museum di Kawasan Kotagede, Yogyakarta. Jujur, awalnya museum ini sempat terlewat begitu saja oleh kami. Kami mengira bahwa bangunan museum ini hanyalah rumah kediaman penduduk belaka.Â
Rabu, 24 Agustus 2022. Saya bersama tiga orang teman saya mendapatkan tugas untuk berkunjung ke salah satuUntungnya di bagian depan setelah diperhatikan terpampang jelas tulisan "Museum Kotagede, Intro Living Museum" yang terletak di Jalan Tegal Gendu no. 208 (selatan Kantor Palang Merah Indonesia), Daerah Kotagede, Yogyakarta.Â
Setelah pendataan selesai, kami pun akhirnya bisa mulai mengelilingi setiap ruangan museum ini dengan ditemani seorang edikator museum yang berasal dari Dinas Kebudayaan Yogyakarta.
Sebagaimana namanya, museum ini sendiri menerapkan konsep Intro Living Museum. Kata 'intro' yang berarti pengenalan, dan 'living museum' yang berarti museum kehidupan atau secara lengkapnya merupakan sebuah konsep museum yang melibatkan aktivitas masyarakat dengan tradisi yang masih hidup dan mendukung upaya pelestarian serta informasi sebuah wilayah (Dinas Kebudayaan DIY, 30/07/2021).Â
Museum ini berusaha mengenalkan secara singkat Living Museum (Museum Kehidupan) di Kotagede. Perlu diketahui bahwa museum ini terbilang masih baru, yakni resmi dibuka pada tanggal 10 Desember 2021 dan  sekarang dikelola langsung oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DI Yogyakarta.Â
Di dalam kawasan museum ini terdapat Rumah Kalang yang merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang tertua di daerah ini. Bangunan ini dulunya adalah  rumah tempat tinggal Bu Hj. Noerijah,  seorang keturunan orang Kalang, sehingga disebut juga dengan Rumah Kalang. Orang Kalang sendiri merupakan sebutan bagi orang Jawa yang terkenal sebagai saudagar kaya raya di Kotagede.
Ketika kita masuk, kita akan langsung disuguhi oleh keindahan gaya arsitektur pada bangunan cagar budaya yang dulunya rumah kediaman orang kalang ini. Dari bagian depan bangunan museum ini terlihat bergaya ala rumah orang-orang Eropa.Â
Akan tetapi ketika masuk, mulai dari struktur bangunan dan tata letak ruangannya masih kental dengan budaya rumah orang Jawa. Hal itu terlihat dari penggunaan struktur tembok, tiang besi cor yang merupakan tiruan dari kayu sebagai ciri arsitektur Eropanya disamping adanya pendopo, ndalem, gandhok, serta gadri dan pekiwan yang merupakan ciri rumah orang Jawa.Â
Beragamnya keramik-keramik tiap ruangannya sendiri turut menambah nilai keindahan dari bangunan museum ini. Selain itu tiang-tiang di bangunan museum ini pun bergaya Corinthia-Romawi atau tiang berumpak seperti pada rumah tradisional Jawa.Â
Penggunaan kaca patri yang berwarna-warni yang umumnya hanya menempati bidang kecil pada bagian bangunan dan terpasang pada kusen. Penggunakan tegel bermotif baik untuk lantai maupun untuk penutup dinding bagian bawah, pintu dan jendela berjumlah banyak serta berukuran besar pun turut menambah nilai estetika dari bangunan ini (Widianingtias dkk, 2020: 42).