Mohon tunggu...
Korry Nababan
Korry Nababan Mohon Tunggu... Lainnya - Sebagai Pegawai di Satu Instansi di Jakarta

Sebagai alumni UNPAD dan UI saya senang melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan kapabilitas dengan mengikuti kegiatan yang positif. Selain menyukai hal-hal yang bersifat politik, saya juga senang menyalurkan hobby bernyanyi .....isu-isu sosial dan internasional juga menjadi hal yang menarik perhatian saya.....dan saat ini saya masih belajar untuk menulis dan menyampaikan uneq-uneq yang ada di pikiran saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bonus Demografi dan Kaitannya bagi Pertumbuhan Perekonomian Indonesia

19 Juni 2024   16:00 Diperbarui: 19 Juni 2024   16:02 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bonus Demografi dan Hubungannya dengan Pertumbuhan Perekonomian Indonesia

 Menurut para peneliti yang dikutip dari Pidato Pengukuhan Prof Sri Moertiningsih Adioetomo, SE, MA, PhD, sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ekonomi Kependudukan FEUI, 2005, beliau seorang ahli dalam bidang demografi yang juga merupakan dosen penulis saat menuntut ilmu di UI menyatakan bahwa Bonus Demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya rasio ketergantungan sebagai hasil proses penurunan fertilitas jangka panjang. Dengan bahasa yang sederhana dapat dikatakan bahwa Bonus Demografi merupakan suatu kondisi dimana struktur penduduk usia kerja (usia produktif) lebih besar dari penduduk usia anak dan lansia (usia non produktif).

Bonus Demografi dapat dilihat dari parameter Depedency Ratio yang cukup rendah yaitu mencapai 44 yang artinya bahwa dalam setiap 100 penduduk usia produktif (15 - 64 tahun) hanya menanggung sekitar 44 penduduk usia tidak produktif ( 15 tahun dan 65 tahun)

Badan Pusat Statistik mengkategorikan penduduk usia produktif masuk dalam rentang usia 15 - 64 tahun, usia non produktif terbagi dalam dua kelompok yaitu usia anak yang masuk dalam rentang usia 15 tahun dan lansia dengan usia 65 tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 2022 menurut BPS  sekitar 275,77 juta jiwa dengan komposisi usia produktif adalah  69,25 persen dan usia non produktif  30,75 persen. Dari data tersebut dapat dikatakan saat ini Indonesia mengalami Bonus Demografi.

 Dari hasil analisis profil Penduduk Indonesia yang dilakukan oleh BPS dikatakan bahwa Indonesia mengalami Bonus Demografi Sejak tahun 2012 hingga tahun 2035 dan diperkirakan akan mengalami periode puncak Bonus Demografi antara tahun 2020-2030, dimana periode puncak ini ditunjukkan dengan jumlah penduduk usia produktif yang akan mencapai dua kali lipat dari jumlah penduduk usia anak dan lanjut usia inilah yang disebut window of opportunity.

Lalu bagaimana kaitan antara Bonus Demografi dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara?. Namun sebelum sampai pada point tersebut, dapat digambarkan dibawah ini, negara mana saja menurut United Nations Population Division (UNPD) yang mengalami bonus demografi sebagaimana terlampir dalam tabel di bawah ini:

                                                              Tabel Total Denpedency Ratio  (Age   15  & 65)

                                                                                                     Age 15  - 64

Sumber:UN, DESA, Population Division, 2022

Negara

Total Dependency Ratio (Age   15  & 65)

                                          Age 15  - 64

2020

2030

2040

2050

2060

Andorra

38

45

69

88

94

Anguilla

38

40

52

65

84

Antiqua & Barbuda

41

47

57

63

72

Azerbaijan

45

43

47

52

60

Bahamas

40

42

50

54

58

Bahrain

30

31

35

48

53

Belize

51

46

44

47

53

Bhutan

43

34

36

44

58

Bonaire

44

51

57

64

71

Brazil

43

45

49

58

66

British Virgin Island

33

35

47

59

62

Brunei Darussalam

38

41

48

58

64

Cabo Verde

48

44

45

49

60

Cayman Islands

32

36

45

62

76

Chile

44

50

57

64

78

China

44

47

59

68

85

China Hongkong

44

62

74

94

110

China Macao

34

50

57

66

86

China Taiwan

38

52

68

85

95

Colombia

44

47

50

56

68

Costa Rika

45

46

51

60

72

Cuba

46

53

68

72

79

Cyprus

43

48

53

64

84

DPRK /Korea Utara

42

50

58

59

65

Dominica

41

44

50

51

62

Falkland Islands (Malvinas)

40

48

64

79

84

French Polynesia

45

48

57

67

74

Greenland

42

55

57

56

64

Negara

Total Dependency Ratio (Age   15  & 65)

                                          Age 15  - 64

2020

2030

2040

2050

2060

India

49

46

47

48

55

Indonesia

47

46

48

53

54

Iran

43

41

42

60

75

Jamaica

48

48

49

50

70

Jersey

44

50

59

63

70

Kosovo

48

43

54

59

65

Kuwait

32

34

53

94

86

Lybia

52

44

48

55

54

Luxembourg

44

50

58

65

74

Malaysia

43

44

45

50

61

Maldives

36

38

38

58

94

Malta

47

53

56

70

100

Mauritius

40

47

53

59

66

Mexico

50

48

50

54

52

Monserrat

44

53

70

66

64

Myanmar

46

46

47

48

52

New Caledonia

49

52

58

64

68

North Macedonia

44

48

54

64

77

Northern Mariana Islands

44

58

80

68

58

Oman

39

37

33

44

56

Palau

43

52

56

56

53

Qatar

20

19

24

37

43

Republik of Korea

38

50

74

90

105

Saint Barthelemy

30

40

58

77

108

Saint Kitts and Nevis

41

45

48

53

60

Saint Lucia

38

40

45

52

65

Saint Vincent and The Grenadines

49

48

53

57

62

Saudi Arabia

38

38

47

62

68

Negara

Total Dependency Ratio (Age   15  & 65)

                                          Age 15  - 64

2020

2030

2040

2050

2060

Seychelles

43

49

53

63

69

Singapore

33

51

65

78

90

Sint Maarten

28

50

100

70

38

Syrian Arabic

65

45

54

47

45

Thailand

43

52

65

76

85

Trinidad and Tobago

43

47

51

63

73

Turkiye

47

48

52

60

68

Turk and Caicos Islands

35

43

53

63

68

United Arab Emirates

20

20

22

35

43

Vietnam

44

48

51

58

67

Western Sahara

43

41

42

47

52

South America

47

48

51

57

64

Central America

52

48

49

54

59

South Eastern Asia

48

49

51

54

57

Southern Asia

52

47

47

50

55

Eastern Asia

46

48

60

72

85

Asia

48

47

53

57

63

Southern Africa

54

50

47

48

52

Upper Middle Income Country

47

48

55

64

73

Latin America and The Caribean

48

47

51

56

62

Eastern & Southeast Asia

47

48

58

66

74

Central & Southern Asia

52

47

47

50

60

Bonus Demografi  Negara ASEAN dan Korea Selatan 

Dari Tabel di atas, data menunjukkan bahwa untuk negara di ASEAN yang saat ini mengalami bonus demografi antara lain: Brunei Darussalam, Indonesia, Singapore, Thailand dan Vietnam.

Brunei Darussalam masih menikmati bonus demografi hingga 2035, dan setelahnya  akan terjadi pergeseran kepada peningkatan usia tua dimana umur lansia akan semakin meningkat. Hal ini terlihat pada 2040 denpendency rationya sekitar 48.

Singapore mengalami bonus demografi sejak 1980 hingga 2020, selama empat dekade Singapore telah memaksimalkan bonus demografi yang dimilikinya melalui kebijakan yang tepat berupa investasi yang besar dalam sistem pendidikan dan pelatihan ketrampilan sehingga terbentuk masyarakat produktif dan adaptif, pembangunan infrastruktur, mendorong transisi menuju ekonomi yang berbasis pengetahuan dengan penekanan pada riset dan pengembangan, tekhnologi dan juga regulasi yang pro bisnis. Singapore berhasil melakukan kebijakan diversifikasi ekonomi dengan secara aktif menarik investasi, mengembangkan sektor finansial dan jasa keuangan.

Menurut Asian Produktivity Outlook 2023, Singapore merupakan negara dengan produktitas pekerjanya yang tertinggi dari 21 negara anggota APO, nomor kedua diduduki Hongkong, ketiga adalah China dan Indonesia pada posisi ketiga belas. Keberhasilan Singapore dalam memaksimalkan bonus demografi yang dialami dalam empat dekade telah menghantarkan Singapore menjadi negara maju.

