Mohon tunggu...
kresna ufal
kresna ufal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa yang Bertanggung Jawab atas Perdamaian Afghanistan?

26 Maret 2018   16:44 Diperbarui: 26 Maret 2018   16:43 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Afghanistan menjadi Negara yang hebat dengan 30 juta lebih penduduknya dan sejarah yang terjadi sebelum-sebelumnya. Namun belakangan ini sudah terjadi sekitar 40 tahun lamanya Afghanistan dilanda konflik persaudaraan. Semenjak perang dingin dan kependudukannya Uni Soviet, muncul berbagai konflik dengan berbagai alas an juga di dalamnya.

Kini, perang berlangsung antara pemerintah Afghanistan dengan kelompok Taliban. Baku tembak terjadi dimana-mana selama 24 jam. Segala bentuk upaya untuk mendamaikan Negara itu sudah dilakukan seperti adanya pemilu sebagai slogan dengan adanya demokrasi. Namun masih saja ada konflik dan perang yang berlangsung. Lembaga internasional, Negara tetangga, Negara sekutu juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk membantu upaya perdamaian.

Banyak pihak yang meragukan kedamaian Afghanistan ini karena factor dari Talibannya sendiri. Menurut pengamatan saya, kelompok Taliban sendiri tidaklah solid. Dimana masih adanya Faksi atau bagian sendiri di dalam kelompok Taliban. Yang pasti dengan adanya bagian pasti adanya perbedaan pemimpin. Perbedaan pemimpin bisa mempengaruhi garis komando antara para pemimpin dengan anak buahnya. Belum lagi yang disebut media bahwa masih banyak faksi di dalam kelompok Taliban yang justru akan membuat sulit uapaya rekonsiliasi.

Lalu apa peran Negara kita? Indonesia dikenal dengan Negara yang berpendudukan sangat besar dengan berbagai suku, bahasa, dan agama. Yang istimewanya, Indonesia tetap menajdi Negara yang damai dan rukun. Walaupun dulu banyak kejadian yang menyulitkan integritas seperti kejadian di Aceh, Ambon, dan Poso.  Dengan kunjungannya presiden Jokowi awal januari 2018 lalu kemudian disusul kembali oleh wakil presiden pada febuari 2018 telah menjadi tanda serius. Tanda bahwa kita siap berkontribusi membantu perdamaian Afghanistan.

Kedatangan presiden kemudian wakil presiden menghasilkan beberapa kontribusi yatu dengan menumpulkannya para ulama di Afghanistan. Pak Jusuf Kalla sebgai wakil presiden sudah bukan nama baru lagi di Afghansistan karena dengan dia berbagai masalah di Ambon, Poso, dan Aceh bisa diatasi. Indonesia dimata Afghanistan menjadi sebuah acuan motivasi. Dimana Indonesia dengan berbagai suku agama dan bahasa tadi bisa tetap rukun lalau kenapa Afghanistan tidak? Afghanistan memandang Indonesia adalah sebuah Negara netral dimana dari banyaknya perbedaan tidak ada kepentingan politik dan perebutan wilayah di dalamnya.

Ya, walaupun upaya pemerintah Afghanistan untuk mengajukan perdamaian dengan kelompok Taliban dengan terus menerus tetapi tetap saja kelompok yang sempat punya gelar kelompk elit bersenjata se Asia ini susah untuk di ajak berunding. 

Menurut saya kedatangan Indonesia telah menjadi perhatian khusus dengan adanya upaya dari kita untuk membantu menyelesaikan konflik di sana. Lalu tinggal pihak dari Afghanistan sendiri yang tinggal berupaya berdamai seperti pemersatuan garis komando dari kelompok Taliban sehingga memudahkan pemimpin Taliban bertemu dengan Pemerintah Afghanistan.

Sumber : CNN Indonesia, Kompas, Tempo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun