Mohon tunggu...
rizqa lahuddin
rizqa lahuddin Mohon Tunggu... Auditor - rizqa lahuddin

hitam ya hitam, putih ya putih.. hitam bukanlah abu2 paling tua begitu juga putih, bukanlah abu2 paling muda..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ingin Memahami Pancasila? Sering-seringlah Travelling

3 Juni 2017   14:43 Diperbarui: 3 Juni 2017   15:20 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1 Juni telah ditetapkan sebagai Hari Lahirnya pancasila dan untuk pertama kalinya, kita memperingatinya pada tahun 2017 ini. Bagi anak-anak muda khususnya yang tidak sempat mendapatkan pelajaran PMP atau PPKN istilahnya dulu, mungkin agak sedikit berbeda dalam memahami Pancasila sebagai suatu dasar negara. 

Pancasila dijadikan dasar negara karena pada saat menjelang proklamasi, banyak daerah eks-koloni Belanda yang bersedia menggabungkan diri dengan Republik yang akan berdiri ini, dan masing-masing daerah tersebut memiliki Raja/Pemimpin masing-masing serta membawa budaya dan latar belakang daerah yang berbeda-beda, dan hendak bergabung membentuk satu negara. 

Seperti semua produk buatan manusia, kebudayaan itu relatif. Tidak ada bahasa yang baik, tarian adat yang paling indah atau suku mana yang memiliki latar belakang historis paling membanggakan. Jika semua pemilik budaya tersebut ingin menggabungkan diri dalam suatu rumah besar bernama negara, tentu harus dicari jalan tengah yang mampu menjembatani semua perbedaan tersebut. Pancasila adalah bagaimana memaknai perbedaan. Dan perbedaan tidak akan bisa dirasakan jika belum pernah mengalaminya sendiri.

Sebagai orang yang terlahir di Solo, saya hanya tahu bahwa dunia ini hanya kota Solo sampai akhirnya saya menyadari bahwa ternyata dunia itu jauh lebih luas dari yang saya pahami. Wawasan saya mulai terbuka saat pertama kali menginjak kota Semarang, menyadari bahwa biarpun sama-sama mengucapkan bahasa Jawa, Semarang memiliki kosakata yang sedikit berbeda, padahal dua kota ini hanya berjarak 90KM. Kemudian tiba saat akhirnya saya diperkenalkan dengan Kota Bandung, dengan kebudayaan Sunda nya dengan pengucapan yg sangat merdu. Lalu berkesempatan melihat Bali yang luar biasa menarik saat SMP. Dan saat berkuliah, akhirnya saya mengenal Jawa Timur, khususnya Malang dan Surabaya serta akhirnya berkesempatan hidup di Jakarta dimana bisa berkenalan dengan orang yang berasal hampir dari semua daerah di Indonesia.

Tidak semua orang memiliki kesempatan seperti ini. Banyak orang yang dari kecil sampai dewasa hanya mengenal daerahnya sendiri dan akibatnya pandangan tentang "dunia" pun menjadi sempit. Akibatnya cenderung menganggap bahwa dunia selain dunia yang dia kenal memiliki kualitas yang lebih rendah dari dunianya sendiri. Amerika hanya sebatas apa yang ditunjukkan oleh film-film Hollywood dan orang India sangat melankolis seperti di tunjukkan di drama Uttaran. Hehe. Ini seperti halnya ada orang yang menganggap Jogjakarta keadaanya seperti di film "Java Heat". Waduh...

Sebagai bukti, jika anda mengenal orang yang pernah "merantau" maka karakter antara orang-orang yang pernah "merantau" dengan yang tidak pasti akan ada sedikit perbedaan.  Supaya hal ini tidak terjadi, semua orang sejak kecil perlu diperkenalkan dengan luasnya dunia dan beragamnya manusia di dalamnya. Dan salah satu cara untuk memahami ini paling mudah adalah dengan travelling atau bepergian. Terutama bepergian ke suatu tempat yang sangat berbeda dengan tempat yang kita ketahui sehari-hari. Semakin jauh dan berbeda semakin bagus, tetapi tetap sesuaikan dengan kemampuan masing-masing. 

Dengan seperti ini, maka orang akan sadar bahwa memaksakan suatu budaya, paham, atau apapun kepada orang lain itu ibarat memaksa orang yang terbiasa memakan masakan Padang untuk makan Papeda khas Papua. Hehe.. Pernahkah anda tahu bahwa ada Jokes, saat ada orang Jawa membawa menu Telur Asin khas Brebes ke tanah Maluku, si pemilik warung sempat akan dihajar oleh pelanggan karena dikira menyajikan telur busuk? 

Tiap kali berada di pesawat dan melongok keluar jendela kabin, perasaan kagum selalu muncul saat melihat ke bawah, ke daratan yang ada hampir 8KM di bawah kaki saya. Indonesia ini begitu luas. Luar biasa luas sampai membuat berpikir kok bisa-bisanya menjadi suatu sistem yang teratur, damai dan tenteram ini yang bernama "Negara". Menjadi pemimpin dari sesuatu sebesar ini tentu membutuhkan tenaga yang luar biasa.

Jadi jika saat ini Kompasianer memiliki budget lebih, daripada untuk upgrade gadget baru padahal gadget yang lama belum rusak, simpanlah dana nya untuk travelling bersama keluarga. Pergilah ke suatu tempat yang paling jauh yang bisa didapat dengan budget tersebut. Jika anda di Padang, pergilah ke Balikpapan, atau jika anda berasal dari Bandung sekali-kali injaklah Pulau Madura. 

Semakin berbeda, semakin bagus, apalagi jika budgetnya cukup untuk menjangkau luar negeri karena di luar sana benar-benar berbeda dengan apa yang kita alami sehari hari. Berkenalan dengan orang-orang yang berbeda, mencicipi makanannya, mengagumi budayanya, merasakan seperti apa rasanya menjadi orang lain, memberikan pelajaran hidup yang luar biasa, dan tanpa disadari kita telah memperluas "dunia" kita sendiri. Wawasan kita.. Dan dengan sendirinya, kita memahami makna sebenarnya dari Pancasila.

Saya Indonesia, Saya Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun