Mohon tunggu...
kristanto budiprabowo
kristanto budiprabowo Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup berbasis nilai

Appreciator - Pendeta - Motivator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menggambar Keadilan dan Perdamaian

24 September 2015   12:27 Diperbarui: 24 September 2015   17:26 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Mulai dari mana

Petang itu dimulai dengan diskusi mendalam tentang bagaimana mempromosikan thema peringatan hari perdamaian sedunia yang disebarkan oleh Gusdurian yaitu tentang hidup dalam Keadilan dan Perdamaian. Banyak alternatif aktivitas kreatif dan brilian dikemukakan mulai dari bentuk yang spektakuler maupun yang sederhana reflektif oleh semua kawan aktifis GUsdurian Malang. 

Diskusi itu meliputi; strategi paling efektif untuk mengarusutamakan keadilan dalam tiap-tiap pembahasan dan praktek keadilan, bentuk paling kontekstual membiasakan tindakan damai melalui berlaku adil, dan juga peran serta tiap orang untuk secara terbuka dan terlibat aktif dalam membangun kesadaran damai berbasis pada keadilan.

Ide-ide besar dan indah jelas harus dimulai dengan langkah kecil sederhana, efektif, dan memberi impact maksimal. Maka mulai dengan memberi perhatian pada anak-anak adalah pilihan terbaiknya. Anak-anak adalah inspirator paling tulus bagi tiap orang untuk melihat bagaimana secara manusiawi keadilan dan perdamaian itu dipandang dalam angan, diimpikan, dikatakan, digambarkan, dan lantas diwujudkan baik dalam kata, cara berpikir dan bertindak.

Maka kami datang menjumpai anak-anak itu untuk belajar, untuk berefleksi, untuk mengenal kembali kemanusiaan yang tulus dan sederhana.

Lihatlah anak-anak itu

Di Gubuk Baca Lentera Negeri kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, beberapa kawan yang rendah hati penuh kegembiraan secara intensif menyediakan waktu dan potensi diri yang mereka miliki bagi anak-anak. Mereka mengundang, menghimbau, mengajak, tanpa iming-iming, tanpa paksaan, tanpa ancaman, apalagi menakut-nakuti. Mereka menyediakan "ruang hidup" bagi anak-anak untuk bermain, belajar, membaca, menulis, dan membaca agar mereka secara merdeka dapat berekspresi bebas dan bergembira-bersukacita apa adanya.

Di tempat itulah pelajaran tentang Keadilan dan Perdamaian dimulai. Tidak dengan teori-teori, tidak pula dimulai dengan analisa menakutkan tentang ancaman konflik dan bahayanya dinamika perbedaan dalam masyarakat. Sebaliknya, proses belajar bersama diawali dengan cerita, dengan kisah, dengan saling sapa antara dunia nyata dengan gambaran ideal bagaimana keadilan dan perdamaian itu selalu terjadi, bisa dijalani, dan akan memberi akibat diteruskannya pesan keadilan dan damai.

Ada kisah bagaimana Dinosaurus menyayangi seekor kucing. Sebuah perumpamaan tentang betapa kemungkinan tak terbatas pertemuan antar realitas hidup dapat dijumpai dengan sederhana jika diberi sentuhan cinta kasih, ketulusan untuk menghargai, dan kebahagiaan menjadi bagian hidup makhluk yang lain. Rentang waktu hidup antara Dinosaurus dan seekor kucing yang terpisah jutaan tahun bukanlah kendala untuk meideakan sebuah kemungkinan perbuatan kecil sehari-hari dalam berbagi hidup.

Keadilan dimulai dengan kesadaran diri untuk peduli, untuk memberi perhatian, untuk menghargai, untuk secara sederhana berbuat baik pada segala makhluk, yang paling kecil dan tak berdaya sekalipun, yang ada disekitar kita. Yang sebenarnya ditempatkan disana oleh Yang Maha Kuasa untuk berinteraksi dengan kita. Keadilan seperti inilah yang memberi pondasi bagi terciptanya perdamaian.

Menggambar dari hati

Sendau gurau, komentar, tanggapan, apresiasi terhadap sebuah cerita dilalui sebagai kesempatan penting untuk menemukan pesan terbaik dan terindah bagi kehidupan dan masa depan. Sesungguhnya ada bermacam Dinosaurus lengkap dengan nama-namanya. Sebanyak identitas anak-anak dan semua kawan yang hadir dan menjadi saksi perjumpaan sore itu. Namun itu bukanlah sesuatu yang menghalangi untuk dapat melihat lebih fokus pada pesan kisahnya, kebahagiaan perjumpaannya.

Semua yang hadir, tak terkecuali, menemukan kesempatan untuk menjadi diri sendiri, lantas menggambar suasana hati masing-masing menumpahkan warna dan bentuk untuk menjadi saksi keadilan dan perdamaian yang terjadi. Ada yang memulainya dengan gambar hati, kepala, tubuh, rumah, gunung, pelangi, bendera, pohon, binatang, matahari, laut, dan juga sebentuk gambar tak teridentifikasi. Semua berharga. Dari perspektif apapun, dengan pendekatan apapun, dengan cara pandang apapun, dengan selera apapun, gambar tertuju pada satu nilai hidup luhur kemanusiaan, yaitu keadilan dan perdamaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun