Mohon tunggu...
Kornelius Ginting
Kornelius Ginting Mohon Tunggu... Administrasi - Lelaki Biasa

-”Scripta manet verba volant”. https://www.korneliusginting.web.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kearifan Bai Fang Li

2 Maret 2014   06:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:19 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kembali membaca kisah ini, saya merasa "apa ya" tertampar, terpukul atau apalah. Bai Fang Li, seorang yang tidak memiliki apa-apa, tapi mampu berbuat lebih dari yang bisa saya bayangkan. Profesinya hanya sebagai penarik becak atau sejenis itu. Penghasilannya? Bisa lah kita kira-kira sendiri.

Ia menutup mata diusianya yang ke 93 tahun, bayangkan setelah dihitung-hitung dari total seluruh penghasilannya yang sudah ia serahkan kepada panti sosial dan lembaga pendidikan di China menembus angka 455 juta rupiah.  Makan ala kadarnya, hidup dibawah garis kemiskinan tidak menyurutkan niatnya memberikan sebagian besar penghasilannya.

Semua ini berawal  dari kepeduliannya kepada seorang anak kecil, anak ini menanggung semua biaya hidup untuk ke 2 adiknya. Setelah melihat langsung, tergerak hati Bai Fang Li untuk menolongnya. Ia  pun menitipkan sang anak ke sebuah panti dan berjanji akan memberikan uangnya untuk menghidupi sang anak. Yang ada tidak hanya sang anak  yang ia hidupi, beberapa anak lainnya pun ia tanggung.

LUAR BIASA!! Terkadang Tuhan mewujudkan dirinya dalam rupa yang tidak akan pernah kita duga. Seorang penarik becak, dengan kemampuan memberi seorang jutawan. Sosok lain bunda Teresia.

Ah, mungkin karena Bai Fang Li tidak memiliki kerabat lagi, maka ia berperilaku seperti ini. Atau ada motif terselubung lainnya. Bai Fang Li bukanlah tokoh politik yang gemar mencitrakan diri seperti apa. Bahkan cerita ini terungkap disaat ia mendekati ajalnya. Bai Fang Li mengajarkan kepada Dunia, memberi itu dimulai bukan ketika memiliki, memberi itu dimulai ketika melihat ada yang membutuhkan. Memberi yang ia ajarkan adalah memberi yang tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan apa-apa. Harapannya hanya satu, agar semangat memberi ini dapat berlanjut dan kemiskinan di dunia dapat dihapuskan.

Ah, seandainya para politisi-politisi itu belajar dari Bai Fang Li, tidak ada lagi keserakahan di negeri ini, bukan tidak mungkin kemiskinan pun akan hilang dari pertiwi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun