Mohon tunggu...
Koteka Kompasiana
Koteka Kompasiana Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas Traveler Kompasiana

KOTeKA (Komunitas Traveler Kompasiana) Selalu dibawa kemana saja dan tiada gantinya. | Koteka adalah komunitas yang didesain untuk membebaskan jiwa-jiwa merdeka. | Anda bebas menuliskan apapun yang berkaitan dengan serba-serbi traveling. | Terbentuk: 20 April 2015, Founder: Pepih Nugraha, Co-founder: Wardah Fajri, Nanang Diyanto, Dhave Danang, Olive Bendon, Gana Stegmann, Arif Lukman Hakim, Isjet, Ella | Segeralah join FB @KOTeka (Komunitas Traveler Kompasiana) Twitter@kotekasiana, Instagram @kotekasiana dan like fanspage-nya. Senang jika menulis di Kompasiana, memberi tag Koteka dan Kotekasiana di tiap tulisan anda! E-mail: Kotekakompasiana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Event Komunitas Online Artikel Utama

Mari Telusuri Mojokerto, Bentengnya Majapahit

19 Januari 2022   01:18 Diperbarui: 19 Januari 2022   15:03 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hallo, everyone.

Apa kabar? Masih sehat dan bahagia?

Sabtu lalu Komunitas Traveler Kompasiana sudah menghadirkan pesulap dunia, Julius Frack dari Jerman yang pindah ke Jakarta bersama istri dan kelima anaknya.

Rupanya selama di BSD Tangerang, Julius masih butuh banyak blusukan di Jakarta. Maklum, pandemi membuat hal itu tidak semudah bayangan. Namun, setidaknya, pria yang dulu tinggal di Tuebingen, sebuah kota universitas di Jerman Selatan itu sudah pergi ke Bukit Lawang di Sumatra, Sulawesi, Ujung Genteng dan Belitung. Kalian sudah ke sana? Arggghh... Masih banyak pulau yang ingin dijajaki.

Julius, yang nama aslinya Stefan Zucht adalah kelahiran Sindelfingen pada 11 Maret 1975.  Pria itu bercerita bahwa orang Indonesia sangat baik, ramah, senang membantu, modis, setia dan bersyukur. Nggak punya duit juga banyak yang senyum dan happy. Pecah rasanya dada ini, disanjung pria yang sudah memulai karir sulap sejak umur 15 tahun.

Selain terkesan dengan karakter masyarakat kita, pria jangkung itu menyenangi masakan nusantara. Tentu saja selain yang pedas, ya. Ia belum kuat pedas-pedas, perutnya nggak nahan.

Dalam setiap shownya, ia mengikutsertakan 2 putrinya. Tetapi mereka belum pernah show sendiri. Siapa tahu buah nggak jatuh jauh dari pohonnya. Lebih dari 30 negara telah ia singgahi untuk presentasi talenta menghilang, muncul dan levitasi yang dikuasainya. Kepandaiannya sudah teruji. 

Nah, yang hari Sabtu hadir pasti kaget mengapa uang yang ia coblos dengan pensil dan bolong, kembali utuh? Ilusinya berhasil mengelabui mata kita walau kita nggak ngantuk waktu melihatnya.  Seru!

Baru-baru ini, ia tampil di Swiss untuk sebuah acara. Karena pandemi, hanya 25% penonton yang hadir. Padahal biasanya yang hadir lebih dari 1500 orang. Berharap ini akan berubah dan membawa kembali kejayaan yang sempat hilang karena corona.

Baiklah, dari Jerman/Swiss, kami ajak kalian untuk ke dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Event Komunitas Online Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun