Mulai dari mana
Petang itu dimulai dengan diskusi mendalam tentang bagaimana mempromosikan thema peringatan hari perdamaian sedunia yang disebarkan oleh Gusdurian yaitu tentang hidup dalam Keadilan dan Perdamaian. Banyak alternatif aktivitas kreatif dan brilian dikemukakan mulai dari bentuk yang spektakuler maupun yang sederhana reflektif oleh semua kawan aktifis GUsdurian Malang.Â
Diskusi itu meliputi; strategi paling efektif untuk mengarusutamakan keadilan dalam tiap-tiap pembahasan dan praktek keadilan, bentuk paling kontekstual membiasakan tindakan damai melalui berlaku adil, dan juga peran serta tiap orang untuk secara terbuka dan terlibat aktif dalam membangun kesadaran damai berbasis pada keadilan.
Ide-ide besar dan indah jelas harus dimulai dengan langkah kecil sederhana, efektif, dan memberi impact maksimal. Maka mulai dengan memberi perhatian pada anak-anak adalah pilihan terbaiknya. Anak-anak adalah inspirator paling tulus bagi tiap orang untuk melihat bagaimana secara manusiawi keadilan dan perdamaian itu dipandang dalam angan, diimpikan, dikatakan, digambarkan, dan lantas diwujudkan baik dalam kata, cara berpikir dan bertindak.
Maka kami datang menjumpai anak-anak itu untuk belajar, untuk berefleksi, untuk mengenal kembali kemanusiaan yang tulus dan sederhana.
Lihatlah anak-anak itu
Di Gubuk Baca Lentera Negeri kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, beberapa kawan yang rendah hati penuh kegembiraan secara intensif menyediakan waktu dan potensi diri yang mereka miliki bagi anak-anak. Mereka mengundang, menghimbau, mengajak, tanpa iming-iming, tanpa paksaan, tanpa ancaman, apalagi menakut-nakuti. Mereka menyediakan "ruang hidup" bagi anak-anak untuk bermain, belajar, membaca, menulis, dan membaca agar mereka secara merdeka dapat berekspresi bebas dan bergembira-bersukacita apa adanya.
Di tempat itulah pelajaran tentang Keadilan dan Perdamaian dimulai. Tidak dengan teori-teori, tidak pula dimulai dengan analisa menakutkan tentang ancaman konflik dan bahayanya dinamika perbedaan dalam masyarakat. Sebaliknya, proses belajar bersama diawali dengan cerita, dengan kisah, dengan saling sapa antara dunia nyata dengan gambaran ideal bagaimana keadilan dan perdamaian itu selalu terjadi, bisa dijalani, dan akan memberi akibat diteruskannya pesan keadilan dan damai.
Ada kisah bagaimana Dinosaurus menyayangi seekor kucing. Sebuah perumpamaan tentang betapa kemungkinan tak terbatas pertemuan antar realitas hidup dapat dijumpai dengan sederhana jika diberi sentuhan cinta kasih, ketulusan untuk menghargai, dan kebahagiaan menjadi bagian hidup makhluk yang lain. Rentang waktu hidup antara Dinosaurus dan seekor kucing yang terpisah jutaan tahun bukanlah kendala untuk meideakan sebuah kemungkinan perbuatan kecil sehari-hari dalam berbagi hidup.
Keadilan dimulai dengan kesadaran diri untuk peduli, untuk memberi perhatian, untuk menghargai, untuk secara sederhana berbuat baik pada segala makhluk, yang paling kecil dan tak berdaya sekalipun, yang ada disekitar kita. Yang sebenarnya ditempatkan disana oleh Yang Maha Kuasa untuk berinteraksi dengan kita. Keadilan seperti inilah yang memberi pondasi bagi terciptanya perdamaian.
