Mohon tunggu...
rizqa lahuddin
rizqa lahuddin Mohon Tunggu... Auditor - rizqa lahuddin

hitam ya hitam, putih ya putih.. hitam bukanlah abu2 paling tua begitu juga putih, bukanlah abu2 paling muda..

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Gempa Palu dan Pelajaran tentang "Cashless Society"

12 Desember 2018   21:01 Diperbarui: 13 Desember 2018   11:10 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi Tanpa Uang Tunai
Tidak hanya di Indonesia, hampir semua negara saat ini sedang menuju yang disebut dengan cashless society. Dan salah satu negara yang terdepan dalam menerapkannya adalah China dengan AliPay dan WechatPay-nya.

Di Amerika yang paling terkenal adalah Paypal dan Apple Pay dan untuk Indonesia sendiri banyak sekali cara untuk konsumen melakukan pembayaran tanpa uang tunai mulai dari transfer antar bank atau virtual account, buku cek, kartu debit dan kredit (visa-mastercard-GPN), eMoney dalam bentuk kartu (Brizzi-Tapcash-eTollcard), eMoney dalam bentuk aplikasi (GoPay-OVO-Tcash-DANA).

Begitu banyaknya pilihan karena Bank Indonesia saat ini sedang menggalakkan GNNT atau Gerakan Nasional Non-Tunai yang dimulai sejak 14 Agustus 2014.

Less Cash Society vs Cashless Society
Kejadian lumpuhnya perbankan di Kota Palu menunjukkan betapa rentannya sistem keuangan saat ini. Untungnya hal tersebut hanya terjadi selama tiga hari sehingga di hari keempat masyarakat sudah bisa menggunakan mesin ATM dan menggunakan uangnya untuk memutar roda perekonomian kembali.

Tetapi apa yang terjadi jika hal tersebut terjadi secara nasional? Dan lebih dari seminggu misalnya? Apa yang terjadi jika detik ini juga Kompasianer tidak bisa menarik uangnya di Bank maupun menggunakannya sama sekali untuk satu minggu ke depan? Berapa uang tunai yang ada di dompet saat ini? Cukupkah?

Walaupun banyak ekonom (dan bankir) lebih senang dengan konsep 100% non tunai, tetapi banyak juga yang berharap kalau uang tunai jangan sampai hilang sama sekali. Dengan pembayaran non tunai, semua transaksi perpindahan uang bisa dilacak, bagi sebagian orang ini dianggap menghilangkan privasi tapi bagi yang lain menganggap pembayaran non-tunai mempersempit peluang terjadinya korupsi, kriminal, atau penghindaran pajak. 

Pembayaran non-tunai memang memiliki berbagai kelebihan. Untuk apa menerima uang tunai dari konsumen dan mengumpulkannya sampai akhir bulan kemudian menyetorkannya ke bank jika konsumen dapat langsung mengirimkan uang tersebut langsung ke rekening kita?

Tetapi skenario lumpuhnya sistem ekonomi suatu negara bukan suatu hal yang mustahil, misalnya jika terjadi perang, kerusakan, atau bencana. Seperti halnya mencegah file tugas kuliah hilang, mencegah data uang kita hilang bisa dilakukan dengan melakukan backup.

Backup tersebut bisa dilakukan dengan banyak cara, seperti menyimpan uang tidak hanya di satu bank, menyimpan kekayaan dalam bentuk non-tunai seperti emas, perhiasan, atau properti dan mungkin sediakan sejumlah uang tunai yang cukup untuk kondisi-kondisi darurat.

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi jika mengingat kebiasaan kita kehilangan semua hal-hal yang bersifat digital seperti foto, maupun file-file penting, jangan sampai hal tersebut terjadi juga dengan "uang digital" milik kita.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun