Pertama-tama, Saya ucapkan selamat merayakan Natal bagi saudara/i yang merayakan.Â
Setiap pribadi dan kelompok pasti memiliki tradisi dan kebiasaan tersendiri dalam merayakan Natal setiap tahun. Ada kenangan-kenangan yang mungkin masih tersimpan dalam memori oleh karena kesan-kesan indah di momen Natal. Hal ini karena Natal bukan hanya sekedar perayaan religi, tetapi juga menjadi ajang keluarga berkumpul dan berbagi kasih.Â
Jauh di dusunku yang kecil, pertama kalinya dalam hidupku di masa kecil ketika memori sudah bisa menyimpan data, Natal adalah salah satu momen indah yang layak untuk dikenang sebagai warna perjalanan hidup. Dusun yang sepi dari riuhnya kendaraan bermotor dan petasan serta ketiadaan listrik, di sanalah saya merayakan Natal pertama kali bersama alm. Ayah dan almh. Ibu serta saudara/i.Â
Kala itu, Natal adalah salah satu momen paling ramai dengan suasana yang begitu indah. Entah mengapa, tetapi rasanya momen Natal selalu dirindukan. Ada beberapa hal yang begitu berkesan yang mungkin tidak bisa diulang lagi di zaman ini.Â
Lilin Natal
Di dusun saya yang jauh dari keramaian kota, lilin adalah barang langka. Oleh karena itu, lilin yang dibakar di pohon Natal sangat menarik bagi anak kecil di zaman itu (kurang lebih tahun 1992 dan setelahnya). Jadi tidak heran kalau sehabis acara Natal, lilin-lilin yang tidak habis terbakar akan diperebutkan oleh anak-anak kecil termasuk saya di zaman itu. Dapat 1 batang saja, senangnya luar biasa. Lalu buat apa lilin itu? Ya ... untuk dibakar lagi pada waktu malam berikutnya. Karena saat itu, belum ada listrik yang masuk di dusun.Â
Tapi jika lilin Natal tidak didapatkan dari Kota (Kota Kupang), maka jemaat akan membuatnya sendiri dari sarang lebah yang masih muda, dililitkan pada sehelai benang kemudian dijadikan sebagai lilin Natal. Cukup dipasang di pohon Natal saja karena jumlah yang terbatas.Â
Kembang Api
Kalau lilin saja menjadi barang langka, apalagi kembang api. Kembang api menjadi sesuatu yang begitu menarik bagi anak-anak pada perayaan Natal. Percikan kembang api saat dibakar menjadi perhatian bagi anak-anak karena menjadi sebuah tontonan yang sangat menyenangkan. Sama seperti lilin, sisa-sisa kembang api juga diperebutkan anak-anak dusun sehabis Natal. Betapa beruntungnya dia yang berhasil mendapatkan sisa kembang api.Â
Drama Natal
Salah satu hal menarik adalah drama Natal. Maklum di dusun belum ada TV yang menjadi sumber hiburan. Jika ada drama Natal di Gereja, maka momen itu sangat dinanti-nantikan. Bahkan alur drama akan menjadi semacam trending topik di kalangan anak-anak satu bulan setelah drama tersebut dilakonkan. Saya saja masih mengingat kisah drama 20an tahun yang lalu beserta para pemerannya. Keren kan. .. .Â
Kunang-kunang
Salah satu hal unik di dusun saya adalah serangga bercahaya, kunang-kunang yang sering muncul bergerombolan di malam Natal atau disekitar Natal. Gerombolan kunang-kunang ini hinggap di pohon sekitar rumah di malam hari yang gelap. Kita seakan menyaksikan pohon-pohon Natal raksasa di malam hari dengan lampu alami dari ribuan kunang-kunang yang hinggap pada pohon-pohon tersebut. Kunang-kunang turut memeriahkan Natal di dusun kala itu dan sangat saya rindukan.Â
Baju Natal
Menjelang Natal, Ibu akan selalu berupaya membelikan sehelai baju entah kaos atau kemeja sebagai kado Natal. Ini adalah hal yang sangat menyenangkan, karena baju yang saya miliki mungkin tidak sampai 5 buah. Itu sudah termasuk pakaian rumah dan pakaian bepergian. Sepatu? Tidak ada selain sepatu sekolah. Punya sendal jepit sudah luar biasa dan bisa dianggap orang kaya😅.
Vocal group
Terkadang di malam Natal, ada anak-anak muda tertentu yang pulang dari rantau dan mahir bermain gitar, menyanyi dengan gitar pada ibadah Natal. Bukan main senangnya menyaksikan alunan gitar sambil mengidolakan sang pemain gitar itu. Ya. . . Itu salah satu hal yang mengisi memori saya tentang Natal di dusun.Â
Cerdas Cermat Alkitab
Natal di dusun saat itu selalu disertai dengan lomba yang disebut cerdas cermat Alkitab. Saya selalu terlibat dalam lomba tersebut dan sering mendapat juara. Tentunya ada hadiah yang diberikan. Siapa yang tidak senang kalau diberikan hadiah?😅
Terjang Banjir dan Jalan Rusak
Ketika usia sekolah, di dusun baru ada SD dan SMP yang baru dibuka tahun 1997. Jadi untuk sekolah SMA, harus ke kota Kupang yang jaraknya kurang lebih 120 km. Jalan belum diaspal dan melalui puluhan sungai, sehingga perjalanan membutuhkan waktu 7-8 jam jika kendaraan tidak rusak. Kalau rusak atau di musin hujan, bisa berhari-hari lama perjalanannya. Nah, yang sulit itu saat Natal tiba. Saya selalu merindukan perayaan Natal bersama keluarga di dusun kecil. Tantangannya adalah harus menerjang lumpur dan banjir untuk pergi dan pulang lagi karena musim hujan saat Natal tiba. Begitu kondisinya setiap kali Natal ketika saya di bangku SMA dan kuliah, di mana Natal di dusun sangat menyenangkan, namun ada harga perjalanan yang harus dibayar lunas.
Itulah kenangan Natal di dusun kecilku, Desa Manubelon, Kecamatan Amfoang Barat Daya, Kabupaten Kupang NTT.
Saat ini saya sudah bekerja di kota yang lain dan sudah berkeluarga. Ayah dan ibu sudah tiada. Dusun kecil itu sudah berubah dari zaman kecil saya. Sudah ada aspal, sudah ada listrik, sudah ada sinyal seluler, sudah ada SMA, dll. Namun kenangan Natal itu tidak akan pernah terhapus dari memori, dan tidak akan pernah terulang lagi. Saya juga tidak tahu kunang-kunang Natal itu, apakah masih ada atau sudah tidak muncul lagi.
Sekali Lagi, Selamat Natal tahun 2021.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H