Menggambar dari hati
Sendau gurau, komentar, tanggapan, apresiasi terhadap sebuah cerita dilalui sebagai kesempatan penting untuk menemukan pesan terbaik dan terindah bagi kehidupan dan masa depan. Sesungguhnya ada bermacam Dinosaurus lengkap dengan nama-namanya. Sebanyak identitas anak-anak dan semua kawan yang hadir dan menjadi saksi perjumpaan sore itu. Namun itu bukanlah sesuatu yang menghalangi untuk dapat melihat lebih fokus pada pesan kisahnya, kebahagiaan perjumpaannya.
Semua yang hadir, tak terkecuali, menemukan kesempatan untuk menjadi diri sendiri, lantas menggambar suasana hati masing-masing menumpahkan warna dan bentuk untuk menjadi saksi keadilan dan perdamaian yang terjadi. Ada yang memulainya dengan gambar hati, kepala, tubuh, rumah, gunung, pelangi, bendera, pohon, binatang, matahari, laut, dan juga sebentuk gambar tak teridentifikasi. Semua berharga. Dari perspektif apapun, dengan pendekatan apapun, dengan cara pandang apapun, dengan selera apapun, gambar tertuju pada satu nilai hidup luhur kemanusiaan, yaitu keadilan dan perdamaian.
Tindakan menggambar itu menjadi waktu istimewa. Karena alat yang digunakan menawarkan peluang tiap orang untuk saling menyapa, bernegosiasi, dan menggunakannya bergantian. Keindahan keragaman juga dapat dilihat dari cara dan gaya masing-masing orang menggambar. Ada yang nyaman dengan tatakan datar, ada yang membutuhkan meja kecil, ada yang diletakkan saja dipangkuan, ada yang ingin gambarnya tidak dilihat kawannya, ada yang dengan gembira selalu memperlihatkan hasil perkembangan gambarannya.
Semua orang larut dalam ritualnya masing-masing menjumpai dunia gambar yang indah serta sarat makna. Dalam ruangan kecil itu, kehangatan terjadi, kegembiraan dinikmati bersama dalam hening cipta menghasilkan karya. Lantas secara alamiah, masing-masing saling mengapresiasi, saling memberi semangat, saling berbagi, dan berusaha saling membayangkan keindahan tiap-tiap gambar yang sedang diciptakan. Sebuah pesan penting tentang keadilan yang terwujud dalam tindakan untuk secara bersama saling meyakinkan betapa berharganya usaha baik tiap-tiap orang.
Diri terbaik untuk sesama
Malam menjelang, sekalipun kegembiraan itu belum juga terpuaskan ada waktunya untuk berhenti. Di ujung waktu tersisa, masing-masing masih dapat menemukan kesempatan untuk memperlihatkan dan menyampaikan pesan terbaik dari permenungannya dengan gambar - hasil karya terbaik petang itu.Â
Damai itu ... lantas ada senyum tulus dan pandangan mata penuh bahagia. Kadang memang tidak terkatakan dan hanya mampu ditunjukkan dengan tindakan, sesederhana dan sekecil senyuman sekalipun makna yang terkandung di dalamnya jelas luar biasa.
Ada yang menjelaskan dengan tegas bagaimana gambar hasil karyanya itu menjelaskan tentang perdamaian, ada yang perlu dibantu mengartikulasikannya sekalipun tidak memaksakan makna pesannya. Tiap-tiap orang adalah pribadi terbaik untuk memulai perdamaian. "Perdamaian mulai dari diri kita masing-masing". Tiap-tiap orang juga adalah pribadi terbaik untuk mempraktekkan keadilan.
Seorang kawan dengan ramah memberi salam kepada semua anak-anak dan meyakinkan bahwa kita, bangsa ini, memiliki tokoh besar bernama Gus Dur. Dia orang besar bukan karena pernah menjadi Presiden, tetapi dia menjadi tokoh besar yang diakui dunia karena kata, karsa, dan karyanya adalah untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian.
Petang yang luar biasa. Sederhana, bermakna, serta memberi refleksi yang berharga.
Selamat hari Perdamaian dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI