Imajinasi seringkali melahirkan banyak ide cemerlang secara spontan tanpa disengaja. Ketika kita belajar, bekerja, bermain bahkan ketika kita melakukan hal kecil seperti rebahan sekalipun. Spontanitas munculnya sebuah ide inilah mungkin yang kiranya saya rasakan beberapa hari yang lalu. Ketika saya dan teman-teman mahasiswa lain mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Komplek Istana Kepresidenan Yogyakarta (sering disebut juga Gedung Agung oleh masyarakat lokal). Begini kronologinya:
Senin, 20/02/2023 - Pagi itu agenda kami untuk pergi mengunjungi Istana Kepresidenan Yogyakarta akhirnya terlaksana juga. Setelah kami berkumpul di depan Museum Benteng Vredeburg, tibalah saatnya kami memasuki kawasan istana. Berdasarkan protokol keamanan istana, tepat ketika memasuki gerbang kami harus diperiksa terlebih dahulu di pos keamanan yang terletak di dekat pintu masuk utara. Lika-liku pemeriksaan pun berlangsung.Â
Tour kemudian dimulai setelah pengabsenan peserta selesai . Perlu diketahui bahwa komplek istana seluas empat hektar ini terdiri dari beberapa bangunan, seperti Istana Kepresidenan, Museum Kepresidenan, Wisma Negara, Pos Keamanan dan bangunan lainnya. Setelah saya perhatikan, bahwasanya warna dominan bangunan di kawasan ini adalah putih dengan ornamen berwarna emas dan atap berwarna coklat kemerahan.Â
Tour pun dimulai dengan penjelasan secara singkat mengenai bangunan Istana Kepresidenan oleh salah satu pegawai istana disana. Selain informasi mengenai nama ruangan, waktu kunjungan presiden dan perawatan bangunan, kami juga mendapat info jikalau banyak koleksi karya seni dan peninggalan yang disimpan di kompleks istana ini, diperoleh dari Istana Kepresiden Pusat di Jakarta. Maka dari itu tujuan rombongan kami selanjutnya adalah tempat koleksi-koleksi tersebut disimpan, yakni Museum Kepresidenan yang terletak sekitar 30 meter sebelah utara dari istana.
Ketika memasuki museum, saya langsung terpukau dengan isi di museum tersebut. Ternyata lantai pertama bangunan museum ini banyak memajang berbagai jejak peninggalan dari para tokoh mantan presiden mulai dari Ir. Soekarno hingga Pak SBY, seperti foto, artikel-artikel hingga lukisan wajah masing-masing tokoh. Selain itu disana terdapat pula beberapa koleksi lain yang dipamerkan, seperti guci, pahatan patung, alat makan dan lukisan seni. Disinilah ketertarikan saya mulai terpancing ketika melihat sebuah lukisan yang terletak di tengah ruangan.Â
Lukisan tersebut merupakan salah satu koleksi utama museum yang dilukis oleh salah seorang maestro dan seniman terkenal dari Indonesia pada abad 19 sampai sekarang yang berjudul "Berburu Banteng II". Ialah Raden Saleh Sjarif Boestaman atau lebih dikenal dengan sebutan Raden Saleh.Â
Ketika sedang menikmati keindahan lukisan Raden Saleh itu, sekilas saya justru teringat pada salah satu film yang pernah booming di  Indonesia pada Agustus tahun lalu berjudul "Mencuri Raden Saleh" besutan sutradara Angga Dwimas Sasongko. Film tersebut mengisahkan tentang aksi para komplotan berusaha mencuri lukisan fenomenal Raden Saleh berjudul "Penangkapan Pangeran Diponegoro". Imajinasi liar saya tiba-tiba muncul dengan membayangkan bagaimana jikalau Piko and friends juga mencuri lukisan "Berburu Banteng II" ini dengan segala trik dan intrik dalam prosesnya. Sungguh menarik bukan?
Sekilas Tentang Lukisan Perburuan Banteng Karya Raden Saleh
Raden Saleh Sjarif Boestaman (1811-1880) adalah seorang bangsawan Jawa keturunan Arab, dia dikenal sebagai pelukis besar pada zamannya. Dia dijuluki sebagai perintis seni lukis modern di Indonesia. Beberapa lukisan Raden Saleh sendiri menceritakan tentang perburuan binatang buas sebagaimana gambar di atas. Salah satu karyanya adalah lukisan berjudul "Berburu Banteng II" yang merukapan satu dari lima lukisan milik Raden Saleh yang mengisahkan tentang perburuan banteng. Lukisan ini dibuat pada tahun 1851 dan diperkirakan bernilai 250 miliar rupiah. Adapun dua lukisan lainnya dibuat pada tahun 1842 dan 1855, sedangkan dua lukisan lainnya masih belum diketahui kapan tahun pembuatannya.Â
Dilansir dari malangtimes.com (17/09/2022), Lukisan Berburu Banteng II pada awalnya dimiliki oleh Ratu Belanda, yakni Ratu Juliana. Kemudian lukisan ini baru berpindah tangan setelah Ratu Juliana menghadiahkan lukisan ini kepada Pemerintah Indonesia tatkala Presiden RI ke-2, Jenderal TNI (Purn) Soeharto, berkunjung ke Belanda. Lukisan Berburu Banteng II karya Raden Saleh ini sampai sekarang sudah menjadi milik Pemerintah Indonesia dan terpajang indah di lantai 1 Museum Kepresidenan yang terletak di Komplek Istana Kepresidenan Yogyakarta sebagai salah satu koleksi utama museum.