Titik pagi menapaki hari
Engkau pergi tanpa sekalipun mengabari
Sejenak memberi tangis tiada terperi
Untuk kaum yang selalu patah hati
The god father mereka memanggilmu
Hanya orang biasa selalu ucapmu
Banyak yang terkesan oleh lirikmu
Seakan mengobati hati yang terluka akibat sesuatu
Sekarang semua diam tergugu
Mencari jawab dalam kepergian
Mengapa ini seakan cepat terjadi tanpa ragu
Engkau pergi .. benar benar pergi tanpa kembali
Hei...hei.. jangan menangis terlalu lama pesanmu
Boleh bersedih asal seperlunya
Siapa yang tahu sedih mendera
Melihat maestro tidak ada bersuara
Kabar kilat bukan tempo yang cepat
Lidah tercekat tak mampu bersuara
Semua seakan gelap pekat
Bergelayut tanpa harap dan secercah asa
Pergi..pergilah dalam damaimu maestro
Biarkan kami mengenang semua dalam nanar arti melodi yang kau titipkan
Dalam secarik kata seuntai lagu
Menikmati dalam diam sunyi makna mu
Biar.. biarlah ambyar ini kunikmati sendiri
Seperti lagu yang banyak memiliki arti
Semua pesan seakan tak berarti
Ambyar hati mewakili kepergian maestro sejati...
Selamat jalan ucapku untuk terakhir kalinya
Suka tidak suka engkau tak kan pernah bisa kembali
Tak mungkin berbalik menapaki jalan serupa
Masing masing memiliki takdir yang berbeda.
Semoga kau tenang disisiNya
Tertawa bersama melihat kegundahan hati dari sana
Melihat kami disini tergugu tanpa rupa derita
Demi sebuah melodi yang tidak terucap
Tutup cerita manis ini maestro
Menjadi sebuah kisah yang bukan solo
Tapi tersohor sampai ke penjuru antero
Demi sebuah cerita dari melodi baru yang tetinggal menjadi sebuah kenangan
Manis menjadi kisah yang tiada tertawan dan juga berkawan
Ya.. selamat jalan maestor... kisahmu abadi
Ambyar mu akan selalu abadi
Menjadi sebuah cerita sejati
Tuntunan sebuah melodi
^^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H