Mohon tunggu...
Kostan D. F. Mataubenu
Kostan D. F. Mataubenu Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi Gado-gado

Suka olahraga sepak bola Memvaforitkan LIVERPOOL. . . Sesekali melirik politik

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"Bola Mati", Kunci Liverpool Robohkan Tembok Inter Milan

17 Februari 2022   06:58 Diperbarui: 17 Februari 2022   16:45 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moh Salah, Pemain Liverpool, merayakan Gol ke gawang Inter Milan || Sumber: Sky Sports

Penikmat bola, terutama penggemar Liverpol dan Inter Milan di seluruh dunia baru saja menyaksikan pertandingan menarik antara ke dua tim pujaan hati kamis 17 Februari 2022. 

Setiap penggemar tentunya mendukung timnya memenangkan laga leg pertama putaran 16 besar liga Champion, liga yang selalu ditunggu-tunggu setiap tahun. 

Bermain di kandang Inter, San Siro, Inter dan para penggemar berharap mendapatkan faktor keuntungan dari para penonton pendukung. 

Di liga Italia, Inter merupakan tim yang ada pada jalur memenangkan liga. Walaupun di posisi ke dua klasemen, Inter hanya tertinggal 1 poin dari AC Milan.

Namun, Inter masih punya tabungan 1 pertandingan. Artinya ada potensi Inter menyalip AC Milan di klasemen jika memenangkan pertandingan tersebut. 

Karena itu, Inter tentunya penuh percaya diri menyambut Liverpool di kandang mereka. Ya. . . Inter yang dalam top perform tentunya ingin memperoleh poin di laga knock out ini. 

Di pihak Liverpool, tim ini datang dengan posisi favorit. Selain karena performanya di liga Champion yang menjadi tim pertama Inggris yang berhasil menyapu bersih pertandingan fase grup, tetapi juga sedang memiliki skuat yang full tanpa cedera serta memiliki banyak opsi berkualitas hampir di semua posisi di samping punya skuat yang lebih berpengalaman di liga Champion dibandingkan skuad Inter.

Pertandingan dimulai dengan dominasi Liverpool dalam penguasaan bola. Inter yang berciri permainan penguasaan bola, berupaya untuk mengendalikan permainan. Formasi 3 -5-2 dipakai untuk menghadang permainan 4-3-3 Liverpool. 

Liverpool yang biasanya bermain cepat ala Liga Inggris harus menyesuaikan tempo permainan dengan Inter Milan yang cenderung bermain lambat ala liga Italia. 

Rupanya Inter mempelajari permainan Burnley minggu kemarin saat melawan Liverpool. Long ball Inter di babak pertama menjadi warna skema permainan Inter. 

Dengan memasang 5 pemain di tengah, logikanya pemain Liverpool memiliki ruang yang sempit untuk menyerang dan sering kehilangan bola. 

Bola yang lepas bisa dimanfaatkan dengan mengumpan ke dua penyerang di depan yaitu Martinez dan Dzeko untuk memanfaatkan celah high defense Liverpool.

Perizik di sisi kiri Inter dan Dumfries di sisi kanan dipasang untuk beradu dengan Trent dan Robertson. Dengan demikian bola-bola berbahaya dari Robertson dan Arnold bisa diminimalisir dan terbukti jitu. 

Di lini tengah, Inter melakukan pressing tinggi terhadap Thiago, Fabinho dan Elliot. Nama terakhir merupakan starter Liverpool termuda di liga Champion memecahkan rekor Trent Alexander Arnold. 

Tampak bahwa bola yang dipegang Fabinho sering lepas dan berbuah serangan balik bagi Inter Milan. Untungnya, Vandijk dan Konate bermain brilian hari ini. 

Elliot bermain cukup bagus namun terlihat masih belum berani untuk berduel dengan pemain-pemain Inter yang melakukan pressing tinggi.

Moh Salah, Pemain Liverpool, merayakan Gol ke gawang Inter Milan || Sumber: Sky Sports
Moh Salah, Pemain Liverpool, merayakan Gol ke gawang Inter Milan || Sumber: Sky Sports

Juergen Klopp tentunya sudah mempredikasi apa yang akan dilakukan oleh Inter Milan. Konate dipasang menemani Van Dijk di lini pertahanan selain faktor kebugaran.

Juga sebagai upaya untuk mengantisipasi longball Inter maupun umpan-umpan silang mereka. Terbukti Konate beberapa kali melakukan intersep yang brilian. 

Mo Salah dan Sadio Mane dijaga ketat. Ketika Salah mendapat bola, ada kurang lebih 3 pemain yang mengepungnya. Sedangkan Sadio Mane sulit untuk menusuk ke pertahanan Inter.

Diogo Jota yang sering turun ke tengah untuk menjemput bola selalu mengalami kebuntuan saat menusuk masuk ke pertahanan Inter. Ia sering gagal menembak juga gagal melakukan umpan.

Rapatnya pertahanan Inter dengan 3 bek dan solidnya pertahanan Liverpool membuat babak pertama berakhir imbang. 

Inter Milan gagal memanfaatkan garis pertahanan Liverpool yang tinggi melalui long ball dan serangan balik. Sedangkan Liverpool belum sanggup menembus kesolidan pertahanan Inter Milan. 

Di babak ke dua, tentunya masing-masing pelatih telah melakukan evaluasi dan melakukan perbaikan dan memanfaatkan kelemahan lawan masing-masing.

Babak ke dua, Diogo Jota digantikan Firmino dari awal. Jurgen melakukan ini untuk menambah tenaga fresh di lini serang Liverpool yang sering kehilangan bola sebagai akibat kokohnya pertahanan Inter. 

Firmino diharapkan mampu menguasai bola di lini pertahanan Inter sehingga bisa menciptakan peluang atau menciptakan gol.

Akan tetapi awal babak kedua menjadi waktu unjuk gigi bagi Inter Milan. Setelah sulit dengan long ballnya di babak pertama, Inter mulai menyerang dari sayap kiri dan kanan yang tidak nampak di babak pertama. 

Skema ini cukup efektif membuat Liverpool kerepotan. Liverpool mengalami tekanan di 15 menit awal babak kedua karena di serang dari segala sisi terutama sayap. 

Menyadari hal tersebut, Juergen Klopp melakukan pergantian tepat di menit 59. Tiga pemain diganti sekaligus. Luis Diaz mengganti Sadio Mane, Naby Keita mengganti Elliot dan Hendarson mengganti Fabinho. 

Pergantian ini berhasil menetralisir gempuran Inter. Hendarson sangat piawai dalam memainkan ritme dan tempo permainan serta mempertahankan penguasaan bola, apalagi menghadapi tim yang bermain dengan tempo lebih lambat. 

Kehadiran Luis Diaz di sayap kiri Liverpool memberikan keuntungan tersendiri bagi Liverpool. Ia mampu menusuk melewati pertahanan Inter yang solid. Kombinasinya dengan Robertson, Thiago dan Firmino benar-benar membuat pemain Inter harus berkonsentrasi di lini pertahanan mereka. Itulah yang juga menjadi salah satu faktor Inter mulai turun agresifitasnya. 

Meskipun demikian, belum ada gol tercipta hingga menit ke-75. Terjadi lagi bahwa gol itu tercipta dari tendangan sudut atau bola mati. Adalah Firmino melakukan sundulan menipu sehingga bola dibelokan ke sudut jauh dan tidak bisa dijangkau oleh penjaga gawang Inter. 

Delapam menit kemudian, gol kembali tercipta melalui kaki Moh Salah. Gol yang yang sulit dan hanya bisa dilakukan oleh pemain berkelas. 

Tendangan Mo Salah sebetulnya tidak begitu keras, melewati 3 lapis pemain Inter ditambah penjaga gawang yang hanya melongo tanpa reaksi menyaksikan bola masuk ke gawangnya. 

Gerak tubuh Mo Salah seolah akan menendang bola dengan keras, namun itu adalah seni kecerdikan seorang Moh Salah. Bola yang didapat ditendang menyusur tanah, menyelinap melewati celah kaki-kaki para pemain Inter untuk bersarang ke gawang Inter. Game Over. 

Menariknya, gol Moh Salah juga tercipta karena terjadi kemelut di dalam pertahanan Inter akibat bola mati yang dikirim Liverpool. Bisa disimpulkan bahwa gol pertama dan ke dua Liverpool semuanya berasal dari situasi bola mati. 

Gol dari bola mati ini manjadi kunci kemenagan Liverpool kala menghadapi tim yang pertahananya solid dan sulit dibobol melalui permainan open play. 

Itulah mengapa akhir-akhir ini, Liverpool selalu menang menghadapi permainan yang bertahan rapat setelah kalah dari Leicester City dan Imbang dengan Arsenal yang memiliki permainan bertahan kala menghadapi Liverpool. 

Sejauh ini, permainan bertahan merupakan anti Liverpool. Napoli, Atletico Madrid pernah merasakan kemenangan di Liga Champio atas Liverpool karena bermain bertahan. 

Namun perlahan-lahan Liverpool menemukan solusi untuk masalah ini. Jika bermain terbuka menghadapi Liverpool, maka sama saja dengan bunuh diri. 

Oleh karena itu, sangat menarik untuk melihat kiprah Liverpool di Liga Champion musim ini. Liverpool seakan sudah menemukan cara untuk melawan tim yang bermain terbuka maupun bertahan dan mengandalkan serangan balik. 

Jika menengok data statistik Liverpool melakukan 13 percobaan 2 on target sekaligus berbuah gol. Sedangkan Inter hanya 9 percobaan tanpa satupun tepat sasaran. 

Maknanya adalah pertahanan Liverpool sulit ditembus meskipun menerapkan high defence, sedangkan Liverpool sangat efektif dan klinis. Karena dua on target yang diciptakan berhasil menjadi 2 gol bagi Liverpool. Untuk menjadi juara, dibutuhkan karakter seperti ini dan itu dimiliki Liverpool.

Dengan kemenangan ini, beban Liverpool di leg kedua di Anfield semakin ringan. Tinggal bagaimana mempertahankan keunggulan 2-0 ini. 

Poin plusnya adalah Liverpool akan tampil di Anfield di hadapan para pendukung yang riuh. Anfield selalu menjadi energi extra bagi para pemain untuk menggilas siapa saja tim yang datang. 

Yang perlu dijaga oleh Liverpool adalah agar semua pemain fit dan siap untuk bertanding. Jika demikian maka Inter akan semakin sulit untuk menjegal Liverpool ke 8 besar musim ini. 

Salam bola.

YNWA.
Kostan D F Mataubenu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun