By Krani Sumantri
Menatap sebuah buku yang entah sudah berapa lama tak ku sentuh, sudah terlalu lama aku tak lagi mau menulis. Rasa malas memang akhir akhir ini selalu menghampiriku, menemani setiap lamunanku. Inginku banyak tapi apa yang ku lakukan bahkan tak sebanding dengan banyaknya harapan yang ku harap, bahkan lagi lagi sama. Tak heran berat badanku sekarang semakin bertambah, karena harapan terlalu banyak di timbun namun tindakan ditunda, hingga magerlah (Males gerak) yang lahir.
Halo Guys, perkenalkan aku Karin, seorang Putri yang selalu bermimpi jadi pendamping seorang pangeran yang entah kapan hadirnya. Aku mahasiswa semester akhir, hobi baru sekarang adalah makan camilan bernama revisi. Jangan tanya sudah berapa lama aku menyukai camilan itu, karna bahkan tanggal detik inipun aku tak tahu, aku tak sedang waham, hanya saja aku sudah lelah dengan angka yang bernama tanggal. Hm.. sebentar ijinkan aku menghela nafasku sejenak, hhhhhhhhm.. alergiku pada angka bukan karena studiku, tidak ada masalah tentang itu, aku melalui semua dengan normal, revisikupun camilan wajar di semester yang wajar pula, sedikit pembelaan sebelum aku dikira mahasiswa abadi. Bukan karna itu, sekali bukan !!
“Revisi, sidang, wisuda ? hidup lu cukup sampe disitu?”
“Kerja Bro !!”
“Terus?”
“Ya.. terus hidup gue bahagia, lanjut sekolah dengs baru bahagia”
“Sesederhana itu ?”
“Buatku itu lebih dari mewah”
Hobi kami berdebat, memperdebatkan apa yang seharusnya bukan perdebatan, Yaaa.. beginilah hiburan di sela sela keseriusan mencapai kata “Lanjut ke BAB berikutnya” sebuah kalimat yang selalu sejuk dihati ketika camilan bernama revisi sudah membuatku muak. Dia temanku sejak awal masuk kuliah, teman yang sudahku anggap sebagai sodaraku sendiri, maklumlah aku anak rantau disini, nebeng makan atau sekedar fakir wifi dirumahnya jadi alasan kenapa aku selalu membutuhkannya. Berteman di jaman sekarang harus realistis guys, hihi. Itu dari sekian alasan kenapa kami masih berteman, namun satu alasannya adalah dia seperti Kakakku, walaupun usia kami sama aku selalu merasa dia Kakakku, karena ia selalu bijak dalam mengambil keputusan atau sekedar memberikan motivasi ecek ecek yang kadang ngaur tapi banyak benernya siih. Ya.. dia bagaikan doa yang Tuhan kabulkan untuk anak sematawayang sepertiku.
“Jodoh ?”