Mohon tunggu...
Kornelis Siprianus Kaju
Kornelis Siprianus Kaju Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMA SWASTA KATOLIK THOMAS AQUINO-GOLEWA

Hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

TERU dan TENA, WIJO dan WAJO (Peletak Dasar Tradisi Reba dalam Etnis Bajawa)

20 Januari 2023   11:05 Diperbarui: 25 Juli 2023   07:57 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan keberadaan mereka yang tidak diganggu gugat oleh pihak lain mereka hidup bersama sebagai suami dan istri yang amat harmonis. Sesuai penuturan cerita mereka akhirnya mendapat keturunan sampai dengan penduduk saat ini. Anak pertama dari kedua pasangan ini diberi nama Sili sehingga pada saat reba ada penyebutan Sili ana wunga artinya sili anak pertama, da nuka pera gua artinya yang telah membuka jalan bagi yang lain. Kelahiran anak, entah laki-laki atau perempuan, bagi mereka adalah berkah dari leluhur. 

Karena itu kelahiran anak selalu disyukuri dengan upacara adat yaitu; Pertama. ‘Geka Naja’, Upacara dilakukan sesaat setelah anak lahir yakni memotong tali pusar (poro puse) dan memberi nama (tame ngaza). Kedua, Tere Azi; yaitu menghormati ari-ari sebagai kembaran si bayi sehingga harus diperlakukan secara baik. Ari-ari tidak dikuburkan tetapi diletakkan pada suatu tempat yang tinggi (di atas pohon). Upacara ini disebut Tere Azi. 

Ketiga adalah Lawi Azi, Lawi Ana atau Ta’u; Upacara bertujuan untuk mengesahkan kehadiran anak dalam keluarga besar dan mensyukuri kelahiran anak yang ditandai dengan penyembelihan babi untuk memberi makan kepada leluhur. Biasanya rambut anak dicukur disebut Koi Ulu.

Kampung yang mereka tinggal tersebut sekarang dikenal dengan nama kampung Be’a. Seluruh rumah yang ada di kampung ini masih sangat tradisional dan masih asri, atap terbuat dari alang-alang (keri) dan berdinding kayu (kaju). Demikianlah cerita yang biasa diwariskan oleh orang tua kepada anak-anak di kampung bea tentang reba walaupun di kampung lain ada versi lain tetapi ada kemiripannya. Semua pada intinya sebagai ucapan syukur atas hasil panen yaitu uwi sebagai makanan nenek moyang pertama masyarakat etnis Bajawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun