Mohon tunggu...
Kresentia Dwi
Kresentia Dwi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Berbagi Cerita

Hidup Merupakan Proses Pembelajaran Diri

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompasiana: Satu Menit yang Kau Beri Serasa Seribu Tahun Bagiku

4 Januari 2023   22:49 Diperbarui: 4 Januari 2023   22:53 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak pagi tadi, badanku terasa kurang sehat, karena cuaca yang sangat tak bersahabat.

Rasanya, ingin sekali meletakkan tubuh yang begitu penat dan membaringkannya di atas kasur lusuh yang selalu menemaniku.

Namun, hal tersebut tidak mungkin kulakukan, karena tanggungjawab yang belum terselesaikan.

Situasi ini, tentu saja membuatku menjadi serba salah, hingga akhirnya kuputuskan untuk berbaring sejenak.

Semantara berbaring, aku mencoba kembali melirik aksara tercipta yang kau sajikan untukku.

Satu persatu kuamati dan kutelisik, berharap mendapatkan satu mutiara kehidupan dari sajian yang penuh warna-warni itu.

Tanpa diduga, aku mendapatkan aksara tercipta penuh tanya,  yang menyatakan, "Beri aku satu menit lagi."

Pernyataan yang membuatku begitu bodoh karena kebingungan, sehingga membuat otakku seakan lumpuh, tak mampu bergerak, kemudian berfikir sejenak menemukan makna apa yang tertuang dari kalimat tersebut.

Sudah sedemikian rupa aku mencoba membongkar isi kotak perbendaharaan inspirasi yang tersimpan begitu rapi di otak lelah ini, dengan harapan dapat menemukan makna apakah gerangan yang kau harapkan dari aksara terciptamu itu?

Namun, tidak mendapatkannya, hanya kehampaan saja yang kutemukan di sana.

Akhirnya, mencoba bertanya pada gelapnya malam dan bintang yang berkelip. ternyata mereka juga hanya tersenyum penuh misteri sambil menari begitu gemulai dalam sinar gemerlapnya.

Kucoba kembali bertanya, pada bayu yang sedang asyik bercanda dan menggoda cemara, namun nampaknya mereka tak peduli dengan kebingungan yang bergelayut di benakku.

Hanya kebisuan dan tanya memenuhi sudut-sudut hati yang menjalar hingga membuatku menjadi termangu bodoh.

Upaya tanyaku sia-sia belaka, hingga akhirnya kuputuskan untuk bertanya dan meminta penjelasan dari dirimu, Kompasiana.

Namun, lagi-lagi upayaku gagal untuk mendapat jawaban yang kuharap.

Akhh, sudahlah aku tak terlalu memedulikan hal-hal yang tak perlu untuk aku tahu. Karena semua itu nanti hanya menjadi omong kosong belaka.

Aku tak mau juga, jika tanyaku akhirnya hanya jadi omong kosong yang sia-sia.

Bagiku, dirimu berkenan dan menerima apa adanya aku itu saja sudah cukup, sekalipun hanya sebagai seorang penjual bakso keliling kampung.

Setelah merenung sejenak, ternyata goresan dari penulis "Puisi Omong Kosong"  tentang segala perkara itu  bukan sekadar tulisan kosong  tanpa arti.

Semakin kau sajikan aksara tercipta dihadapanku, semakin aku mencintai dan merindukanmu. Karena dari semua yang kau beri, kudapatkan segala yang kurindukan, sekalipun satu menit yang kau berikan, serasa seribu tahun bagiku.

 

Berbagi Senyuman, 04 Januari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun