Mohon tunggu...
Karen Kamal
Karen Kamal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Nama saya Karen Kamal dan saya seorang pelajar yang sedang bergelut dalam industri start-up. Sehari-hari saya habiskan pergi ke kampus, les, dan browsing sambil ditemani secangkir kopi. Kontak saya : hello@karenkamal.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Kehidupan

15 November 2012   17:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:17 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu sore yang sunyi dan desir angin lembut. Langit hanya diam dalam horizon berwarna oranye. Tinggal seorang insan manusia di bangku taman, berusaha menyembunyikan matanya diantara buku-buku jari tangannya dari matahari yang masih bersinar menyilaukan. Daun bergerak gelisah diantara pepohonan. Ia punya banyak pertanyaan. Matahari sore yang bijak bisa menjadi tempat jawaban, pikirnya.

“Mengapa daun berguguran di musim gugur?”

“Karena kau telah bertahan saat menghadapi kesulitan di musim panas. Kau belajar bahwa kehidupan ada saatnya kau harus membiarkan dirimu jatuh. Tapi toh kau akan kembali bertumbuh di musim semi. Kau belajar setelah jatuh pun, kau akan bangkit kembali.”

Pohon yang sedari tadi diam saja rupanya juga mempunyai pertanyaan.

“Mengapa akarku begitu kuat sehingga aku tidak dapat kesana kemari?”

“Karena kau menghasilkan buah-buah yang manis dari carangmu. Kau harus menjadi kuat untuk bisa melindunginya. Hanya pohon-pohon dengan akar terkuat yang bisa bertahan di musim hujan dan badai kencang bertiup.”

Pohon dan daun berpikir pastilah matahari adalah sosok terbijak yang ada di dunia ini. Matahari memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka. Ternyata manusia di bangku taman itu menguping semua percakapan mereka. Ia tersenyum. Masih menyembunyikan matanya dari silau matahari sore, ia bertanya.

“Mengapa aku lahir tetapi kemudian aku mati?”

“…”

Matahari diam dan berpikir keras. Angin teman baiknya juga tidak bisa menjawab. Pohon dan daun menunggu jawaban.
Mereka tidak pernah merasakan lapar, mereka tidak pernah menangis, mereka tidak pernah merasakan sakit, mereka tidak pernah ketakutan. Desiran angin sesekali membelai halus diantara rambut manusia, menenangkannya.

“Mengapa Tuhan menciptakan semua ini, bumi ini, kehidupan dan segala isinya, kemudian mengambilnya kembali?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun