Mohon tunggu...
Bambang Hariyanto
Bambang Hariyanto Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S3 Prodi Teknologi Pendidikan UNESA Guru di Sekolah Indonesia Jeddah Arab Saudi

Saya memiliki hobi olahraga, membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

AI dan Pendidikan Multikultural: Meningkatkan Interaksi dan Pemahaman Peserta Didik di Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN)

11 Januari 2025   08:58 Diperbarui: 11 Januari 2025   08:58 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi AI & Multikultural (Sumber: Image designer Copiloit)

Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) memiliki peran penting dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang berada di luar negeri dengan tetap mempertahankan nilai budaya dan identitas tanah air mereka. SILN sering kali menghadapi tantangan unik, seperti keberagaman budaya yang kompleks di lingkungan sekolah akibat percampuran budaya lokal dengan budaya Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pendidikan yang mampu mendukung keberagaman ini, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

AI telah menjadi inovasi yang dapat mendukung pembelajaran multikultural dengan menyediakan metode pembelajaran yang lebih adaptif. Dalam konteks pendidikan multikultural, AI dapat membantu peserta didik memahami dan menghargai keragaman budaya melalui berbagai alat, seperti aplikasi pembelajaran berbasis bahasa, simulasi lingkungan budaya, dan platform pembelajaran dengan materi sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Selain itu, AI dapat memfasilitasi analisis kebutuhan belajar peserta didik dengan berbagai latar belakang budaya, sehingga pembelajaran dapat lebih inklusif dan efektif (Smith & Brown, 2019).

Pentingnya pendidikan multikultural di SILN didasari pada kebutuhan untuk menciptakan lingkungan belajar yang harmonis dan saling menghargai perbedaan. Dengan adanya teknologi AI, proses pembelajaran dapat mendukung kolaborasi lintas budaya, memperkuat identitas nasional peserta didik, sekaligus membangun sikap toleransi dalam menghadapi keberagaman global (Lee, 2021). Menurut laporan UNESCO tahun 2023, integrasi teknologi AI di sektor pendidikan meningkat lebih dari 40% dalam lima tahun terakhir, hal ini menunjukkan perkembangan yang positif dalam pemanfaatan teknologi AI dalam dunia Pendidikan.

Namun, meskipun memiliki potensi besar, implementasi AI dalam pendidikan multikultural di SILN juga menghadapi tantangan diantaranya kesiapan infrastruktur teknologi, kompetensi guru dan peserta didik dalam penguasaan teknologi serta regulasi di negara tertentu tempat Sekolah Indonesia Luar Negeri berada.

Kemajuan teknologi telah membuka peluang baru dalam pendidikan, termasuk penerapan kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural bertujuan untuk memupuk pemahaman lintas budaya dan menciptakan lingkungan belajar inklusif bagi peserta didik dengan latar belakang budaya yang beragam. AI, dengan kemampuannya memproses data dalam skala besar dan memberikan solusi pembelajaran yang disesuaikan dengan kareakteristik peserta didik. Berikut beberapa peran AI dalam pendidikan multikultural.

1. Pembelajaran Multibahasa Sesuai Karakteristik peserta didik

Pembelajaran menggunakan AI dapat disesuaikan dengan karakteristika peserta didik, terutama bagi peserta didik di lingkungan multikultural yang berada di luar negeri. Dalam konteks ini, aplikasi berbasis AI seperti Babbel atau Duolingo memberikan dukungan pembelajaran bahasa dengan cara yang lebih interaktif. Peserta didik dapat belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) sekaligus bahasa lokal negara tempat mereka tinggal. Dengan teknologi pengenalan suara, peserta didik dapat berlatih pelafalan secara interaktif, meningkatkan kemampuan mereka dalam berkomunikasi lintas budaya (Kurniawati, 2020).

Studi yang dilakukan oleh Zhao et al. (2023) menunjukkan bahwa peserta didik yang menggunakan aplikasi pembelajaran bahasa berbasis AI, seperti Duolingo dan Rosetta Stone, dapat meningkatkan kemampuan bahasa mereka hingga 30% lebih cepat dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional.

Selain itu, teknologi AI memungkinkan penggunaan teknik pembelajaran adaptif yang menyesuaikan tingkat kesulitan materi dengan kebutuhan individu peserta didik. Dengan adanya fitur ini, peserta didik dapat lebih mudah memahami konsep, meningkatkan keterampilan berbicara dan menulis, serta memperbaiki pengucapan mereka melalui simulasi interaktif. Penelitian oleh Liang & Wang (2022) menemukan bahwa aplikasi berbasis AI mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan mempercepat penguasaan tata bahasa serta kosakata.

2. Pengembangan Modul Interaktif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun