Mohon tunggu...
rizqa lahuddin
rizqa lahuddin Mohon Tunggu... Auditor - rizqa lahuddin

hitam ya hitam, putih ya putih.. hitam bukanlah abu2 paling tua begitu juga putih, bukanlah abu2 paling muda..

Selanjutnya

Tutup

Money

Seperti Apa Rasanya Diembargo

25 Februari 2017   15:23 Diperbarui: 25 Februari 2017   15:36 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus kisruh antara PT. Freeport dan pemerintah Indonesia sangat menarik belakangan ini. Karena memang sejak awal banyak bangsa ini yang tidak "respek" terhadap Amerika, entah karena budayanya yang dianggap kebabalasan, dukungannya terhadap Israel, dan berbagai hal lainnya menjadikan lebih banyak yang mendukung langkah Pemerintah untuk bersikap tegas terhadap PT. Freeport. Sebagai seseorang yang bekerja di kementerian keuangan, saya pernah berkesempatan membaca contoh sebuah Kontrak Karya yang jadi salah satu sebab kisruh tersebut. Pertama kali membacanya saya kaget dan merasa heran, bagaimana sebuah kontrak antara pemerintah suatu negara, dan korporasi swasta memiliki posisi yang bisa lebih tinggi dari suatu Undang-Undang?

Tapi hal tersebut biarlah menjadi bahan tulisan yang lain. Kali ini saya lebih tertarik mengenai dampak kedepan kira-kira seperti apa yang akan terjadi? Jika memang benar kasus ini akan dibawa ke pengadilan arbitrase international, dan apa jadinya jika Indonesia menang? Apakah mungkin negara ini dikenakan embargo dan sebenarnya seperti apa sih efek embargo ekonomi oleh Amerika tersebut?

Tiga negara yang saat ini masih dikenakan embargo oleh Amerika antara lain Kuba, Korea Utara dan Iran. Dulu saya sempat bertanya-tanya embargo itu efeknya seperti apa? Karena hal itulah saya memutuskan untuk travelling ke Teheran, ibukota negara Iran pada bulan Oktober 2016. Selain alasan salju dan hal lainnya tentu saja. Hehe.

Yang Ada Di Bayangan

Sebelum menginjakkan kaki di Iran, bayangan saya mengenai negara yang dikenakan embargo itu mungkin bahwa di negara tersebut tidak akan ada produk Amerika. Seperti Iphone, mobil ford, Coca Cola dan akan sangat susah menukarkan uang USD dengan mata uang lokal. Selain itu situs-situs made in Amerika juga terblokir dan sebagainya. Tidak adanya hubungan dagang dengan amerika akan membuat negara ini jadi kurang maju. Tidak modern dan sejenisnya. Hehe.

Kenyataan

Begitu sampai disana.... eeeh, apanya yg diembargo? Hahaha.. ternyata semua bayangan saya tadi hilang begitu melihat kondisi ekonomi di Iran. Negaranya bisa tetap maju walaupun di embargo. Pembangunan gedung-gedung bertingkat tetap berjalan. Bank-bank dimana-mana, orang menenteng iphone, meminum coca cola, bahkan ada dealer mobil-mobil seperti Chrysler, dan beberapa merk Amerika. Ini sih nggak ada bedanya dengan negara lain pada umumnya.

Setelah mencari tahu lebih dalam, ternyata embargo dari Amerika itu bukan berarti negara sekutunya ikut mengembargo. Pemerintah Iran masih memiliki kerjasama perdagangan dengan China dan beberapa negara Eropa, dan Jepang, India dan Korea. Barang-barang yang sehari-hari kita nikmati di Indonesia juga bisa ditemukan di Negara yang terkena embargo. Pokoknya jauh sekali lah dengan bayangan saya soal embargo selama ini.

Sepertinya embargo lebih ke sektor perbankan saja. Misalnya, kartu kredit Visa dan Mastercard tidak bisa digunakan di Iran karena embargo tersebut. Selain itu, pemerintah Iran tidak aan punya akses ke jaringan perbankan international sehingga pembayaran ekspor impor tidak dilakukan dengan mata uang USD tetapi menggunakan Euro, ataupun Yuan. 

Jadi embargo hanya akan dirasakan dalam skala makro, itupun hanya untuk hal-hal yang berkaitan dengan perbankan. Untuk arus barang dan kegiatan ekonomi di tingkat mikro, efeknya tidak bisa dibedakan dengan negara tanpa embargo.

Jika Indonesia terkena embargo?

Pemerintah Iran tetap bisa membangu negaranya walaupun dengan embargo karena mereka memiliki industri dalam negeri yang kuat dan sumber daya alam yang melimpah terutama minyak. Selain itu, mereka menjadikan Rusia dan China sebagai partner utama dalam perdagangan. Ini agak berbeda dengan Kuba dan Korea Utara, dimana sumber daya alam keduanya sangat sedikit sehingga melihat Kuba terlihat seperti negara yang masih berada di era 1960an, tanpa akses internet. Korea Utara juga hampir senasib dengan Kuba. Hanya Iran lah yang mampu survive.

Indonesia memiliki apa yang dimiliki oleh Iran. SDM yang melimpah, industri dalam negeri yang kuat. Pabrik barang jenis apapun ada di Indonesia mulai dari sepatu sampai senapan. JIka harus memiliki partner dagang, masih ada China, Jepang, dan Korea. Tanpa visa dan mastercard pun, Indonesia memiliki jaringan kartu kredit sendiri. Negara ini akan tetap kuat walaupun di embargo.

Tetapi apapun yang terjadi, semoga bangsa ini selalu berada dalam lindungan Tuhan, tidak terjadi suatu yang buruk apapun, dan selalu menjadi negara yang harmonis dan bisa memanfaatkan kekayaannya demi kemakmuran bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun