Memang sich untuk pelayanan kesehatan bahasanya masih abu-abu, penyelamatan pasien dan pencegahan kecacatan hanya dokter dan para medis yang mengetahui tindakan yang dilakukan tanpa ada pihak dari pasien yang mendampingi (sebab kalau pihak pasien dampingi bukannya tenang tapi malah bikin situasi makin kacau, biasanya).
Tapi percaya 100 persen kepada para medis (mustahil), tidak dipungkiri juga tetap ada oknum yang nakal. Yang mengabaikan sumpah yang sudah diucapkan ketika menjabat sebagai tenaga medis. Dan berdalih, dokter juga manusia butuh uang untuk mengembangkan diri, melakukan penelitian dan juga refreshing serta keluarga yang butuh untuk dinafkahi. Kalau semua pasien mendadak seolah-olah tidak mampu bayar, bagaimana mereka (paramedis) dapat hidup?
Dan butuh kebesaran hati juga dari pasien untuk bersikap adil dan mau bertanggung jawab atas pembebanan biaya adminitrasi rumah sakit.
Nah, Negara hadir ditengahnya untuk memastikan roda kesehatan berjalan dengan sempurna. Para medis tercukupi kebutuhannya tanpa si pasien merasa dicurangi atau merasa uangnya digunakan untuk tindakan yang tidak seharusnya.
Kalau sudah begini harapan ke depan, ketika si pasien kehilangan keluarga tidak akan merasa kecewa lagi sebab percaya 100% dokter sudah melakukan yang terbaik.
Dan dokter juga bertindak yang terbaik kepada siapa saja yang membutuhkan bukan kepada siapa yang membayar lebih baik.
Sekali lagi Negara memastikan semua itu berjalan dengan baik, bukan hanya ketika muncul sebuah masalah, baru bertindak melakukan sesuatu mencari celah dimana salahnya. Sebaiknya mencegah lebih baik dari mengobati, begitu katanya.
Salam Indonesia Raya
Udah ya, mau minum obat lagi..... :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H