Sejak pertengahan tahun 1990 hingga pertengahan 2020, Thailand mengalami bonus demografi dan akan berakhir sekitaran akhir tahun 2030, dimana setelah itu Thailand akan mengalami pergeseran pada peningkatan lansia. Menurut  APO Outlook 2023, produktivitas tenaga kerja Thailand menduduki posisi ke 9, mengalahkan Indonesia yang berada di posisi 13. Meskipun menduduki posisi ke 9 dalam tingkat produktivitas pekerjanya, Thailang belum dapat memanfaatkan bonus demografi yang dimilikinya hampir 3 dekade secara maksimal.

Sekitaran 2008 hingga saat ini Viet Nam sudah mengalami bonus demografi dan setelah 2030 akan terjadi pergeseran pada peningkatan usia lansia pada struktur kependudukan di Viet Nam.

Korea Selatan termasuk negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi yang dimilikinya secara optimal hingga menjadi negara maju. Korea Selatan mengalami bonus demografi sejak sekitaran tahun 1990 hingga saat ini. Data dari UNPD (United Nation Population Division)  menunjukkan pada sekitaran awal 2025 akan terjadi pergeseran pada peningkatan usia lansia penduduk Korea Selatan.

Pemerintah Korea Selatan berhasil melakukan pengembangan modal intelektual melalui kebijakan pengembangan Human Capital melalui pendidikan. Selain membangun sekolah - sekolah kejuruan yang menjawab kebutuhan dunia usaha, komitmen Korea Selatan untuk mencapai kemajuan melalui sektor pendidikan dimanifestasikan oleh Pemerintah Korea dengan mengirimkan pelajar ke berbagai negara maju. Pengembangan tekhnologi di Korea Selatan berhasil karena keberhasilan kebijakan  investasi pada pengembangan intelektual capital sehingga Korea Selatan memiliki brand tekhnologi seperti Samsung yang bisa bersaing dengan tekhnologi dari Amerika dan Jepang.

Selain itu Pemerintah Korea berhasil mendorong pengembangan industri kreatif di negaranya dan didukung oleh etos kerja masyarakat Korea Selatan yang berkualitas. APO Outlook 2023 melaporkan produktivitas pekerja Korea Selatan menduduki posisi ke 6 dari 21 anggota negara APO. Sektor jasa Korea Selatan mengalami pertumbuhan produktivitas antara tahun 2000 dan 2020 lebih dari 1,65 persen per tahun yaitu dari USD 46.222 pada tahun 2000 menjadi USD 66.735 pada 2020. Sumbangan perdagangan jasa Korea Selatan terhadap GDP nya pada 2020 sebesar 12 persen, dengan ekspor jasanya sebesar 5 persen dan import jasa sebesar 14,7 persen.

Korea Selatan mengalami perubahan besar dalam struktur industri, yang lebih fokus pada manufaktur berteknologi tinggi. Negara ini telah meningkatkan partisipasi GVC nya melalu produk-produk manufaktur yang lebih spesialisasi dengan sentuhan tekhnologi tinggi. Diantara sektor jasa, Korea Selatan memiliki daya saing internasional yang moderat di bidang transportasi udara, hotel dan restoran. Dari tahun 2010 - 2019 Korea Selatan telah melakukan reformasi regulasi berupa penghapusan peraturan perdagangan yang menghambat aktivitas perdagangan.

Upaya Pemanfaatan Bonus Demografi di Indonesia

Indonesia mengalami bonus demografi di mulai sekitaran tahun 2012 hingga tahun 2035, dan setelah juga akan terjadi Shifting pada komposisi penduduk dimana akan terjadinya peningkatan usia tua. 

Bonus demografi yang dialami Indonesia sejak 2012 dan mencapai puncaknya pada 2020 - 2035 perlu didukung oleh kebijakan yang tepat agar bonus demografi itu tidak sia-sia bahkan mungkin akan menjadi bumerang bagi Indonesia bila Pemerintah tidak tepat dalam membuat kebijakan. Kebijakan yang tepat perlu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai posisi sebagai negara maju di tahun 2045 yang hanya tinggal 22 tahun lagi.

Upaya yang dapat dilakukan agar bonus demografi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, antara lain:

Penyediakan akses pendidikan yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat tidak hanya di perkotaan tapi juga hingga ke pelosok desa terpencil di seluruh Indonesia. Kebijakan politik anggaran harus berpihak pada pencapaian kualitas SDM yang unggul. Agar penggunaan anggaran pendidikan yang saat ini sebesar 20 % dari APBN  dapat disalurkan pada porsi yang tepat guna peningkatan kualitas intelektual anak bangsa, maka penyusunan program pendidikan dan pelatihan yang tepat sasaran serta didukung oleh sistem pengawasan atas penggunaan anggaran pendidikan ini harus diperketat dengan perlunya adanya tools sistem pelaporan oleh masyarakat kepada Pemerintah dan perlindungan kepada si pelapor.

Akses pendidikan yang berkualitas dan terjangkau, dan tidak dikomersialkan harus menjadi perhatian Pemerintah. Pendidikan dan pelatihan seyogjanya harus menjawab kebutuhan pasar kerja ke depan dimana tekhnologi adalah unsur yang penting dalam ekonomi masa depan. Data Asian Produktivity Organization (APO) Outlook 2023 menyebutkan bahwa dalam era perkembangan tekhnologi yang sangat masif ini, perkembangan sektor jasa non  material akan semakin meningkat. Dukungan Pemerintah untuk dapat memberikan iklim yang kondusif untuk sektor ini perlu dilakukan. Generasi yang nantinya mendominasi angkatan kerja adalah sebagian dari generasi X (1965 - 1980), Generasi Y (1981 - 1995), Generasi Z (1996 - 2010) dan Generasi Alpha (2011 - sekarang) adalah generasi yang akrab dengan tekhnologi sehingga formula pendidikan dan atau pelatihan yang ada harus menjawab semua kebutuhan tersebut.

Pendidikan dan atau pelatihan yang berkualitas akan tercapai bila salah satu variabel penentunya yaitu tenaga pengajar dan atau instruktur yang melek tekhnologi dan berkualitas tersedia. Pengawasan yang intensif agar cara-cara untuk mendapat sertifikat kompetensi oleh Guru dan atau tenaga pengajar/instruktur dapat dilakukan dengan tidak ada manipulasi. Hal ini agar nantinya tersedianya angkatan kerja yang berkualitas sebagai output dari kebijakan pendidikan yang tepat tercapai.

Dengan bonus demografi akan lebih banyak pekerja yang berpartisipasi dalam produksi dan konsumsi. Untuk itu, penyediaan lapangan kerja dan atau menumbuhkan enterepneur baru yang berbasis tekhnologi perlu menjadi fokus Pemerintah. Maka segala upaya penyediaan lapangan kerja yang masif diperlukan guna menyerap surplusnya tenaga kerja yang ada. Penyediaan lapangan untuk menyerap angkatan kerja yang besar memerlukan investasi baik dari luar maupun dalam negeri. Perlu membangun iklim investasi yang kondusif guna menarik investasi asing dan mempertahankan investasi yang sudah ada agar jangan lari dari Indonesia. Penerapan hukum yang tegas dan konsisten terutama untuk para koruptor karena salah satu yang menjadi perhatian investor adalah adanya kepastian hukum. 

Selain itu, guna mendorong tumbuhnya investasi tersebut diperlukan kebijakan yang kondusif lainnya seperti  kebijakan pajak dan insentif bagi pelaku usaha khususnya untuk sektor-sektor yang dapat menyerap tenaga kerja secara besar-besaran. Perlu juga adanya kebijakan pemberian kredit kepada para pelaku usaha, sehingga akan muncul enterepneur baru khususnya dari generasi X,Y.Z dan Alpha.

Bonus demografi akan menghasilkan peningkatan partisipasi perempuan di pasar kerja. Untuk itu, Pemerintah perlu memfasilitasi angkatan kerja ini melalui kebijakan jadwal kerja yang fleksibel, adanya fasilitas pendukung seperti penitipan anak agar perempuan bisa bekerja dengan produktif. Perlu adanya pelatihan untuk mendorong kemandirian ekonomi para perempuan, seperti pelatihan kewirausahaan serta perlu kebijakan dukungan finansial. Bila perempuan aktif secara ekonomi, maka penghasilannya dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan keluarga ataupun di simpan (Saving) pada institusi perbankan sehingga dapat dikelola menjadi ekonomi yang produktif yang pada gilirannya tentu akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian.

Saat ini Indonesia telah melakukan pembangunan infrastruktur yang masif seperti jalan, pelabuhan bandara, dll guna meningkatkan konektivitas dan daya saing negara. Namun perlu kebijakan untuk mendorong adopsi tekhnologi informasi dan komunikasi dalam upaya peningkatan efisiensi diberbagai sektor ekonomi.

Berkaca pada keberhasilan Korea Selatan dalam menumbuhkan industri kreatifnya, Pemerintah Indonesia perlu mendukung tumbuhnya industri kreatif di Indonesia melalui dukungan finansial, infrastruktur dan promosi internasional. Disamping itu, perlu didorong adanya riset dan inovasi untuk menciptakan produk dan layanan nilai tambah yang dapat meningkatkan daya saing ekonomi. Untuk itu, perlu juga dilakukan kolaborasi Internasional melalui upaya membangun kemitraan internasional guna pertukaran pengetahuan, tekhnologi, pengalaman yang dapat mendukung pembangunan ekonomi.

Dalam APO Outlook 2023 menyebutkan kebutuhan ekonomi global saat ini telah shifting dari yang semula berpijak pada primary demand (pertanian dan perikan) ke secondary demand (pertambangan dan manufaktur) kepada demand ekonomi tersier yaitu tertieri industry  yang meliputi jasa non material. Sehingga keterlibatan Indonesia dalam Global Value Chain (GVC) merupakan suatu keharusan, karena akan meningkatkan produktivitas Indonesia. Untuk itu, pengembangan sektor jasa harus menjadi perhatian Pemerintah. Upaya untuk menyiapkan Human Capital yang dapat bersaing pada pasar kerja di sektor jasa, penyediaan financial capital dan infrastruktur lainnya untuk pengembangan sektor jasa di Indonesia juga dukungan kebijakan yang kondusif harus dilakukan.

Pada tahun 2020, kontribusi perdagangan jasa Indonesia terhadap PDB hanya sebesar 3,9 persen, dengan ekspor jasa sebesar 2,5 persen dan impor jasa sebesar 7 persen. Partisipasi GVC Indonesia dalam ASEAN  masih di bawah Thailand. Sementara partisipasi Singapura dalam GVC di ASEAN adalah yang tertinggi yaitu di atas 61 persen. Untuk itu, perlu investasi pada training dan re-skilling yang matching dengan industri yang mendukung Global Value Chain, namun perlu juga perbaikan dalam hal kebijakan investasi yang kondusif, perbaikan sarana dan prasarana logistik, pengembangan implementasi TIK (tekhnologi Informasi Komunikasi) yang mendorong perdagangan.

Penyediaan layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas untuk menjaga produktivitas masyarakat juga tidak boleh lepas dari perhatian Pemerintah. Sejalan dengan itu perlu juga digalakkan program Keluarga Berencana yang berkelanjutan untuk mengelola pertumbuhan penduduk secara optimal.

Setelah 2035, komposisi struktur penduduk Indonesia mengalami pergeseran pada peningkatan lansia. Kondisi ini harus menjadi perhatian Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, agar dapat membuat kebijakan yang mengakomodir masyarakat lansia tetap sejahtera. Karena para lansia yang saat ini masih masuk kategori usia produktif dan memiliki karier maka perlu dipikirkan keberlanjutan karier para lansia, kebijakan pensiun, penyesuaian kebutuhan pelatihan untuk para lansia dan juga penyediaan anggaran yang dapat mengakomodir kebutuhan para lansia nantinya seperti untuk penyediaan rumah jompo, kesehatan dll.

Daftar Referensi

 

Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo, SE,MA,PhD, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Bidang Ekonomi, FEUI,2005

Jurnal Manajemen Akuntansi (JUMSI), Vol.3 Nomor. 3, Mei 2023

https://www.mpr.go.id/berita/Ketua-MPR-RI-Bamsoet-Berikan-Kuliah-Umum-Tentang-Tantangan-Masa-Depan-Umat-Manusia-di-Yeungnam-University,-Korea

https://population.un.org/wpp/Graphs/Probabilistic/PopPerc/15-49/360

https://www.liputan6.com/global/read/5469296/sandiaga-uno-dorong-kolaborasi-ekonomi-kreatif-dengan-korea-selatan-untuk-capai-indonesia-emas-2045

https://img.lab45.id/files/event_file/41/9284Slide-Presentasi-Dr-Christina-Ruth-Elisabeth.pdf

https://www.apo-tokyo.org/publications/apo-productivity-outlook-2023

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun