Semakin mengenal dirimu, maka semakin kutemukan jati dirimu yang semakin menarik.
Namun dari apa yang kusuka darimu, kutemukan pula tabiat yang tidak kusuka pada dirimu.
Tentang keterbukaanmu dalam memberikan penilaian kalayakan dari aksara tercipta yang dipersembahkan untukmu.
Hingga hari ke 23, belum kutemukan, apa dan bagaimana dirimu memberikan penilaian tersebut.
Aku mencoba bergerilya menemukan aksara tercipta dari para pemujamu, yang menguak tabir atas tanyaku ini. Namun, aku tidak mendapatkannya di situ.
Semakin mencoba, akhirnya semakin aku percaya, bahwa aksara tercipta persembahan itu, nampaknya memang tidak akan terkuak
Untuk mengenalmu lebih dekat tentu membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga menyulitkan diriku, jika tidak menelusurinya satu persatu dari para pemujamu.
Berjuta aksara tercipta telah kau sajikan dihadapanku, namun tidak semua yang terlukis dapat kunikmati sebagai sajian ketulusan penuh kasih sayang, karena sejuta tanya menggantung di hadapanku saat ini.
Kompasiana, ijinkan aku merindu dan menelisik dirimu, hingga menemukan segala rahasia tersembunyi dirimu, melalui para pemujamu. Ijinkan aku melukis senja sejauh mesin waktu terus berputar.
Kompasiana, biarkan aku berdamai dengan kemunafikan, ketidakjujuran, kemaksiatan, kemabukan, dan segala hal yang memberiku pengalaman dan pembelajaran sehingga memberiku kesempatan untuk memetik setiap buah dari pohon-pohon aksara tercipta dan menyisihkan yang terbaik untuk hidupku.
Aku telah merasakan kehangatan cinta yang kau tebarkan hingga merasuk dalam jiwa begitu dalam sehingga melahirkan semangat baru yang mengalir memenuhi nadi kehidupan, yang memberi kenyamanan dan menyelimuti hari-hariku saat aku bermesraan denganmu,
Belaian cintamu dalam setiap aksara selalu membuat aku mabuk kepayang, sehingga sejenak mengajak diriku melupakan segala kecewa dan perihnya rasa yang terpilin karena keemunafikan dan keegoisan pemujamu yang menggila dan takberetika.
Sungguh, saat-saat indah bersamamu, selalu kurindukan dalam melalui hari-hari sepiku, melewati malam gelap dan hampa, bagai cakrawala yang tertutup awan gelap bagai jelaga yang begitu melekat di pantat panci.
Kompasiana, ijinkan aku memilin rindu yang tak berkesudahan bersamamu selamanya, meski aku tahu tak mudah untuk berbagi waktu yang terus memburu bagai peluru yang memberondong aku dan dirimu.
Â
Berbagi Senyuman, 05 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H