pelengkap: Kerupuk, kecap, dan bawang goreng ditambahkan untuk memperkaya rasa.
Keunikan Lentho dalam Lontong Balap
Keunikan lontong balap terletak pada lentho, lentho adalah camilan tradisional dari kacang tolo atau singkong yang dibumbui rempah dan digoreng hingga renyah. Lentho inilah yang membedakan lontong balap dari lontong lainnya.
Nilai Budaya Lontong Balap
Lontong balap tidak hanya menjadi makanan, tetapi juga bagian dari identitas Surabaya. Hidangan ini mencerminkan semangat masyarakat kota ini yang sederhana, bersahaja, namun penuh inovasi. Keberadaannya juga menjadi bukti bagaimana kuliner tradisional mampu bertahan di tengah gempuran modernitas.