Mohon tunggu...
Kelvin Rudh
Kelvin Rudh Mohon Tunggu... Lainnya - Demi Tugas

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menurutku, Pak Edi Tuh Gini

10 Mei 2020   00:29 Diperbarui: 10 Mei 2020   00:31 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamuaikum, wr wb.

Maaf sebelumnya, saya emang gak jago nulis. Jadi saya akan bercerita saja. Maaf pak, demi dapet nilai.

Bangku kuliah memang jarang bisa dirasakan oleh sebagian orang. Apalagi merasakan bangku kuliah tepat setelah kelulusan masa SMA yang penuh dengan cerita. Mungkin bagi masyarakat perkotaan sangat bisa atau mampu untuk melakukannya, namun bagi penduduk desa seperti saya sangat sedikit sekali kemungkinan untuk bisa merasakan yang namanya bangku perkuliahan. Dengan alasan faktor masyarakat desa yang kebanyakan memiliki lahan persawahan atau perkebunan, menjadikan pola pikir orang tua di pedesaan lebih memilih atau menyuruh anak-anaknya untuk melanjutkan dan membantu orang tuanya mengurus lahan yang dimilikinya. Seperti halnya orang-orang kaya yang memilki perusahaan, pasti akan menyuruh anaknya untuk menekuni dunia bisnis yang telah dibangunya. Karena kebanyakan para orang tua mengekang anaknya untuk menekuni sesuatu yang dianggap baik oleh mereka.

Namun hal itu berbeda dengan dosen mata kuliah kewarganegaraan saya pada semester dua kemarin. Beliau bernama Edi Purwanto, M.Si, yang biasa dipanggil oleh mahasiswanya dengan sebutan Pak Edi. Beliau memang terkenal sebagai orang yang ramah dan mudah tersenyum yang juga sangat baik terhadap mahasiswanya. Beliau selalu bisa menjadikan mahasiswa yang mengikuti perkuliahannya merasa nyaman (enjoy) saat diajar oleh beliau. Dengan metode pembelajaran yang unik dan menarik sehingga menjadikan mahasiswanya merasa rugi kalau sampai tidak hadir atau mengikuti perkuliahannya. Tapi saya pernah sih tidak mengikuti perkuliahan beliau. Hehehehe maafkan aku pak, jangan dicontoh ya temen-temen.

Beliau sangat pandai menempatkan diri dalam bediskusi dengan mahasiswanya. Beliau juga sangat memahami bahwa kebanyakan mahasiswanya masih dalam proses pendewasaan. Sehingga beliau menganggap para mahasiswanya sebagai teman dalam proses belajar mengajar. Biasanya para dosen memberikan materi yang sama persis dengan yang ada dalam silabus. Tetapi berbeda dengan beliau, Pak Edi. Beliau membebaskan mahasiswanya untuk memilih materi apa yang akan dibahas. Akan tetapi dengan dasar tidak keluar dari topik utama pembahasan, yaitu kewarganegaraan. Sehingga mahasiswa berperan aktif dalam menemukan masalah di kehidupan sehari-hari dan mencari solusinya bersama-sama secara diskusi di dalam kelas.

Tidak hanya itu, beliau juga tidak selalu menekankan mahasiswanya untuk melakukan proses belajar mengajar di dalam kelas. Terkadang beliau juga menyuruh mahasiswanya untuk turun dan aktif di lingkungan masyarakat. Sehingga mahasiswa bisa langsung mempraktekan apa yang telah ia peroleh di dalam kelas selama proses belajar mengajar. Selain itu beliau juga tidak jarang memberikan hiburan kepada mahasiswanya agar mahasiswanya tidak merasa jenuh saat berada di dalam kelas. Karena beliau mengerti bagaimana beban yang sudah diberikan kepada mahasiswa, khusunya mahasiswa semester satu dan dua Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Selain itu, beliau juga sangat dermawan kepada mahasiswanya. Beliau tidak peduli berapa banyak uang yang telah beliau keluarkan, yang penting buat beliau ialah melihat mahasiswanya senang dan bisa bahagia bersama beliau. Pernah pada suatu saat, beliau mengajak satu kelas mahasiswanya untuk makan bersama beliau di warung. Meskipun terlihat sederhana, namun beliau dan mahasiswanya terlihat sangat menikmati suasana itu. Hangatnya kebersamaaan yang tercipta dalam suasana itu, menjadikan mahasiswa lebih menghormati beliau dan sebaliknya juga. Beliau juga mendengarkan segala keluh kesah mahasiswanya. Hal itu sangat jarang sekali terlihat dalam kelas perkuliahan yang lainya.

Disini, saya juga termasuk dari salah satu mahasiswa beliau. Saya sangat bersyukur bisa bertemu dan bercengkrama dengan beliau. Dua semester dengan beliau terasa sangat cepat. Banyak hal yang bisa saya dapat dari beliau. Tidak semua pembelajaran dilakukan di dalam ruangan, pembelajaran bisa dilakukan dimana saja. Selain itu saya mendapat pembelajaran sosial, yaitu kenali orang yang ada disekitarmu, pahami keadaanya. Berbuatlah kebaikan dahulu, jangan menunggu berbuat baik karena membalas kebaikan orang lain. Jadikan orang itu berbuat baik karena dirimu, niscaya engkau akan dihormati. Terima kasih pak, maaf hanya ini yang saya bisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun