Di balik sejuta wajah dalam cerita yang telah kau sajikan, ternyata ada pengetahuan yang kudapatkan darimu, Kompasiana.
Pagi ini aku mengintip dirimu, dari celah dedaunan jiwa di sela-sela mentari yang masih merasa enggan untuk muncul.
Kupandangi dan kubelai dirimu melalui mata hati untuk memahami dan semakin mengenalmu, melalui goresan-goresan aksara tercipta dari jiwa-jiwa yang merindu, mengumpat, mengkritik, munafik, dan sebagainya.
Semua kutemukan di sudut-sudut beranda para pemujamu, sejuta wajah yang hadir dihadapanku.
Setiap wajah yang hadir senantiasa memberikan pesan dan kesan yang berbeda.
Tentu saja, tidak semua wajah yang terlukis indah melalui goresan bermanfaat bagi seseorang.
Dan secara tidak langsung, kau telah memberiku tugas secara tersembunyi, untuk memilih rupa wajah yang terbaik bagiku.
Walau mengalami kebingungan, aku tetap berhati-hati untuk memilih wajah seperti apa yang terbaik bagiku, karena wajah lukisan goresan aksaramu semua indah.
Dalam hati kecilku, kau berbisik lembut dan halus, mengatakan bahwa "tak semua yang indah cocok untukmu, tak semua yang indah baik bagi kesehatanmu, tak semua yang indah itu kebenaran, maka kau tetap berhati-hati memilih yang indah."
Kudengarkan bisikanmu yang mendayu dan begitu sangat halus lalu mengajakku untuk berpikir sejenak, agar aku tak salah memilih.