Mohon tunggu...
rizqa lahuddin
rizqa lahuddin Mohon Tunggu... Auditor - rizqa lahuddin

hitam ya hitam, putih ya putih.. hitam bukanlah abu2 paling tua begitu juga putih, bukanlah abu2 paling muda..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

The New Taman Mini Ideal untuk Rehat Sejenak dari Polusi

6 Mei 2023   20:07 Diperbarui: 6 Mei 2023   20:07 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Mini Indonesia Indah, tempat wisata yang satu ini cukup menarik untuk menjadi tujuan healing sekeluarga tanpa harus keluar kota Jakarta. 

Setelah cukup lama stagnan dan kondisinya gitu-gitu-aja, akhirnya pemerintah memutuskan untuk mengambil alih pengelolaan aset milik negara tersebut yang pada awalnya berada di tangan Yayasan Harapan Kita (yes, ini adalah yayasan milik mantan presiden Soeharto), kemudian diambil alih oleh Sekretariat Negara dan saat ini diserahkan untuk dikelola oleh BUMN PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (PT TWC Persero). Dari namanya saja sudah terlihat bahwa BUMN ini juga mengelola kawasan wisata tiga candi andalan di Jawa Tengah yang you-know-lah yang mana aja.

Keinginan saya melihat The New TMII justru timbul karena berita di akhir lebaran kemarin, dimana wisatawan yang mengunjungi TMII justru ngomel-ngomel karena kendaraan sudah tidak diperbolehkan masuk dan hanya diperbolehkan parkir di dekat gerbang utama. Untuk berkeliling kawasan TMII hanya bisa menggunakan shuttle (kendaraan elektrik) atau sepeda. Pengunjung yang membludak, tidak mengetahui konsep baru tersebut sehingga terlihat antrian sangat panjang untuk menunggu shuttle dan pada akhirnya dikeluhkan di sosial media.

Tidak hanya soal konsep baru, tiket juga kini bisa dengan mudah dibeli secara online di halaman www.tamanmini.com dengan metode pembayaran bisa melalui banyak channel seperti emoney (gopay, ovo) atau melalui kartu kredit dan kartu debit. Untuk pembelian online ini sepertinya PT TWC selaku pengelola, bekerjasama dengan Goersapp, perusahaan penyedia jasa penjualan tiket online untuk event yang sudah sering digunakan untuk pembelian tiket konser musik.

Dokumentasi Pribadu
Dokumentasi Pribadu

Suara-suara netijen pengunjung TMII itu justru menarik karena tempat wisata tanpa kendaraan bermotor merupakan surga bagi orang-orang yang sudah sumpek menghirup asap polusi dan mendengar suara klakson lima hari seminggu. Karena TMII hanya berjarak sekitar 20Km dari rumah dan masih nyaman untuk ditempuh dengan bersepeda, akhirnya saya membeli tiket secara online untuk hari Sabtu pagi. Karena saya masuk menggunakan sepeda maka selain membeli tiket orang (Rp.25.000), maka saya juga membeli satu tiket sepeda seharga Rp.25.000. Pintu yang saat ini digunakan untuk masuk juga berbeda. Jika dulu sebelum revitalisasi, biasanya pengunjung masuk dari Pintu 1 dekat Masjid At Tin, kini pintu tersebut hanya difungsikan untuk bus wisata. Untuk pengunjung yang membawa motor, mobil atau sepeda maka masuk melalui pintu nomor 3.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Semuanya lancar saat memasuki gerbang Pintu 3. Barcode yang ada di ticket akan discan oleh petugas dan kita bisa langsung bebas berkeliling dengan sepeda. Suasana inilah yang memang saya cari. Tempat yang rindang banyak pohon, tanpa kendaraan, memiliki jalur sepeda, plus bonus bisa melihat anjungan rumah adat khas daerah dan beberapa museum serta bangunan-bangunan yang tentu instagrammable. Secara keseluruhan, The New TMII ini memang benar-benar luar biasa bagus dan layak untuk dijadikan tempat tujuan wisata keluarga atau sekedar berolahraga seperti lari, jogging, main sepatu roda atau skateboard. Bagi pengunjung yang tidak membawa sepeda dari rumah, bisa menggunakan sepatu roda, skateboard atau mungkin scooter elektrik untuk berkeliling.

The New TMII akan sangat nyaman bagi pengunjung dan wisatawan yang siap dengan konsep baru tersebut. Tidak perlu kuatir karena di beberapa tempat terlihat penyewaan sepeda yang sepedanya sangat bagus dan terlihat baru. Saya pernah berwisata keliling candi-candi Budha menggunakan sepeda sewaan di Ayutthaya Thailand dan sepeda yang disewakan disana benar-benar bobrok dan tidak layak. Sangat jauh berbeda dengan sepeda yang disewakan di TMII.

Sudah ada jalur sepeda di sepanjang jalan dalam lingkungan TMII tetapi sayang sekali untuk jalur sepeda di bagian pedestrian (bukan jalan aspal) sangat sangat licin. Jangan bersepeda pada bagian yang di cat apalagi jika cuaca hujan atau ada genangan karena saya sempat terjatuh saat menggunakan jalur sepeda tersebut. Untung saja karena masih pagi, sepertinya tidak ada yang lihat karena malu juga kalau sampai ada yg ngevideo dan dishare di tiktok.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Saat berkeliling, sudah terbayang kalau konsep The New TMII ini mungkin tidak akan cocok untuk beberapa tipikal wisatawan lokal kita karena memang memang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya nyaman healing di The New TMII.


Pertama, perlu diingat bahwa TMII adalah wisata outdoor yang artinya cuaca memegang peranan penting. Saya membayangkan jika pengunjung sedang berada di Istana Anak misalnya, lalu tiba-tiba hujan maka akan sangat tidak nyaman untuk keluar dari Istana Anak menuju ke Halte Shuttle atau menaiki sepeda untuk pindah ke tempat lain dalam kondisi hujan. Sebaiknya selalu siap jas hujan bagi seluruh anggota keluarga supaya tidak basah kuyup.

Kedua, sama seperti tempat wisata outdoor pada umumnya, pengunjung jangan salah kostum. Gunakan baju dan sepatu yang memang nyaman untuk kegiatan jalan kaki di cuaca panas, bukan baju yang biasa digunakan ke Mal karena pasti akan berkeringat.

Ketiga, budaya baru. Dulu TMII identik dengan wisata murah dimana grup arisan atau perkumpulan bapak-bapak bisa sembarangan menggelar tikar untuk piknik atau kumpul-kumpul dan biasanya akan sembarangan membuang sampah. Sekarang kegiatan seperti itu masih diakomodir tapi di kawasan "Taman Piknik" di lokasi-lokasi tertentu.

Keempat, target pasar. Saat ini target market TMII adalah generasi umur dibawah 35 tahun yang suka dengan suasan alam, dan wisata yang cenderung green dan sustainable tetapi tetap bisa sambil membuat konten menarik di sosial media dan dengan harga yang terjangkau.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Itu tadi sedikit cerita tentang The New TMII yang memang berhasil menerapkan konsep baru. Mungkin, beberapa tipe wisatawan tidak akan cocok dengan hal ini, tapi bagi yang setiap hari sudah stres terjebak macet di jalanan ibu kota, mendengar suara bising kendaraan, menghirup polusi, nggak banyak beraktifitas karena hanya duduk di meja kerja, dan melihat pemandangan beton gedung-gedung setiap hari, The New TMII ini menawarkan tempat healing yang bebas kendaraan, rindang dan banyak pohon dengan udara yang bersih, serta sedikit memaksa kita beraktifitas fisik sambil mempelajari berbagai hal tentang budaya serta rumah-rumah adat indonesia yang tentunya lokasinya tidak jauh dan bahkan mudah diakses dengan transportasi umum.


Happy Healing.. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun