Mohon tunggu...
rizqa lahuddin
rizqa lahuddin Mohon Tunggu... Auditor - rizqa lahuddin

hitam ya hitam, putih ya putih.. hitam bukanlah abu2 paling tua begitu juga putih, bukanlah abu2 paling muda..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berlari Lintas Alam di Manado

28 Februari 2016   21:06 Diperbarui: 28 Februari 2016   21:56 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="trail running di gunung tumpa"][/caption]

 

Bagi Kompasianer yang sudah akrab dengan olahraga lari, mungkin sudah mengenal istilah "trail running", tetapi bagi yg belum akan saya coba jelaskan sedikit mengenai olahraga yang sedang naik daun ini.

Selama ini, orang hanya mengenal lari sebagai olahraga secara umum, tetapi sebenarnya ada tiga genre dalam olahraga lari yaitu

Lari dalam lintasan

Lintasan lari mungkin terdapat di kota Anda. Ada yang merupakan lintasan khusus, tetapi ada juga yg menyatu dengan stadion sepak bola seperti di senayan. Arena lari standar biasanya memiliki panjang lintasan 400 meter sekali putar. Lari dalam lintasan seperti ini melatih seseorang untuk memiliki pose lari yang benar, berlatih kecepatan dan pernapasan. Lintasan buatan biasanya dibuat dari sejenis karet, rumput, atau bisa juga pasir padat. Satu-satunya kekurangan berlari dalam lintasan adalah sifatnya yg membosankan.

Lari di jalan raya

Ini mungkin yang paling sering dilakukan, terutama di kota-kota besar yg memiliki acara "Car Free Day". Lomba lari marathon, half marathon dan 10km biasanya juga dilakukan di jalan raya. Suasananya yg lebih tidak monoton dibandingkan berlari di lintasan membuat aktifitas lari ini menjadi tidak membosankan. Tetapi karena biasanya dilakukan di jalan raya beraspal yang keras, pelari menjadi rentan cedera. Selain itu gerakannya yg repetitif lama-lama bisa membebani otot. Selain itu jika dilakukan di kota besar, kualitas udaranya tidak terlalu bagus.

Lari di alam bebas

Dikenal dengan istilah "trail running" dalam bahasa inggris. Aktifitas ini dilakukan di alam, baik area hutan, bukit, kebun, maupun pegunungan. Kalau di Indonesia, rute trail running biasanya digunakan juga untuk bersepeda gunung karena keduanya memang hampir mirip. Jika jaraknya sudah di atas 42km (marathon) biasanya disebut dengan "ultra trail", seperta Bromo-Tengger-Semeru Ultra Trail, Mesastila Trail Run. Kalau di luar negeri yang paling terkenal adalah UTMB (Ultra Trail Mount Blanc).

Kelebihan "trail running" adalah sifatnya yang berada di alam bebas sehingga kualitas udara nya biasanya masih sangat bersih, tidak membosankan, dan melatih berbagai otot sekaligus karena pelari harus mengikuti lintasan yang tidak rata, naik turun, bahkan kadang harus melompat, mengindari batu dan kayu serta undakan-undakan tanah.

Trail Running di Manado

Sebenarnya masyarakat Manado yang menyukai trail running bisa bersyukur karena landscape kota ini memang "dari sononya" sudah berbukit-bukit. Sehingga mencari rute trail run tidak terlalu sulit. Jika kota lain harus pergi agak jauh jika harus berlari di alam bebas (jakarta misalnya, rute trail running terdekat adalah di Jalur Pipa Gas /JPG, Hutan Kota UI di Depok, atau beberapa tempat di daerah puncak dan bogor) tidak demikian halnya di Manado. Memang rata-rata semua Taman Hutan Raya (Tahura) bisa digunakan untuk berlari lintas alam, tetapi sering kali lokasinya jauh dari tempat tinggal. Kota Solo misalnya, Tahura nya terletak di kaki gunung lawu. Sama dengan di jogja dimana Tahura nya berada di daerah Wonosari.

Sedangkan di Manado, Tahura yg dimiliki berada masih di dalam kota. Namanya adalah Tahura Gunung Tumpa. Jika menggunakan mobil, bisa diakses hanya 30 menit dari pusat kota. Menuju ke sana hampir searah dengan beberapa hotel dan cottage yang memberikan paket wisata diving dan snorkling di bunaken, sehingga kecil kemungkinan untuk nyasar.

Puncaknya memiliki ketinggian sekitar 400 mdpl, dan dari puncak terlihat jelas pulau bunaken dan gunung manado tua, serta beberapa pulau-pulau kecil lainnya. Total jarak yang ditempuh sekitar 8,7 km naik turun. Lumayan menguras tenaga juga.

Sayangnya tempat wisata ini belum terlalu gencar di promosikan. Padahal dengan letaknya yang tidak terlalu jauh dan pemandangan yg disuguhkan seharusnya bisa menarik banyak pengunjung. Jika Anda tidak mampu berlari pun, Gunung Tumpa bisa didaki oleh pendaki pemula, dengan trekking maupun hiking. Di tempat ini pun belum ada tempat sampah, sehingga terlihat beberapa botol bekas pengunjung yang membuang sampah sembarangan. 

*Foto Dokumen Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun