Pandemi membawa krisis tak terperi, seni pertunjukan dibuat ketar-ketir rasa ingin menyerah tanpa perlawanan berarti. Covid19 menjadi tantangan baru bagi pelaku seni pertunjukan untuk berfikir keras tanpa menyerah begitu saja dengan panggung virtual.
Diperiode awal pandemi, optimisme dibangun dengan gagah dan percaya diri. Kenyataannya, kita tak berdaya kita terpaksa berdamai dan sepakat untuk sementara menjadikan wabah ini semacam jeda bagi pegiat seni pertunjukan untuk refleksi, dan belajar banyak hal.
Tak dinyana jedanya terlalu panjang seni pertunjukan kian terpuruk bahkan sulit dipastikan apakah akan kembali bangkit.
Panggung semakin terabaikan semua tergiur dengan kompetisi daring, semua beramai-ramai menjadi aktor di berbagai platform digital. Bisa dimengerti bahwa ini salah satu upaya yang baik untuk menjaga bara agar tidak padam, ternyata seniman kita lebih cepat beradaptasi dengan dunia virtual, good job.Â
Sebelum pandemi kita bisa lihat pertunjukan tari, music, teater, masih kesulitan untuk menandingi budaya popular, tetapi di zaman serba digital ini upaya mengenalkan seni di platform digital semakin aktif ya bun
Menonton "Wonderland Indonesia" karya Alffy Rev di platform youtube, saya pun ikut takjub. Musisi ini mampu mengawinkan teknologi dan seni budaya dengan sangat epic, hingga tranding di media sosial.Â
Pertanyaannya kemudian apakah kita akan terus menyaksikan pertunjukan-pertunjukan hebat sembari rebahan? Tidak dong.. jangan lah.. Kita masih rindu pergi menonton pertunjukan dengan kesadaran dan penuh harapan bahwa kita akan menjumpai, mendengar, melihat hal-hal yang tidak biasa secara nyata bukan maya.
Sementara ini mungkin kita asik-asik saja menyaksikan pertunjukan digital.. eh ekonomi digital lebih tepatnya. Kalau boleh nyinyir ni ya.. para operator platform daring memiliki kepentingan untuk mengatur semua interaksi manusia secara digital, interaksi-interaksi ini dapat diubah menjadi sumber keuntungan. Lah bagus dong.. kayaknya enggak bagus-bagus amat.. kalau semua di digitalisasi gimana seni pertunjukan kita bos.
Kita tentu saja bersyukur telah mengenal teknologi sedasyat ini. Dulunya kita katrok hingga sekarang mengenal teknologi dengan cukup baik, itu semua dimaksudkan untuk mempermudah aktifitas manusia. Tapi tidak perlu sampai nonton teater lewat zoom juga kan mentang-mentang WFH kita perlu atmosfer, interaksi, yang nyata.
Pemerintah menginisiasi work from home salah satunya agar tetap kreatif tanpa kerumunan. Haisss.. pergeseran tren bekerja dari kantor ke rumah (WFH) bagi para pekerja kreatif ini sesuatu yang biasa-biasa saja, karena memang selama ini mereka tidak terikat pada ruang kerja bernama "kantor" dan ini tidak serta merta membawa keuntungan.
Bisa jadi justru menambah beban kerja di rumah semisal, membengkaknya tagihan listrik dan air, gawai jadi mudah rusak karena penggunaan terus menerus belum lagi gangguan jaringan, malah lebih efisien di luar kan. Teknologi harusnya mencerahkan bukan menyesatkan maka berdayakan saja sesuai kegunaan
Soal kerumunan bisa dikondisikan, seniman kita tentu mengerti dan tau harus bagaimana memperlakukan penonton agar tetap aman dari covid19. Seni pertunjukan itu kebutuhan, seniman dengan sendirinya akan mengembangkan suatu strategi untuk pemuasan kebutuhan artistiknya masing-masing. Lagi pula larangan kerumunan juga sudah mulai longgar setidaknya di beberapa daerah.Â
Pemerintah juga udah capek kan? Ini waktunya seni pertunjukan kembali dibebaskan juga berlaku bagi penonton yang datang bukan penonton zoom.
Kita kan mahluk sosial bukan digital kenapa justru menjadi tidak bersosial. Penonton adalah bagian dari pertunjukan yang kehadirannya mutlak ada, jika berkerumun menjadi hal yang tidak terpuji habislah kita seni pertunjukan berada di ambang.
Kita harus segera siuman kembali kepanggung nyata sebelum kita tenggelam jauh di dunia maya. Pengalaman menonton secara langsung dengan melihat dan merasakannya itu jauh lebih berjejak tidak bisa di tawar.Â
Tentulah ini penting untuk masyarakat umum, yang mungkin memang belum pernah tahu bahwa banyak pertunjukan seni dengan nilai-nilai luhur telah memberi manfaat dan pengaruh bagi kehidupan manusia. Tidak sedikit pula berbentuk hiburan, berwujud tontonan, yang mengandung tuntunan.
Seni itu membantu menemukan identitas ketika menemukannya kita akan bangga dan cinta kalau sudah cinta selesai perkara apapun pasti bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H