Di balik sejuta wajah dalam cerita yang telah kau sajikan, ternyata ada pengetahuan yang kudapatkan darimu, Kompasiana.
Pagi ini aku mengintip dirimu, dari celah dedaunan jiwa di sela-sela mentari yang masih merasa enggan untuk muncul.
Kupandangi dan kubelai dirimu melalui mata hati untuk memahami dan semakin mengenalmu, melalui goresan-goresan aksara tercipta dari jiwa-jiwa yang merindu, mengumpat, mengkritik, munafik, dan sebagainya.
Semua kutemukan di sudut-sudut beranda para pemujamu, sejuta wajah yang hadir dihadapanku.
Setiap wajah yang hadir senantiasa memberikan pesan dan kesan yang berbeda.
Tentu saja, tidak semua wajah yang terlukis indah melalui goresan bermanfaat bagi seseorang.
Dan secara tidak langsung, kau telah memberiku tugas secara tersembunyi, untuk memilih rupa wajah yang terbaik bagiku.
Walau mengalami kebingungan, aku tetap berhati-hati untuk memilih wajah seperti apa yang terbaik bagiku, karena wajah lukisan goresan aksaramu semua indah.
Dalam hati kecilku, kau berbisik lembut dan halus, mengatakan bahwa "tak semua yang indah cocok untukmu, tak semua yang indah baik bagi kesehatanmu, tak semua yang indah itu kebenaran, maka kau tetap berhati-hati memilih yang indah."
Kudengarkan bisikanmu yang mendayu dan begitu sangat halus lalu mengajakku untuk berpikir sejenak, agar aku tak salah memilih.
Hingga akhirnya, aku menemukan wajah-wajah pilihan jiwaku, wajah-wajah yang siap mengajakku terbang tinggi hingga ke angkasa biru untuk mencapai asa yang belum saatnya terwujud untukku.
Perlahan, aku mulai mengenal sejuta wajah yang hadir, wajah yang penuh kebijaksanaan dan memberiku pengajaran, kusimpan dengan rapi dan kuingat dalam bejana nuraniku untuk sekali waktu kubuka kembali.
Sedangkan wajah yang menjijikkan tentu saja ku buang dan kubakar hingga menjadi abu yang terbang terbawa angin, tak bersisa, walau sebesar debu sekalipun.
Maafkan, karena pagi ini aku belum dapat menyapamu dengan memberikan rating ataupun apresiasi di beranda para pemujamu.
Aku hanya memiliki waktu untuk mengintip ulang kehadiranmu di beranda yang memberiku kesan terdalam untuk kuingat sepanjang hari ini.
Kesan yang begitu mempesona hingga akan membantu dan menuntunku menentukan langkahku sepanjang hari ini.
Kesan yang mengingatkanku agar selalu bercermin pada diri sendiri sebelum memberi cermin itu kepada orang lain.
Nanti setelah agak senggang, aku akan datang untuk berduaan dan bermesraan denganmu seperti hari-hari kemarin, dipenuhi senyuman yang mengurai semua lelah jiwa digantikan dengan gelora hati yang bahagiaÂ
Salam sayang dan rinduku selalu untukmu, Kompasiana
Berbagi Senyuman, 20 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H