Mohon tunggu...
Rahmad Budiyanto
Rahmad Budiyanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Selalu ingin menjadi manfaat untuk orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mental "Suka-suka Gue"

30 Oktober 2015   08:31 Diperbarui: 30 Oktober 2015   08:40 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi

Pagi ini, kebetulan rumah saya berada tepat didepan Sekolah Dasar Negeri yang berlokasi di wilayah Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Setiap hari jumat, anak-anak SD tersebut melakukan senam kesegaran jasmani. Ada beberapa hal yang menarik perhatian saya, pertama seragam yang dipakai. Seragam yang digunakan bermacam-macam, ada yang menggunakan kaos olah raga, ada yang masih mengganakan seragam pramuka yang notabene bukan untuk berolah raga. Kedua, gerakan senam yang dilakukan oleh para siswa tidka dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan terkesan seenaknya sendiri. Dari dua hal tersebut, saya menarik sebuah benang merah, inilah awal mula mental “suka-suka gue” muncul.

Dengan latar belakang sekolah dasara yang ada di desa dan ekonomi orang tua siswa yang menengah kebawah, menjadi penyebab tidak seragamnya pakaian senam mereka. Untuk melakukan pengadaan seragam baru, tentunya pihak sekolah harus berfikir ulang. Meskipun demikan, pihak sekolah tidak boleh kehabisan cara untuk mengajarkan kedisiplinan kepada siswanya. Misalnya, mengharuskan kegiatan olah raga menggunakan kaos, meskipun bukan seragam sekolah. Dari situ, anak-anak akan terbiasa melakukan sesuatu atau aktifitas dengan sarana yang benar.

Selain itu, gerakan yang dilakukan para siswa yang terkesan seenaknya sendiri bahkan jauh dari kesan sungguh-sungguh. Seharusnya guru-guru yang sedang mengawasi aktifitas tersebut mengarahkan siswanya agar melakukan gerakan senam dengan sepenuh hati. Dengan membiarkan gerakan yang seenaknya sendiri tersebut, secara tidak langsung membentuk karakter siswa untuk melakukan sesuatu semau mereka sendiri.

Peran para pendidik disini sangatlah penting dalam membentuk karakter dasar. Mulai dari hal-hal kecil yang jarang diperhatikan orang. Kedua fenomena dalam satu peristiwa tersebut merupakan cermin pendidikan dasar di Indonesia. Tenaga pendidik hanya terlalu focus dengan target-target mayor sehingga mengabaikan hal-hal minor yang sebenarnya adalah esesnsial dalam pendidikan karakter bangsa.

Pendidikan karakter bangsa dimulai sejak awal. Dimulai dari pedidikan keluarga dan pendidikan dasar. Kolaborasi kedua lingkungan tersebut sangat menentukan pembentukan karakter bangsa. Keluarga dan sekolah dasar seharusnya memperhatikan setiap aktifitas yang dilakukan anak-anak didiknya. Tidak hanya sebatas dalam kegiatan formal belajar mengajar, tetapi diluar jam belajar mengajar juga harus diperhatikan, misalnya seperti contoh aktifitas diatas.

Mental “suka-suka gue” akan mempunyai dampak yang besar dalam pembangunan bangsa. Contoh seseorang yang mempunyai mental semau gue antara lain : Bekerja seenaknya sendiri tetapi menuntut upah besar, Menjadi pengusaha yang manja yang selalu menyalahkan factor eksternal dalam mengahdapai problem usahanya, pemimpin-pemimpin korup yang mengabaikan kepentingan rakyat, Mengumbar aib orang lain dan menyebarkan ke media social tanpa memperhatikan etika dalam berkomuniasi, dll. Apabila mental tersebut bisa dikikis sejak dini, akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang mempunyai produkfitas kerja tinggi, pemimpin-pemimpin bangsa yang amanah, enterprenur muda yang mandiri dan tangguh, serta bangsa yang mempunya daya saing tinggi dalam kompetisi global. Itulah yang menjadi harapan kita semua untuk membuat Indonesia menjadi negeri yang makmur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun