Nama Robert Mugabe tak asing di telinga masyarakat Indonesia pada masa 1980-an. Perdana Menteri itu kemudian menjadi Presiden Zimbabwe pada tahun 1987.Â
Perjalanan politik Mugabe sangat sarat dengan isu HAM dan ekonomi, yang mempengaruhi perkembangan negara Republik Zimbabwe yang masih masuk negara miskin, dari masa ke masa.
Zimbabwe yang memiliki penduduk 14,5 juta orang adalah salah satu negara di dunia sering diberitakan media massa sebagai negara yang mengalami dampak kekeringan dahsyat tahun 2019.Â
Negara yang terdaftar di 117 negara dengan indeks kelaparan global tahun 2019 itu semakin dipersulit dengan datangnya pandemi tahun 2020. Bagaimana gambaran situasi di sana?
WFP sendiri menyokong dana sebesar 3,6 trilliun rupiah untuk memberikan bantuan makanan kepada Zimbabwe hingga Desember 2020 dan bantuan tunai hingga Apri 2021. Apakah ini benar-benar meringankan beban masyarakat?
Terlepas dari isu yang kurang sedap dari Zimbabwe, ternyata negara ini memiliki sejarah yang luar biasa. Seperti sejarah yang ditemukan oleh para arkeolog atas penduduk asli, San People yang hidup 100.000 tahun, kerajaan Mapungubwe tahun 1300-1600, penjajahan Portugis, koloni Inggris di Rhodesia dan tentunya keindahan sungai Zambesi, di taman nasional Mana Pools, sampai kelezatan kuliner Zimbabwe seperti Sadza dan Boerewors.
Negara ini juga sebenarnya juga menarik untuk karena menjadi negara yang berbatasan dengan negara tetangganya seperti Afrika Selatan, Botswana, Zambia dan Mozambique. Dan akan menjadi negara potensial jika infrastruktur, seperti kereta apinya memadai supaya koneksi dengan negara lain lebih cepat dan mudah. Sudah tahukah masyarakat umum di tanah air tentang Zimbabwe?
Nilai tukar rupiah yang stabil dengan Zimbabwe disinyalir sebagai signal baik untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia. Negara ini juga menghasilkan batu granit yang mungkin memiliki prospek cerah di masa mendatang. Bagaimana dengan hubungan budaya, ekonomi kreatif dan pariwisata Indonesia dengan Zimbabwe?
Adalah Duta Besar RI Zimbabwe dan Zambia bapak H.E. Mr. Dewa Made Juniarta Sastraswan yang dilantik presiden Jokowi pada tanggal 7 Januari 2019 yang lalu.Â
Putra Bali ini sebelumnya telah menjabat sebagai dubes di London, Swedia dan Latvia. Banyak pengalaman beliau dan informasi serta wawasan yang bisa dibagikan pada generasi muda sehubungan dengan keingintahuan masyarakat awam Inonesia.
Untuk itu, Komunitas Traveler Kompasiana sangat menantikan penjelasan bapak dubes tentang opini beliau bagaimana pemerintahan Zimbabwe mengatasi pandemi dan hubungan Indonesia dengan Zimbabwe selama ini.
Sedangkan Kompasianer Dewi Sumardi yang telah bergabung di Kompasiana.com sejak 2013 adalah penulis novel "Duka Darah Biru" dan "Janji di Tepi Laut Kaspia", yang akan bercerita sekilas tentang pengalamannya merantau di Harare, Zimbabwe.
Berdasarkan program Kompasiana.com sebagai induk dari Komunitas Traveler Kompasiana, Koteka, kami ingin mendukung "Lawan corona pakai content" melalui kegiatan talk show ini.
Besar harapan Koteka supaya acara Kotekatalk berupa zoom ini akan menginspirasi para peserta yang akan hadir selama masa pandemi "new normal" atau work from home, agar tetap semangat menjelajahi dunia dan berkarya sesuai passion masing-masing sampai kapanpun, tak ubahnya yang sudah dicontohkan oleh bapak dubes dan Kompasianer Dewi Sumardi sampai hari ini.
Untuk itu kami mengundang Kompasianer untuk mengikuti zoom ini pada:
- Hari/Tanggal: Sabtu, 6 Februari 2021
- Pukul: 16.00-17.00 WIB atau 11-12 Zimbabwe
- Pendaftaran: bit.ly/zoomingkoteka21
- Hadiah: Merchandise Dejavato dan 2 Novel Dewi Sumardi
Jangan lupa, daftar, ya dan jumpa Sabtu!(AG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H