Kompetensi untuk mampu berkomunikasi lintas budaya di Kampus Indonesia Mini, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga sangat penting. Hal inilah yang baru-baru ini menyadarkan kepada saya bahwa Indonesia memang memiliki bahasa yang tidak hanya satu tetapi beragam jumlah dan macamnya. Bahkan, satu kata bahasa Indonesia bisa mengandung banyak arti bagi tiap-tiap kami.
Banyak hal sepele yang membuat saya terbahak-bahak ketika menyadari penggunaan bahasa kami berbeda-beda dalam menyampaikan maksud yang sama. Disinilah perlunya Cross Cultural Understanding (pemahaman lintas budaya).
Saya adalah mahasiswa asal Jakarta, dan sudah terbiasa dengan bahasa Jakarta. Suatu hari, dihadapan saya ada 3 mahasiswa dari etnis yang berbeda-beda. Ada si Jawa Tengah, si Batak, dan si Kalimantan. Kami sedang berada dalam satu perbincangan yang sama. Sampai akhirnya si Jawa Tengah berkata kepada saya dengan logat 'medok'nya,
"Kak, pulpenmu yang ku pinjem gak hidup kak.."
Saya menjawab, "masa? mana sini coba gua liat, tadi bisa kok,"
Lalu saya coba pulpen itu di tangan dan dengan tegas berkata, "ini 'nyata' kok ! kata siapa gak 'nyata'?"
Saya terheran melihat ketiga rekan mahasiswa saya 'melongo' tidak mengerti dengan apa yang saya ucapkan barusan.
Dengan wajah aneh, si Batak bertanya, "nyata apa maksudnya? 'jadi' kali tik????".
Si Kalimantan juga mengiyakan si Batak, "iya, 'nyata' apa maksudnya? 'jadi' kali?"
Alhasil, sekarang gantian saya yang melongo dengan pernyataan mereka. "kalian gak ngerti maksudnya 'nyata' ? nyata itu ya pulpennya nyata. kok 'jadi' siih ?"
"Hidup kali kak...." si Jawa Tengah juga ikut memperjuangkan bahasanya.